NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 25: Burung Vermilion, Aliansi Alkimia, dan Perjalanan ke Void

Langit Wilayah Burung Vermilion selalu berwarna merah lembut, seolah langitnya sendiri terbakar dengan nyala spiritual. Di kejauhan, barisan gunung menjulang, memantulkan cahaya oranye dan keemasan seperti permukaan bara raksasa. Udara di sini panas, namun Qi-nya mengalir tenang — penuh vitalitas, penuh kehidupan.

Bagi Yu Chen, panas itu terasa seperti nafas baru setelah pelarian panjang. Tapi di balik setiap embusan angin, ia masih bisa merasakan tekanan spiritual yang menempel di punggungnya — Bai Luhan dan Sekte Naga Hijau masih memburunya.

Tubuh Jiwanya bergetar ringan.

Pecahan Kunci Abadi Kedua di dalam formasi segel di tubuhnya memancarkan kilau halus. Cahaya itu menembus kulit, seperti denyut jantung lain yang hidup dalam dirinya.

Namun itu juga sumber masalah.

Energi dari pecahan itu terlalu murni, terlalu terang. Meskipun sudah disegel dengan teknik ruang yang ia pelajari di Ranah 13, setiap kali ia menenangkan Qi, percikan cahaya spiritual keluar, seolah benda itu menolak untuk disembunyikan.

Ia berdiri di tepi jurang, menatap lembah berwarna merah di bawah. Di sana, di tengah kabut panas, berdiri kompleks bangunan berlapis-lapis — markas utama Aliansi Alkimia Wilayah Selatan, tempat Ning Rou bertugas.

“Sudah lama,” gumamnya dengan nada samar. “Kau yang dulu memberi jalanku, sekarang mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkanku.”

---

Markas Aliansi Alkimia lebih mirip istana terapung daripada sekadar lembaga. Bangunannya terbuat dari batu giok merah, menjulang tinggi dan diselimuti formasi berbentuk spiral yang menjaga suhu konstan di tengah panas ekstrem. Di dalamnya, ribuan tungku spiritual menyala setiap saat, melepaskan aroma herbal yang menguar ke seluruh lembah.

Yu Chen memasuki wilayah luar dengan aura disembunyikan sepenuhnya. Setelah perjalanan panjang dari Wilayah Harimau Putih, wajahnya tampak lebih tenang, namun matanya lebih tajam dari sebelumnya.

Begitu ia sampai di aula tamu, suara lembut yang familiar menyambutnya.

“Yu Chen…”

Ning Rou muncul dari balik pilar batu giok, mengenakan jubah putih pendek yang berhiaskan bordir merah halus — warna khas cabang utama Alkimia. Wajahnya tampak sedikit letih, namun begitu melihatnya, matanya melembut, campuran kelegaan dan kekhawatiran muncul bersamaan.

“Jadi kau masih hidup,” katanya perlahan.

Yu Chen menundukkan kepala sedikit, setengah tersenyum. “Dan kau masih berani menemuiku, padahal nama ku sudah tercantum dalam daftar hitam Sekte Agung dan Paviliun.”

Ning Rou menarik napas panjang. “Kau tak tahu seberapa besar kekacauan yang kau timbulkan. Sekte Naga Hijau kehilangan Artefak Warisan mereka, Paviliun kehilangan agen, dan Bai Luhan—” ia berhenti, menatapnya dengan ekspresi tajam. “—Bai Luhan mencarimu ke seluruh Wilayah Selatan. Katanya, kau adalah pencuri dengan Qi naga.”

Yu Chen tersenyum kecil. “Kalau begitu, sepertinya rumor tentangku akhirnya jadi legenda kecil.”

Ning Rou menghela napas, tapi ekspresi cemasnya belum hilang. “Apa yang kau bawa kali ini, Yu Chen?”

Ia tak menjawab. Sebagai gantinya, ia membuka segel spiritual di dadanya sedikit. Seketika, udara di sekitar mereka bergetar. Cahaya perak lembut keluar, membentuk pola spiral di udara — dan sejenak, ruangan itu terasa seperti terhubung ke dimensi lain.

Ning Rou menatapnya dengan mata membesar. “Itu… Pecahan Kunci Abadi Kedua?”

Yu Chen mengangguk. “Dan aku tak bisa menyimpannya lama-lama. Energinya menolak tubuhku. Aku butuh formasi penyegel yang bisa menahan energinya tanpa menghancurkan Tubuh Jiwa.”

Ning Rou menatapnya lama. Lalu, tanpa berkata-kata, ia menutup pintu aula, menyalakan formasi penghalang pribadi, dan mengeluarkan batu giok berbentuk segitiga dari saku jubahnya.

“Formasi ini bukan untuk digunakan sembarangan,” katanya pelan. “Ini milik cabang pusat Aliansi. Tapi kalau aku tidak membantumu, kau akan ditemukan dalam waktu tiga hari.”

Ia menatap matanya dengan serius. “Kau sadar, kalau aku membantu, aku bisa dianggap berkhianat pada Aliansi?”

Yu Chen menatapnya balik, mata tenang tapi lembut. “Aku tahu. Tapi aku tidak akan memintamu kalau bukan hal terakhir.”

Keheningan singkat mengisi ruangan.

Ning Rou akhirnya tersenyum samar, lalu menepuk pundaknya pelan. “Kau tidak pernah berubah. Selalu berjalan di tepi jurang.”

Ia menyalakan batu giok itu. Dalam sekejap, cahaya biru kehijauan memenuhi ruangan, membentuk lingkaran formasi di udara. Yu Chen duduk di tengahnya, mengatur napas dalam meditasi. Ning Rou berdiri di belakang, menyalurkan Qi-nya, memandu arus energi di sekitar tubuh Yu Chen.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Cahaya pecahan perlahan meredup, berbaur sempurna dengan formasi.

Akhirnya, ruangan menjadi tenang kembali.

Ning Rou menghapus keringat di dahinya. “Sudah. Tapi ingat, segel ini hanya bertahan selama enam bulan. Setelah itu, Pecahan itu akan menolak lagi.”

Yu Chen mengangguk. “Enam bulan cukup. Aku tidak berencana bersembunyi selamanya.”

---

Beberapa hari berlalu dengan cepat.

Sementara Ning Rou kembali sibuk di laboratorium alkimia, Yu Chen menelusuri perpustakaan rahasia Aliansi. Ia mencari jejak Pecahan Kunci Abadi Ketiga.

Dan di malam ketiga, saat ia membaca gulungan peta kuno, Ning Rou datang dengan wajah tegang.

“Aku menemukannya,” katanya. “Petunjuk dari teks kuno Sekte Phoenix. Pecahan Kunci Ketiga diduga berada di Kepulauan Void, kumpulan pulau spiritual yang melayang di atas lautan energi. Tapi… tempat itu di luar jangkauan Empat Sekte Agung. Tak ada hukum, tak ada perlindungan.”

Yu Chen berdiri. “Dengan kata lain, tempat sempurna untuk bersembunyi dari para pemburu.”

Ning Rou menatapnya cemas. “Tempat sempurna untuk mati, maksudmu.”

Yu Chen tersenyum tipis. “Kau lupa, aku sudah mati berkali-kali.”

Namun sebelum mereka bisa membicarakan lebih jauh, suara gemuruh keras mengguncang gedung.

Formasi penghalang luar Aliansi bergetar, dan alarm spiritual meledak di seluruh markas.

“Serangan?” Ning Rou menoleh cepat ke arah jendela. Cahaya merah dan hitam memenuhi langit. Puluhan sosok berjubah gelap turun dari awan — agen Paviliun Langit Gelap.

“Yu Chen!” teriaknya.

Yu Chen menatap ke luar jendela, mata berkilat tajam. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”

Tanpa ragu, ia melompat keluar dari jendela. Tubuh Jiwa-nya langsung muncul, menyatu dengan wujud fisiknya. Pedang Abadi Kesembilan terlepas dari sarungnya, melayang di udara.

Serangan pertama datang dari atas — bilah spiritual hitam yang menembus atap aula. Yu Chen mengayunkan pedangnya sekali, memecah serangan itu menjadi percikan cahaya. Dua sosok agen muncul di hadapannya, wajah mereka ditutupi topeng dengan simbol bulan sabit.

“Penjaga Paviliun tingkat tinggi,” gumamnya. “Sepertinya aku benar-benar jadi prioritas.”

Pertarungan pun pecah di udara.

Ledakan spiritual mengguncang markas. Yu Chen bergerak secepat kilat, Tubuh Jiwa-nya memisah menjadi dua bayangan. Satu menyerang, satu bertahan. Sementara itu, Ning Rou di menara pusat mengaktifkan formasi pertahanan utama, namun jumlah musuh terlalu banyak.

Salah satu agen mencoba menerobos ke arahnya. Yu Chen muncul di depan mereka seolah teleportasi, lalu menebas tanpa suara. Bilah cahaya ungu membelah ruang, dan musuh itu lenyap dalam kilatan kecil.

Namun serangan terus berdatangan. Udara panas Wilayah Burung Vermilion berubah menjadi badai spiritual.

Ketika dinding luar mulai runtuh, Yu Chen melompat ke atap, menatap Ning Rou yang masih di menara.

“Kita harus pergi!” teriaknya.

“Aku sudah siapkan kapal spiritual di hanggar belakang!” balas Ning Rou.

Mereka berlari di antara reruntuhan, diserang dari segala arah. Beberapa anggota Aliansi berusaha melindungi mereka, tapi banyak yang jatuh. Di ujung jalan batu, kapal terbang spiritual raksasa sudah menunggu, sayap logamnya berkilau di bawah sinar merah senja.

Begitu mereka naik, Ning Rou langsung mengaktifkan formasi penggerak.

Kapal itu berguncang, lalu melesat ke langit, menembus lapisan awan panas.

Namun di belakang, bayangan merah keemasan muncul. Bai Luhan.

Ia berdiri di atas pedangnya sendiri, mengejar dengan aura api yang menyala.

“Yu Chen!” suaranya menggema. “Kau pikir bisa kabur dari mataku?”

Yu Chen memandang ke belakang, mata mereka bertemu di udara.

Tak ada kebencian — hanya semacam tantangan di antara dua jalan yang berlawanan.

Kapal bergetar keras saat melewati formasi perbatasan Wilayah Burung Vermilion. Di bawah, laut spiritual berwarna ungu menyala, berputar seperti pusaran tak berujung.

“Pegang erat!” seru Ning Rou.

Formasi kapal menyala terang. Dalam sekejap, mereka menembus pusaran energi, cahaya merah dan ungu berbaur menjadi badai yang menyilaukan. Tubuh mereka terasa ditarik oleh kekuatan tak kasatmata.

Dan ketika cahaya itu memudar, yang tersisa hanya lautan tak berujung di bawah — lautan spiritual biru keperakan yang memantulkan bintang.

Di atas cakrawala, tampak pulau-pulau yang melayang di udara, tersambung oleh jembatan cahaya — Kepulauan Void, tanah terlarang di luar batas Empat Sekte.

Yu Chen berdiri di dek kapal, menatap pemandangan itu dengan tenang. Angin lembut berhembus, membawa aroma laut yang aneh, tidak fana, tidak spiritual — seolah dunia di sini tidak mengenal hukum mana pun.

Ning Rou mendekat, menatap ke arah yang sama. “Jadi di sinilah perjalanan berikutnya dimulai?”

Yu Chen mengangguk. “Di sinilah kita akan menemukan Kunci Ketiga… dan mungkin, jawaban untuk segalanya.”

Kapal spiritual terus melaju, meninggalkan Benua Inti di belakang.

Langit perlahan berubah warna, dan jauh di bawah, naga spiritual biru melintas di antara ombak cahaya.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!