Andara Soetomo, gadis cantik yang masih menjomblo di usianya yang sudah 27 bukannya tidak laku, tapi karena Andara tidak memikirkan pasangan.
Sampai suatu hari, dia di lamar oleh CEO-nya sendiri dan akan di nikahi secepatnya hanya untuk menutupi kasus skandal atasannya itu bersama sang kakak ipar.
"Kenapa harus saya, Pak?"
"Karena hanya kamu yang mengetahui hubungan saya dengan Laura, saya tidak mau Laura di bunuh suaminya jika kamu bocorkan perselingkuhan kami!" ujar Axel Airlangga dengan suara yang datar.
Andara melongo, "jadi maksud Bapak saya hanya di jadikan tameng buat menutupi perselingkuhan Bapak dengan Bu Laura?"
"Ya, saya akan membayar kamu selama menjadi istri saya selama 3 Tahun, kamu mau berapa sebulannya? 10 juta, lima puluh juta?"
"Seratus Lima puluh juta sebulan, gimana? kalau Bapak sanggup, kita deal!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Menikah Cepat
Happy Reading.
Arsya mengamati putrinya yang sudah terlelap dalam dekapannya. Tangannya terulur mengelus pipi chubby milik Putri. Setetes air mata jatuh di pipinya, padahal sejak tadi Arsya tahan sewaktu Putri bertanya padanya kenapa Mama tidak diajak.
Arsya hanya mengatakan jika ini adalah quality time untuk anak dan Ayah saja. Sejujurnya Arsya hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Dia tidak sanggup jika harus melihat putrinya menderita. Dia juga tidak mampu menatap Laura karena takut jika emosinya nanti akan tersulut dan melukai perempuan itu.
"Maafkan Papa nak, Papa tidak bermaksud memisahkan mu dengan Mama, tapi saat ini yang terbaik untuk kami adalah berpisah tempat. Papa ingin menenangkan diri agar pikiran Papa jernih," gumam Arsya seolah tengah berbicara pada Putri.
Arsya akan meminta penjelasan pada Laura nanti ketika dia sudah siap untuk bertemu dengan wanita yang telah melukai hatinya itu. Tapi entah itu kapan, yang pasti ketika dirinya sudah siap.
Saat ini Arsya berada di luar kota yang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Setelah itu dia memutuskan untuk menginap di hotel dan mendapatkan protes dari putri karena Ibunya tidak ikut. Lambat laun Arsya akan menjelaskan pada Putri jika Papa dan Mamanya tidak bisa bersama. Entah itu kapan, karena Arsya sudah memikirkan rencana itu sedemikian rupa. Hanya tinggal menunggu waktu saja.
*****
Laura terbangun dari tidurnya dengan gelagapan. Ah, ternyata dia ketiduran. Wanita itu bangkit dan membenarkan duduknya. Tadi Laura merebahkan dirinya di sofa ruang tamu sambil menunggu Arsya pulang, ponsel suaminya itu tidak aktif karena sejak tadi dihubungi tidak bisa.
Laura melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ternyata Laura sudah ketiduran selama 3 jam. Tadi jam 8 dia baru menidurkan Putri dan dia kembali ke ruang tamu untuk menunggu suaminya.
Namun dia ketiduran dan tidak tahu apakah Arsya sudah pulang atau belum. Laura memutuskan untuk naik ke atas menuju kamarnya. Wanita itu ingin memastikan apakah Arsya pulang ke rumah atau tidak.
Saat Laura masuk kedalam kamar, masih sama seperti tadi saat dia meninggalkan kamar tersebut, dingin dan sepi. Itu artinya Arsya belum pulang kembali. Tidak ada tanda-tanda dari suaminya itu.
Entah kenapa perasaan Laura terasa begitu tidak nyaman, dia takut sesuatu hal yang sejak tadi dia pikirkan benar-benar terjadi. Laura berjalan cepat keluar dari dalam kamar untuk menuju kamar putrinya.
Saat pintu itu terbuka Laura mendapati tempat tidur Putri kosong, selimutnya terlihat berantakan. Wanita itu mencoba menetralkan jantungnya yang sejak tadi berpacu kencang. Laura memutuskan untuk melihat kamar mandi Putri, mungkin gadis kecilnya itu ada di sana.
Tetapi ternyata kamar mandi itu juga kosong, "Putri di mana kamu nak!" Laura berteriak memanggil nama anaknya. Wanita itu keluar dan mencari ke seluruh rumah. Pengasuh Putri tidak tidur di tempat itu, setiap habis magrib wanita itu pulang begitupun dengan pembantunya.
Laura masih memanggil nama anaknya, tetapi tidak ada sahutan apapun. Tiba-tiba ponsel yang sejak tadi dia genggam bergetar dan berbunyi begitu nyaring.
Laura melihat nama sang suami di layar dan seketika wajahnya langsung berbinar. Arsya menghubunginya, berarti pria itu masih peduli terhadapnya.
"Halo mas,,, kamu di mana?"
"Halo, aku pergi dan Putri ikut denganku, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan Putri selamat malam!"
"Halo mas Arsya!! kamu dan Putri ke mana? halo mas?"
Laura melihat bahwa panggilannya sudah berakhir, wanita itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai menangis meraung sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Apakah kini dia sudah ditinggalkan pergi oleh Arsya? Apakah ini sudah menjadi akhir untuk hubungan mereka.
Mudah-mudahan Arsya hanya pergi untuk menenangkan diri, Laura berharap jika suaminya itu masih mau kembali dan memaafkan semua kesalahannya.
****
Andara melepaskan sabuk pengamannya dan akan membuka mobil, tetapi Axelo menahan lengannya, "ada apa Mas? apakah kamu perlu sesuatu lagi? tapi sepertinya ini sudah sangat larut malam dan aku harus segera masuk ke dalam rumah agar ibu saya tidak mencari," ujar Andara.
"Boleh aku memelukmu?" Tanya Axelo.
Jika sudah berada di luar kantor, Axelo dan Andara akan menggunakan bahasa non formal.
"Sini peluk!" Andara merentangkan tangannya dan di sambut oleh Axelo. Pria itu memeluk tubuh ramping Andara.
"Makasih ya, kamu selalu menemaniku, besok aku minta ditemani lagi, mau disuapi lagi kayak tadi," ujar Axelo manja.
Andara sudah tidak terkejut lagi melihat sikap Axelo yang berubah seperti ini. Pria itu menjadi terkesan manja terhadapnya. Tetapi Andara tidak merasa risih, malah dia merasa senang jika Axelo bersikap seperti itu.
"Kenapa mas Axel sejak tadi bersikap kekanakan gini sih?" Tanya Andara berpura-pura kesal.
Sejak di apartemen, Axelo benar-benar seperti anak kecil yang meringik ketika Andara mengobati wajahnya yang sudah tidak terbentuk lagi. Bahkan terkadang modus agar Andara mau memperhatikannya seperti menyuapi dan meniup pipinya yang katanya panas.
Padahal tadi saat di kantor, Axelo baik-baik saja seakan tidak merasakan sakit sama sekali.
Padahal wajah tampan Axelo babak belur, pipi kanan kiri lebam dan bengkak, matanya sebelah kiri juga bengkak, sungguh sangat mengenaskan.
"Kok kekanakan? Wajar dong jika aku bersikap seperti itu padamu. Kita sudah tidak berada di kantor, lagian kan kamu itu calon istri aku, jadi sudah sewajarnya kalau aku tuh manja!"
Andara melongo, sebenarnya sejak tadi Axelo itu pasti mengalami gegar otak karena tiba-tiba sikapnya berubah seperti ini. Sungguh menakjubkan.
"Iya-iya boleh," Andara mengulum senyum.
"Dara, bentar lagi kita nikah, aku udah nggak sabar nunggu hari itu," ujar Axelo masih menatap wajah Andara.
"Hemm, kenapa mas Axel jadi tidak sabar buat nikah sama aku?" Tanya Andara yang membuat Axelo gelagapan.
"Ya, aku tidak mau Arsya berpikir jika aku dan Laura masih memiliki hubungan, aku ingin Arsya tahu jika aku sungguh mencintaimu." Jawab Axelo yang berbeda dengan hatinya.
Padahal dia memang sungguhan ingin segera mengikat Andara sebagai istrinya.
"Sebenarnya sekarang ini hubungan kita juga akan menjadi tameng mas buat Pak Arsya, mungkin mas Axel bisa mengatakan jika memang mas udah sangat mencintai ku, aku harap Pak Arsya menjadi sedikit tenang saat mengetahui jika perasaan Mas sama Bu Laura sudah tidak ada," ujar Andara.
****
Pikirkan Axelo melayang, skandal hubungan perselingkuhan nya dengan Laura kini sudah terbongkar dan bisa dipastikan jika Ayah nya sebentar lagi akan mengetahuinya.
Sebelum sang Ayah memarahinya dan memintanya untuk membatalkan pernikahan nya dengan Andara, Axelo ingin cepat-cepat membawa Andara ke KUA, minimal ijab siri dulu. Tapi sebelum itu, tentu Axelo harus mengatakan rencana ini pada Andara.
Bersambung.
🙃