Pemuda itu mengacungkan pistolnya persis di dada sebelah kiri Arana. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa.
Dor!!
••••
Menjadi tunangan antagonis yang berakhir tragis, adalah mimpi buruk yang harus Nara telan.
Jatuh dari rooftop sekolahnya, membuat Nara tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di tempat dirinya terjatuh.
Nara pikir dia akan mati, namun saat gadis itu terbangun, ia begitu terkejut ketika mendapati jiwanya sudah berbeda raga.
Berpindah di raga tokoh novel yang merupakan tunangan dari antagonis cerita.
Ia bernama Arana Wilson.
Saat mencapai klimaks, tokoh ini akan mati tertembak.
Sialnya, karena terjatuh, Nara tidak tau siapa malaikat maut raga yang kini ia tempati.
Bagaimana kisah Nara di novel itu sebagai Arana. Akankah dia tetap mati tertembak atau justru ia mampu mengubah takdirnya.
🍒🍒🍒
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raintara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
^^^Me:^^^
^^^Hades, lo pulang dulu aja ya, ^^^
^^^Gue ada urusan sama teman.^^^
^^^See u😉♥️^^^
Sudah lebih dari sepuluh menit Arana duduk di taman dekat parkiran sekolahnya. Kaki kirinya mengetuk-ngetuk pada tanah yang ditumbuhi rumput China tidak sabaran. Sesekali matanya melirik pada jam tangannya dengan perasaan gundah.
"Dia jadi datang nggak sih." gumam Arana sedikit merasa dongkol.
"Ra? Belum pulang?" suara khas laki-laki itu mengalihkan atensi Arana. Gadis itu mendongak. Lalu menemukan sang protagonis laki-laki yang menatapnya menunggu jawaban.
"Kepo." jawab Arana ambigu. "Jangan ganggu gue untuk sekarang. Mending lo pulang sana!" usirnya mengibaskan tangan membuat gesture mengusir.
Melihat wajah tak mengenakkan dari Arana, Malvin terkekeh renyah. Ia sugar rambutnya ke belakang sebelum akhirnya berdecak heran.
"Padahal baru kemarin, lo datang nemuin gue, minta ketemu sampai minta main ke apartment. Sekarang udah judes lagi aja."
Arana terdiam sejenak. Matanya bergulir ke kanan dan kiri mencari jawaban.
"Ya..kemarin itu kemarin. Sekarang ya sekarang. Udah beda jaman." alibi gadis itu tanpa mau menatap sang lawan bicara.
"Kayaknya emang dugaan gue benar." Malvin memainkan lidahnya di dalam mulut.
"Lo deketin gue kemarin itu ada apa-apanya."
"Jangan asal nuduh!" seru Arana tak terima. Ya, walaupun tidak bisa dipungkiri apa yang dikatakan pemuda itu adalah sebuah kebenaran.
Lagi-lagi Malvin terkekeh kecil. "Gue nggak asal nuduh Arana."
"Ada beberapa barang kesayangan gue yang hilang."
Deg.
Arana tidak menyangka jika Malvin akan sadar secepat ini. Menelan salivanya gugup, Arana membenarkan anak rambutnya yang berantakan.
"Kan belum tentu gue yang ambil. Lagian emangnya lo punya bukti?"
"Oh..." Malvin mengangguk-angguk seolah paham.
"Kira-kira..." pemuda itu mengusap dagunya menggunakan jempol dan jari telunjuknya. "Kalau bukan lo, siapa ya yang ngambil?"
"Ya mana gue tahu! Mira mungkin?" Arana asal menjawab. Sedikit kesal dengan wajah Malvin yang berekspresi menyebalkan.
"Mira?" tawa kecil meluncur dari bibir Malvin. "Jangankan nyuri, nyentuh milik gue aja pantangan buat dia." sambung pemuda itu penuh arti.
Kening Arana mengerut bingung. "Maksud lo?"
"Malvin!"
Suara khas perempuan itu memutus pembicaraan antara Malvin dan Arana. Kedua siswa berbeda gender itu kompak menoleh pada sumber suara. Dari arah timur, Mira berlari kecil mendekati tempat di mana Malvin dan Arana berpijak.
"Kamu... ngapain sama Arana?" tanya Mira setelah sampai di tempat tujuan penuh selidik.
Seperti biasa, Malvin hanya akan memandang Mira datar. "Bukan urusan lo ."
Wajah Mira berubah murung, melihat hal itu tiba-tiba Arana bersuara.
"Urusan Mira dong. Secara Mira kan pacar lo!" seru gadis itu membantah pernyataan Malvin.
Mira dan Malvin kompak menatap Arana. Yang satu menatap gadis itu tak percaya sedangkan yang satunya lagi menatapnya aneh.
"Serius Arana? Lo...nggak cemburu gitu?" tanya Malvin dengan menaikkan salah satu alisnya.
"Cemburu?!" Arana menaikkan nada bicaranya. "Hello! Buat apa gue cemburu? Gue udah punya tunangan kalau lo lupa." dengus pemeran figuran itu menatap Malvin sinis.
"Arana, gue kecewa sama jawaban lo." balas Malvin menampilkan ekspresi kecewa.
"Gue pikir, setelah kejadian kemarin lo udah berubah menjadi Arana yang dulu lagi. Arana-nya Malvin. Tapi apa ini? Jadi yang kemarin cuma sandiwara gitu?" desak Malvin implusif. Memasukkan kata-kata yang bisa membuat lawan bicaranya merasa bersalah jika dia punya hati yang lemah.
Namun jangan khawatir. Arana sudah membentengi hatinya dengan kata-kata Malvin yang menurutnya hanyalah omong kosong belaka. Pemeran utama yang otaknya kosong.
"Itu salah lo sendiri, Malvin." Arana menatap Mira yang sedari tadi diam mendengarkan perdebatan antara dirinya dan pacar gadis itu.
"Gue kemarin deketin lo karena, gue mau bikin Hades cemburu." entah darimana ide itu tiba-tiba datang.
"Huh?"
"Ya gitu deh. Hades akhir-akhir ini cuek banget. Gue kesel, jadi gue manfaatin lo aja." Arana menyengir tanpa rasa bersalah. "Jadi, maaf ya."
"Gue juga minta maaf sama lo Mir. Lo pasti kemarin marah banget gue tiba-tiba datang."
"Eh, gu--aku---
Tiba-tiba saja Mira menjadi gagap.
"Dan sebagai permintaan maaf gue, gue mau ngajak lo beli eskrim bareng. Tenang aja nanti gue traktir." Arana mulai menjalankan tujuannya. Mendekati Mira sang protagonis wanita.
"Tapi---
"Nggak ada penolakan ya Mira. Lo lupa apa yang gue omongin tadi pagi?"
Dan Arana yakin, Mira tidak mungkin akan menolak. Apalagi jika itu sudah berhubungan dengan Malvin.
