🌹David Fernandez and Lily Kristina🌹
Lily seorang cleaning service terjebak dalam sebuah situasi rumit dengan CEO perusahaannya yang bernama David Fernandez. Lily yang saat itu sedang membereskan ruangan David tiba-tiba dibawa oleh sang CEO menuju altar.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa David seorang CEO pemilik real estate terbesar di Asia tiba-tiba menikahi gadis yang sama sekali tidak dia kenal?
* Merupakan Buku pertama dari Serries David - Luke - Sebastian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunci Kamar
🌹VOTE🌹
"Oma…." David mengikuti langkah Oma menuju kamarnya. "Aku butuh kunci kamar, itu kamarku, Lily istriku."
"Dan celanamu basah oleh wanita lain."
David menunduk sesaat sebelum berdecak. "Oma, berikan kuncinya."
Oma menggeleng, dia masuk kamar dan menguap. "Kau membuat Oma kelelahan menunggu, Oma ngantuk. Pergi."
"Oma, David ingin tidur bersama Lily."
Oma tertawa menggelegar, membuat David menutup telinganya. "Oma, Astaga. Berikan kuncinya."
"Sebelum itu." Oma mengeluarkan ponselnya dan mengirim foto pada David. "Lihatlah, Lily sangat cantik."
David membuka ponselnya, dia mendaptkan whatssapp dari Oma.
Dari :
Oma Owner Lambe Turah💗
"Dia Oma permak sehingga menjadi cantik."
"Lily sudah cantik, Oma. Oma menghilangkan pipi chubby-nya, itu tidak bagus."
"Dia kini tidak memakai kacamata. Sudah keluar." Oma mendorong David agar keluar. "Pergi."
"Oma, kuncinya."
Pintu tertutup sebelum David mendapatkan apa yang dia inginkan. Itu membuatnya mengumpat dalam hati. David duduk di sofa sesaat sambil memandang foto Lily yang berselfie.
Lily memang cantik, jauh sebelum Oma merubahnya. David menyadarinya, dia mengakuinya. Dan sekarang dia bertambah cantik saat terawat.
"Aku ingin masuk," gumam David berdiri. Dia tidak ingin kehabisan akal.
David membangunkan Eta.
"Ada apa, Tuan Muda?"
"Berikan kunci kamarku."
"Saya tidak memegangnya, Tuan."
"Jangan berbohong, Eta."
"Tidak, Tuan. Saya serius."
David yang tahu Eta berkata jujur segera pergi, satu-satunya cara yang dia lakukan adalah mencarinya sendiri. Sampai David mendapatinya di bawah pot bunga. "Oma, kau kuno."
Dalam kamar, Lily sudah terlelap. Dia terlihat damai. David yang tidak mengganti bajunya merebah di samping Lily.
Bulu mata Lily lentik alami, wajahnya memang sudah putih. Namun, kini Lily tampak segar. David menempelkan telapak tangan Lily pada pipinya, lalu berkata, "Buat aku bisa tertidur, Lily."
🌹🌹🌹
Lily bangun lebih dulu, dia kaget saat dirinya berada dalam pelukan David yang masih memakai mantel. Bahkan jam tangan masih menempel di tangannya.
Lily sulit bergerak, David menahan pinggangnya kuat. Memberinya kesempatan menatap David lebih dekat. Kulitnya kecoklatan khas pria latin, alis tebal dengan bibir yang agak tebal. Rambutnya hitam, dengan dada bidang yang nyaman.
Otot tangannya begitu kekar, Lily merasakannya.
Lily mencoba bangun, hingga akhirnya dia lepas dari David.
Masih bingung, kapan David datang dan memeluknya.
"Astaga, sudah pagi," ucap Lily merangkak ke arah tirai. Dia mengintip lewat celah, bagaimana di luar sana sudah pagi.
Dan saat itu David sudah bangun, dia melihat Lily memgintip keluar jendela.
Pemandangan yang manis, membuat David mengambil ponselnya dari atas nakas dan memotret Lily secara diam-diam.
Saat Lily menoleh, dia mendapati David sudah membuka matanya, dengan tatapan tepat padanya. "Kau sudah bangun?"
"Kau melihatnya?"
"Kapan kau datang?"
"Kau bisa melihatku dengan jelas sekarang?"
Lily mengangguk, dia mendekat saat David memberi isyarat.
"Sekarang kau melihat wajah tampanku dengan jelas?"
Lily mengangguk. "Oma sangat baik."
"Uang yang Oma kuras itu uangku."
"Terima kasih."
David berdecak, dia merentangkan tangannya. Membuat Lily bertanya-tanya. "Apa?"
"Mendekatlah."
Lily melakukannya. "Ada apa?"
"Beri aku ciuman pagi."
"A--apa?"
"Sebagai pengganti membuatku tertawa."
Lily menimang sesaat sebelum akhirnya mengangguk dan mencium bibir David sesaat. "Sudah."
Lily malu ketika David menahan tengkuknya, jarak mereka sangat dekat. "Apa aku tampan?"
"Ya."
David menyeringai mendapati Lily yang menunduk malu, membuat tangannya otomatis mengusap kepala Lily dan membawanya ke pelukan.
Lily menggeliat saat David memeluknya layak guling. "David…. Sesak."
"Diamlah, kurcaci."
Dan keheningan melanda saat Lily berada dalam pelukan David. Dan Lily berucap begitu saja dengan kalimat, "Semalam kau makan malam di luar?"
David terkekeh. "Kau merindukanku bukan?"
"Tidak."
"Akui saja, ayo. Kau merindukanku yang tampan."
"Tidak, tentu tidak."
Lily tidak bisa berontak saat David mencium pipinya, membuat bulu kuduknya berdiri.
"Aku lebih suka pipimu yang besar, jangan lakukan perawatan itu lagi."
"Baik, lepaskan aku. Aku harus mandi."
"Ini akhir pekan, diam di sini. Itu perintah."
Tidak lama kemudian terdengar suara, "David! Beraninya kau masuk tanpa seizin Oma! David!"
David buru-buru melompat dari atas ranjang dan mengunci kamar dari dalam.
"David! Buka!"
"Maaf, Oma, kuncinya aku telan."
"David! Awas saja jika kau menyentuh Lily! Lari Lily! Tinggalkan pria tengik itu!"
"Ada apa ini?" Lily bingung.
David terkekeh, dia mendekat dengan tangan merentang. "Ayo tidur lagi."
"Oma memanggilku."
"Tidur, ayo tidur."
"Lari Lily! Lari!"
🌹🌹🌹
TBC.
🤭🤭🤭
bilang salah