NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Malam harinya……..

“Hachimm……”

“Hachimm……”

Celline sudah bersembunyi di balik selimut sejak tadi. Tiba-tiba saja tubuhnya meriang. Setelah mandi air dingin karena cuaca saat itu sedang hujan.

Tok….. Tok….. Tok…..

“Nona Celline, makan malam sudah siap.”

“Iya, pak.”

Wanita itu pun turun dari ranjang. Mungkin karena efek meriang, kepala Celline terasa agak pusing.

“Pak, kenapa sepi sekali? Tuan James kemana?”

“Tuan James sedang pergi, setelah nyonya besar pulang tadi.”

“Lalu Tuan Denny?”

“Kalau Tuan Denny sepertinya belum pulang dari tadi pas ketemu dengan nyonya besar. Dia belum kelihatan di sini lagi.”

Celline pun hanya mengangguk-angguk. Makan di meja sebesar itu seorang diri nyatanya tidak enak, meskipun masakan bibi pelayan sangat enak.

Selesai makan, Celline kembali lagi ke dalam kamarnya. Sedari tadi dia hanya berguling-guling saja di dalam kamarnya. Dia tidak bisa memejamkan matanya. Apalagi, hidungnya terasa pengap dan sepertinya dia mulai demam.

Sementara James, ternyata sedang berada di rumah sakit menemani Melan. Melan terlihat sudah tampak lebih tenang dari sebelumnya. Kepala wanita itu terlihat hampir botak, karena mengalami kerontokan parah. Dia terlihat sedang tertidur pulas.

Dia tertidur pulas karena obat yang diminum oleh Melan. Cukup lama James duduk di pinggir ranjang menggenggam tangan Melan.

James mencoba menghubungi nomor mansionnya berkali-kali, namun tidak ada yang menjawabnya.

“Kemana perginya orang-orang di mansion itu?” Katanya dalam hati.

Ditatapnya Melan sekilas, kemudian hatinya kembali teringat akan Celline. Hati James kini berada di persimpangan jalan.

Pada akhirnya hati itu masih setia pada jiwa yang lebih lemah. Sampai pukul lima subuh, barulah James berencana untuk kembali ke mansionnya.

“Aku pulang dulu ya, sekalian mau ganti pakaian. Nanti aku akan kembali lagi ke sini.” Ucap James sambil mengusap kepala Melan dengan lembut.

Melan hanya tersenyum tipis.

“Aku pulang dulu!” Pamit James pada Melan.

James pun meninggalkan kamar Melan dengan perasaan tak menentu. Kini dia jadi galau dan rasa bersalah mulai menyeruak di dalam hatinya.

Pria itu mulai lupa dengan tujuannya menikahi Celline. Wanita itu terlanjur masuk, karena hati bekerja tanpa adanya suruhan dari otak. Dia melakukan apa yang dia mau.

Tidak bisa dipaksakan, tidak bisa pula dilarang. Kalau hati sudah bicara, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Begitlah James, dia sangat resah karena hatinya tidak bisa sejalan dengan otaknya.

Kini, saat sudah berada di dalam mobilnya, James langsung bergegas menancap gas. Dia ingin tahu keadaan Celline sekarang.

Perasaan pria itu terlanjur bercabang cukup kuat. Semuanya sudah terlanjur basah., meskipun belum disadari oleh James sepenuhnya.

*****

Begitu sampai di halaman mansion, James tergesa-gesa masuk ke dalam mansion.

“Bi, Celline ada dimana?” Tanya James saat melihat bibi pelayan sedang membersihkan mansionnya.

“Non Celline ada di kamar, tuan. Belum keluar sedari tadi.”

Dengan cepat, James menuju kamar Celline. “Cell….. Celline….!”

Tok….. Tok….. Tok…..

Mau sebanyak apa pun James mengetuk pintu kamar Celline, sang penghuni sama sekali tidak menyahut panggilannya.

“Kenapa dia tidak buka pintu? Masa iya tidurnya pulas sekali?”

“Celline…..!” Panggil James dengan suara agak keras.

Ketukan berirama itu, berubah jadi gedoran yang keras.

Kepala pelayan dating dengan terburu-buru karena mendengar suara gedoran James yang cukup keras.

“Mungkin Non Celline belum bangun, tuan.”

“Ambilkan kunci cadangan yang ada di lemari!” Perintah James yang terlihat sudah kusut wajahnya.

Detik berikutnya, kepala pelayan datang dengan membawa sebuah kunci cadangan di tangannya. “Ini, tuan.”

Sambil membuka pintu James bertanya lagi pada kepala pelayan. “Kemana Denny? Kenapa tidak kelihatan juga?”

“Itu….. Anu, tuan. Saat nyonya besar ke sini, tuan Denny belum datang ke sini lagi.”

James pun mengerti. Kemudian dia menyuruh kepala pelayan dan bibi pelayan melakukan tugas mereka kembali.

“Celline, gadis macam apa kamu ini?! Sudah pagi begini, kamu masih tidur saja?!” Cibir James melihat gundukan selimut di atas ranjang.

“Aish…. Rasanya otakku kurang waras sekarang? Wanita yang aku khawatirkan malah masih tertidur pulas!”

Srekk…..

Dengan gerakan lamban, James menyibak kain selimut yang menutupi sekujur tubuh Celline. Begitu kain tersibak, James langsung merunduk.

“Hei….. Bangun!” Bisik James dengan suara berat.

Tapi anehnya, Celline tidak meresponnya.

James berubah jadi panik. Sepertinya Celline tidak sedang tidur. Dengan cemas James menepuk pipi Celline dan mencoba membangunkan wanita itu.

“Celline….. Celline…..! Kamu jangan bercanda!” James mencoba membangunkan gadis itu lagi. Barulah saat James mengolesi hidung Celline dengan minyak kayu putih, Celline mulai sadar dan membuka matanya.

“Kenapa tidak bilang kalau kamu lagi sakit?! Jangan di kamar saja sendirian. Kalau saya tidak ada di sini, kamu bisa minta obat sama kepala pelayan atau bibi!” Ucap James masih dengan nada yang tinggi.

Kali ini James marah-marah bukan karena dia membenci Celline. Pria itu kelewat cemas dengan kondisi istrinya itu. Sementara itu, Celline yang kepalanya sudah terasa pusing, badannya panas, meriang dan mulutnya terasa sangat pahit. Di tambah bentakan demi bentakan yang dia dengar dari James. Kini paket deritanya sudah komplit.

Tidak mau memandang lawan bicaranya itu, Celline menepis tangan James yang semula menyentuhnya. Celline mulai kesal. Dia berpikir siapa juga yang mau sakit.

Celline pikir hanya meriang saja. Tidur sebentar saja sakitnya akan hilang. Tidak tahunya kepalanya malah bertambah pusing. Langit kamar seolah terasa berputar. Baru juga membuka matanya, mulut James sudah mengomel-ngomel tidak jelas.

“Sudahlah! Lebih baik tuan keluar saja dulu. Saya mau tidur lagi. Kepala saya masih terasa pusing!” Celline mengusir James dengan mendorongnya.

“Apa???!!! Bahkan, aku diusir dari rumahku sendiri!” Umpatnya. Yang benar saja, yang memutuskan keluar atau tidaknya hanya boleh dirinya sendiri. Enak saja Celline main perintah-perintah dirinya.

Tidak bisa berkata-kata lagi, akhirnya James hanya bisa berkacak pinggang dengan kesal. Tapi, dia harus memanggil dokter segera. Dia pun merogoh handphonenya di dalam saku celananya.

*****

James menghubungi dokter pribadinya dan meminta dokter itu supaya dating ke mansionnya.

“Baik, saya tunggu. Tolong secepatnya ya, dokter.”

Setelah itu, telepon pun terputus. James menaruh kembali handphonenya di dalam saku celananya.

“Kenapa telepon dokter? Saya tidak apa-apa, tuan. Hanya pusing biasa saja.”

“Sudah, jangan banyak protes! Sebentar lagi dokter akan dating ke sini.”

“Hm…..!” Tiba-tiba Celline ingin ke kamar mandi. Celline beranjak turun dari atas ranjangnya.

“Kamu mau kemana? Kamu bisa duduk dengan tenang tidak?” Kata James ketus.

“Masa aku disuruh buang air kecil di celana?!” Jawab Celline yang tidak mau kalah ketus.

Celline pun masuk ke dalam kamar mandi. Setelah beberapa menit, dia keluar dari dalam kamar mandi.

“Tuan, kenapa tuan masih ada di sini?” Tanya Celline yang bingung, setelah keluar dari dalam kamar mandi. Suaminya itu masih ada di dalam kamarnya. Dia pikir pria itu sudah keluar dari dalam kamarnya.

“Apa kamu lupa ingatan?! Ini rumahku. Terserah aku mau ada dimana!” Jawab James dengan ketus.

Celline tidak mungkin mau mengusir si pemilik rumah. Dia hanya diam saja dan membiarkan James ada di dalam kamarnya. James keluar dari dalam kamar Celline, kemudian berteriak memanggil bibi pelayan.

“Bi….. Bibi…..!”

“Iya, tuan.”

“Bi, tolong buatkan bubur! Celline sakit, bi.” Perintah James pada asisten rumah tangganya.

“Baik, tuan.”

Dua puluh menit kemudian, bibi pelayan datang sambil membawakan semangkuk bubur dan terlihat bubur itu masih panas.

“Ayo, dimakan buburnya! Aku tidak mau kamu jadi kurus kering.” James menyodorkan semangkuk bubur.

“Nanti saja. Aku belum lapar.”

Karena tidak sabaran, James langsung menyendokkan bubur itu dan meniupnya sebelum menyodorkannya masuk ke dalam mulut Celline.

“Aaa…..” Seru James sambil menyuapi Celline.

Bukannya membuka mulutnya, Celline malah bersin dengan kencang.

“Hachimm…..”

“Hachimm…..”

James pun menaruh mangkuk itu di atas nakas, kemudian mengambil segelas air hangat yang sudah dibawakan bibi pelayan tadi bersamaan dengan bubur.

“Minum dulu.”

Celline pun meraih segelas air itu. Tak sengaja tangan mereka bersentuhan. Rasa canggung pun kembali terasa.

Karena tidak hati-hati, gelas itu malah lepas dari genggaman keduanya.

“Awas!” Teriak James saat melihat gelas itu jatuh di pangkuan Celline.

“Aduh…. Panas….!” Celline mengadu.

Dengan reflek tangan James mengusap bekas tumpahan dengan tissiu yang ada di sampingnya. Detik berikutnya, Celline langsung tersadar.

Celline langsung menggeser tubuhnya. Dia mundur secara perlahan. Bagaimana dengan James?

Ternyata pria dimana-mana sama saja. Melihat paha mulus, air liurnya langsung menetes.

Nyatanya kini Celline sudah menjadi candu bagi James. Mau ditepis dengan cara apa pun, reaksi tubuhnya tidak bisa ditipu.

Bersambung........

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!