Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. Beralihnya Saham Kakek Iskandar
Kepergian Kakek Iskandar menyisakan duka yang mendalam baik itu dari pihak keluarga ataupun dari para rekan bisnis dan juga dari teman bisnis Bagaskara. Kakek Iskandar yang terkenal dermawan dan pintar dalam membangun sebuah bisnis dan juga menjalin hubungan baik terhadap siapapun menjadikan semua orang yang dekat dengannya merasa kehilangan.
"Dulu kalau Aku tidak dibantu oleh nya, entah nasipku dan keluargaku bagaimana sekarang untungnya ada Kakek Iskandar yang percaya terhadap perusahaanku dan beliau mau menginvestasikan uangnya diperusahaanku hingga perusahaan ku berkembang seperti sekarang ini." Salah satu pelayat berkata dengan lirih Ia merasakan kebaikan dari Kakek Iskandar.
"Iya, Aku juga...saat itu Aku hampir putus asa Aku tidak punya apa-apa karena uang perusahaan dibawa lari oleh salah satu karyawan yang licik Aku bahkan sampai pinjam uang dibank untuk membayar semua karyawan hingga semua aset terjual termasuk rumah hanya beliau yang mau membantuku melunasi pinjaman di bank dan membayar ke rentenir bahkan Ia mau membelikan Aku sebuah rumah meskipun cuma kecil, hiks...setelah Bisnisku kembali lancar Aku pernah datang untuk melunasi uang yang dulunya dipinjamkan tapi Kakek Iskandar tidak mau." Pelayat yang lain berkata sambil terisak.
"Benar...sekarang Kita banyak uang malah beliau tiada." Berkata sambil terisak.
Kedua pelayat ini memandangi jenasah Kakek Iskandar dengan mata yang berkaca-kaca mereka sangat merasa kehilangan.
Malam Harinya kesedihan dan kehilangan masih terasa di mansion Bagaskara. Bagaskara yang kini sedang berada dikamar Kakek Iskandar kembali terisak mengingat keperginnya yang tiba-tiba. Memang Kakek Iskandar sudah renta tapi selalu cek kesehatan tiap Bulan jadi kesehatannya terpantau dan Ia juga meminum vitamin.
"Kakek....Aku masih tidak percaya Kamu pergi secepat ini." Ucap Bagaskara yang duduk di ranjang milik Kakek Iskandar sambil mendekap sebuah foto sambil terisak.
Pagi Harinya Zayn yang tengah berdiri di kaca ruang kerjanya Ia memandang kearah luar sambil mengepalkan tangannya, Ia kembali merasakan kehilangan yang mendalam padahal saat ini hatinya merasa bahagia karena kehangatan sebuah keluarga yang telah hilang darinya. Saat termenung ponsel miliknya berbunyi Ia mendapatkan sebuah pesan singkat dari Asistennya mengenai kasus yang kembali dibuka olehnya Zayn tersenyum karena kabar yang Ia terima membuatnya senang kasus pembunuhan Indah Ibunya mulai terpecah kan dan kasus kecelakaan Neneknya Zayn yaitu Kenanga juga mulai ada perkembangan juga.
"Aryo..lihat saja Kamu pasti akan hancur." Gumam Zayn dengan marah.
"Tok-tok-tok, Tuan Zayn...Ada hal penting yang mau Aku beritahu." Akbar asisten dari Zavier masuk Ia berkata dengan nada yang serius.
"Aku tahu...kasus yang telah Aku buka sedikit demi sedikit mulai terkuak." Ucap Zayn dengan senyum yang mengembang.
"Bukan hanya itu Tuan....saham Kakek Iskandar di perusahaan pusat kini sudah beralih menjadi milik Aryo!" Akbar berkata dengan alis mengkerut.
"Apa!" Suara Zayn menggelegar Ia terkejut.
"Semua sudah Saya selidiki, bahkan cctv dirumah juga tapi Aryo bersih, sama sekali tidak ada rekaman mengenai kedatangan Aryo Hari itu bahkan cctv-nya Hari saat Kakek Iskandar meninggal masih menyala dan tidak ditemukan juga sidik jari nya Aryo." Akbar melaporkan dengan teliti.
"Aryoooo...!!!! Rencana apa yang sedang Kamu jalankan." Geram Zayn yang terlihat marah giginya gemeletuk dan kedua tangannya mengepal.
"Tuan Zavier juga sudah mengetahui nya." Kata Akbar lagi.
"Ceklek." Terdengar pintu ruangan dibuka.
"Zavier....Kamu sampai tergesa-gesa datang kemari." Ucap Zayn lirih saat melihat Zavier membuka maskernya.
"Aku tidak tenang Zayn...belum hilang duka yang kurasakan sekarang mendengar lagi berita buruk kenapa bisa-bisanya kecolongan Aryo pasti besar kepala sekarang karena kedudukannya menjadi kuat, Aryo..merenggut orang-orang yang Kita sayangi hanya demi harta dan kekuasaan Ia ingin agar semua orang tunduk padanya, Aku yakin Aryo dibalik kematian Kakek Buyut." Zavier merebahkan tubuhnya kesofa memandang langit-langit ruangan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sabar Zavier, Aku pastikan Aryo hancur! Jika hukum tidak bisa menghancurkannya Ia Akan kuhancurkan dengan tanganku sendiri." Zayn bersikap dewasa berkata sambil mengelus rambut Zavier.
"Kenapa Kamu sekarang selemah dan semanja ini Tuan Zavier...." Celetuk Akbar karena heran.
"Mungkin karena sekarang ada Zayn yang lebih dewasa dari Aku, sejak Zayn datang sering Aku bergantung padanya." Berkata sambil duduk dan menyandarkan tubuhnya ke bahu Zayn.
"Hehehe, tapi nggak gini juga Zavier engap Aku." Kata Zayn sambil mendorong sedikit tubuh Zavier.
"Diamlah Kau Abang." Kembali menyandar di bahu Zayn.
Zavier merasa mempunyai tempat untuk Dia bersandar semenjak Zayn datang selama ini tidak ada tempat untuk Ia bermanja-manja selayaknya Ibu atau saudara Ayahnya pun sibuk bekerja meskipun perhatian Bagas tidak berkurang sedikit pun untuk Zavier.
Zavier memang hidup serba kecukupan dan juga terawat Ia menjadi Anak yang mandiri dibawah asuhan Kakek Iskandar meskipun tidak sepenuhnya mandiri karena Kakek Iskandar menyokong sepenuhnya dan hidupnya selalu merasakan kebahagiaan meskipun didalam hatinya merasa kosong dan kurang. Berbeda dengan Zayn Ia dari kecil sudah merasakan kehilangan dan duka yang mendalam karena melihat pembunuhan Ibu dan Om yang teramat keji suara teriakan dan suara tembakan serta melihat pertumpahan darah Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri sehingga menyisakan trauma yang terus menghantuinya.
Semenjak bertemu dengan Zavier saudaranya Zayn rasa trauma dan mimpi buruk yang kerap datang dalam tidurnya perlahan mulai berkurang bahkan sekarang Zayn tidak bermimpi buruk lagi.