Alaska Arnolda, CEO terkenal Arnolda, terpaksa menanggalkan jas mewahnya. Misinya kini: menyamar diam-diam sebagai guru di sebuah SMA demi mencari informasi tentang pesaing yang mengancam keluarganya. Niat hati fokus pada misi, ia malah bertemu Sekar Arum Lestari. Gadis cantik, jahil, dan nakal itu sukses memenuhi hari-hari seriusnya. Alaska selalu mengatainya 'bocah nakal'. Namun, karena suatu peristiwa tak terduga, sang CEO dingin itu harus terus terikat pada gadis yang selalu ia anggap pengganggu. Mampukah Alaska menjaga rahasia penyamarannya, sementara hatinya mulai ditarik oleh 'bocah nakal' yang seharusnya ia hindari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyCaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 - Siapa yang akan menikahi mu?
Malam itu, setelah makan malam, Arum kembali ke kamarnya. Lampu kamar sengaja ia redupkan, hanya menyisakan cahaya lembut dari jendela besar yang mengarah ke pekarangan.
Langit malam terlihat cerah bintang-bintang bertaburan seperti butiran perak yang menempel di kain hitam. Tenang. Sunyi. Kontras dengan keributan yang terjadi di sekolah sepanjang hari.
Arum menarik napas pelan, duduk bersila di lantai dengan punggung bersandar pada sisi tempat tidur. Tangan kecilnya meraih gorden, menarik sedikit supaya angin malam masuk. Rambutnya bergerak tipis ditiup angin, sementara matanya terpaku pada langit.
Dan di situlah, untuk pertama kalinya hari itu… dia terlihat benar-benar lelah.
“Rumor...” gumamnya lirih. Kata itu terasa pahit di mulutnya.
“Kenapa sih orang-orang pada hobi banget bikin hidup orang lain ribet…”gumam Arum dengan bingung seolah bertanya kepada diri nya sendiri.
Dia memejamkan mata sebentar, membiarkan dinginnya angin menampar pipinya. Tapi saat membuka mata lagi, bintang itu masih terang, tidak berubah. Dunia masih berjalan. Dan dia masih Arum yang keras kepala itu.
Namun, ada satu hal yang menusuk benaknya.
Bagaimana kalau rumor itu makin parah? Bagaimana kalau besok seseorang menambah cerita baru? Bagaimana kalau ada yang memotret dia? Bagaimana kalau mereka mulai menghubungkan Jeff? Atau lebih buruk… bagaimana kalau mereka mengaitkan guru yang satu itu?
Arum mendadak menggeleng keras, seperti ingin mengusir bayangan itu. “Kagak mungkin. Gak ada yang tahu dia siapa,” gumamnya cepat.
Dia menatap ujung kakinya yang digoyang-goyang pelan. “Udah, Rum. Jangan drama…” katanya menenangkan diri sendiri.
“Besok juga mereka lupa. Ini cuma gosip murahan.”gumam Arum kembali menenangkan diri nya sendiri.
Tapi suara lain dalam dirinya menjawab sinis:
‘Tadi mereka percaya aja tanpa bukti. Besok mereka bisa lebih parah.’
Arum meremas ujung selimutnya.
“Astaga… gue capek,” keluhnya akhirnya.
Dia memeluk lutut, menundukkan kepala. Dan untuk pertama kalinya sejak rumor itu muncul, dia merasakan sedikit takut not karena dia peduli pada orang-orang itu… tapi karena rumor yang salah bisa menghancurkan hidup seseorang tanpa alasan.
Tapi Arum bukan tipe yang mau terlihat lemah. Setelah beberapa detik, dia menarik napas panjang, mengangkat wajahnya kembali ke arah bintang-bintang.
“Gue kan Arum,” gumamnya sambil tersenyum miring.
“Gue gak bakal kalah cuma gara-gara mulut orang.”gumam Arum kembali.
Dia bangkit berdiri, menepuk-nepuk celananya, lalu berjalan ke arah tempat tidur. Sebelum berbaring, dia sempat menatap jendela sekali lagi.
“Semua bakal baik-baik aja,” katanya sekali lagi lebih meyakinkan daripada sebelumnya. Dan untuk malam itu… dia memilih percaya.
“Apa aku cerita ke pak Aska ya, masalah ini? Tapi gausah deh manja banget kali ya cerita cerita kayak nya juga bukan masalah besar deh,”gumam Arum dengan santai nya.
Gadis itu berjalan ke kasur dan merebahkan badan nya dengan nyaman ya kasur itu sudah menjadi saksi nya yang sudah lama tinggal di mansion Arnolda dia hanya ingin segera cepat lulus sekolah dan bekerja.
Lalu keluar dari mansion ini agar tidak merepotkan Alaska terus menerus. Dia rindu kepada ibu nya harus kah dia berbohong terus menerus kepada sahabatnya entah lah Arum bingung sendiri dia hanya ingin terlelap sekarang.
“Arum,”panggil seseorang pelan dari sebalik pintu kamar.
Alaska yang kembali dari kamar nya mengetuk pintu kamar Arum pelan, ya dia hanya ingin bertanya tentang yang di mobil tadi rumor apa yang di katakan Arum? Tapi entahlah tidak ada sahutan dari gadis itu sama sekali.
Padahal pintu kamar nya terbuka, Alaska berjalan pelan dia melihat seorang gadis berbaring sambil memeluk sebuah foto. Itu foto diri nya, Arum dan keluarga nya di sana. Alaska berjalan mendekat.
“Sudah tidur ternyata sepertinya tidak ada masalah kalau dia tertidur dengan tenang seperti biasanya.”senyum Alaska pelan mengusap rambut Arum.
Alaska mengambil foto itu dan meletak kan nya dengan rapi ke meja samping kasur Arum, lalu dia menyelimuti gadis itu dan mematikan lampu. Alaska berjalan keluar dan menutup pintu.
“Bagaimana tuan? Apa perlu saya cari tau?”tanya Jeff kepada Alaska yang keluar dari kamar Arum.
“Tidak usah Jeff, sepertinya bukan masalah. Arum juga mungkin hanya asal bicara, dari awal kan dia memang tidak ingin kita saling mengenal di sekolah mungkin tadi juga dia tidak mau naik mobil ketika melihat mu karena itu,”jawab Alaska dengan santai nya.
“Baik lah tuan,”angguk Jeff tanpa banyak menjawab lagi.
“Aku mau ke kamar,”jawab Alaska santai.
“Selamat malam tuan,”tunduk Jeff pelan.
Setelah mengatakan itu Alaska masuk ke kamar nya dan malam pun terus berlalu suasana ramai kembali sepi para pelayan juga satu persatu kembali tidur. Ah iya pelayan sendiri memiliki kamar mereka tapi bukan di mansion.
Di sebuah gedung yang terpisah dari mansion Arnolda apa nama nya itu pavillium, di sana semua pelayan datang pagi pagi masih dalam lingkungkan halaman Arnolda. Tapi pelayan utama seperti kepala pelayan tetap di mansion untuk berjaga.
“Rapikan semua nya, setelah ini kembali.”jawab kepala pelayan.
Hari itu kembali terlewat kan tidak ada masalah yang serius dan waktu juga terus berputar, satu persatu semua orang lelap dalam mimpi nya dengan indah, malam terus perlahan berganti jam.
Hingga akhirnya sang mentari menyosong langit cerah, Arum dengan semangat seperti biasa nya bangun untuk berangkat sekolah. Dia tidak pernah malas sama sekali dan menyiapkan sarapan.
“Selamat pagi,”sapa Arum dengan mengantuk kepada kepala pelayan.
“Pagi nona, anda duduk saja lagi pula anda tidak akan sarapan. Tuan tidak makan makanan berat, anda tunggu saja di sana, saya siapkan bekal,”ucap kepala pelayan itu.
“Terimakasih,”angguk Arum.
Di sisi lain Alaska yang sudah siap juga karena hari ini jadwal nya dia sekolah, pria itu melangkah kan kaki nya turun. Pagi pagi sudah sangat rapi di meja makan terlihat di sana Jeff menikmati kopi dan roti nya.
“Pagi tuan,”sapa Jeff kepada Alaska.
Tapi pria itu tidak fokus pada Jeff melainkan kepada Arum yang terlihat merebahkan kepala nya di meja makan, apa gadis itu tidur? Ya seperti nya benar dia memang tertidur di sana, Alaska menggeleng.
“Apa dia tidur?”tanya Alaska kepada Jeff.
“Saat saya sampai nona sudah seperti itu tuan,”ungkap Jeff dengan bingung nya.
“Gadis ini benar benar siapa yang akan menikahi nya jika sudah bangun tidur lagi,”geleng Alaska.
“Bapak lah!”teriak Arum langsung terbangun.
Seketika semua orang yang ada di meja langsung kaget dan melirik ke arah Arum yang mengusap mata nya seperti anak kecil yang baru bangun tidur dengan lucu.
“Kau mengatakan apa?”tanya Alaska bingung.
“Eh tidak ada saya bermimpi di kejar babi hutan hehe,”tawa Arum malu.
“PFTTT haha padahal tuan sudah senang,”gumam Jeff yang mendapat lirikan tajam dari Alaska.