Tak ada firasat apapun pada perempuan bernama Fina Nurlita, seorang perawat yang baru lulus dari kampusnya ketika seorang utusan dari keluarga konglomerat memintanya bekerja menjaga sang anak yang menderita autis.
Ia mengira jika anak itu masih kecil ternyata seorang pemuda tampan berbadan kekar yang suka sekali membawa boneka Tayo dan Doraemon.
Susahnya mencari pekerjaan untuk orang yang baru lulus kuliah membuat Fina menerima tawaran itu.
"Ini anak kami bernama Willian. Saya harap kamu bisa menjaga dan merawatnya dengan baik! Willy tidak rewel hanya perlu ditemani ngobrol saja.Tenang walaupun badan Willy besar dan kekar, perilakunya seperti anak kecil. Jadi kamu tidak perlu khawatir" ucap Else sang ibu Willian.
Hari-harinya diawal bekerja berjalan dengan lancar, hingga malam durjana hadir kala William dengan gagahnya merangsek dengan jiwa penuh nafsu birahi yang membara pada Fina walau gadis itu meronta dan memohon tetapi Willian tidak memperdulikannya. Ia pun pergi dari rumah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Mendadak
"Aku inginnya segera menikahi Fina, dad" ucap William
"Lantas bagaimana denganmu Fina?" tanya Chandra.
"Berikan waktu untuk saya benar-benar bisa memutuskan ini. Bukannya saya tidak yakin dengan Willi, tetapi alangkah baiknya saya harus bisa meyakinkan dan menerima ini dengan ikhlas. Karena saya pernah trauma dengan William" ucap Fina dengan nada yang jujur.
"Fina, maafkan aku" William tertunduk malu.
"Aku hanya ingin bisa menghilangkan trauma itu Will. Tolong beri aku waktu, please" ucap Fina lagi.
"Baiklah jika begitu, dady mengerti. Tapi tolong segera berikan keputusan agar William dan kamu bisa bersatu" pinta Chandra.
"Baiklah dady!" ucap Fina.
"Yasudah, dady ingin tidur dengan cucu dady. Kalian bisa mengobrol berdua" Chandra pun berlalu meninggalkan keduanya.
Kini hanya ada William dan Fina yang duduk berdua. Suasana canggung pun tiba-tiba hadir.
"Sayang!" ucap William tiba-tiba memulai obrolan.
"Hmmm!" jawab Fina hanya deheman saja.
"Aku ingin secepatnya memilikimu seutuhnya" ucap William.
"Itu pasti, will" Fina menjawab sembari mengelus kepala William.
William tiba-tiba mendekatkan bibirnya pada bibir Fina.
"Will!" ucap Fina sembari berbisik.
"Hmmm!" jawab William tepat di bibir Fina.
"Jangan begitu, nanti dady tahu!" Fina sedikit mendorong dada bidang itu.
"Stttt!! Dady tidak mungkin tahu. Nikmati saja ya" William berbicara sembari menggendong Fina masuk kedalam kamarnya.
William merebahkan tubuh Fina di atas ranjang kemudian ia tidur di samping Fina.
"Aku janji tidak akan melewati batas!" ucap William sembari membuka celana Fina.
"Will, jangan" Fina merasa takut karena tatapan William telah sayu.
"Jil@t sedikit saja ya. Lagipula Dady tidak ada. Sayang, aku sudah tidak kuat" ucap William dengan nada serak.
Fina pun pasrah dengan apa yang akan di lakukan William.
"Aku buka ya, celananya!" William menarik celana Fina.
Tiba-tiba terdengar suara deheman dari arah pintu.
"Hmmmmmm" ucap suara dengan nada marah.
"Dady!" William bersemu malu.
"Dady, ya ampun mati aku!" Fina langsung menaikan kembali celananya lalu ia bangkit dengan tertunduk malu.
Sungguh ini salah William. Kenapa sih pria itu tidak bisa menahan nafsunya? Alhasil enak-enak tidak jadi, malah malu yang di rasa.
"Mau apa kalian?" tanya Chandra dengan suara bariton.
"Eh dady! Sedang apa dad, disana?" William bertanya sekedar basa-basi.
"Maaf!" ucap Fina lirih.
"Katanya mau jilat? Jilat apa Will? Eskrim?" tanya Chandra kembali sembari geleng-geleng kepala.
Tentu Chandra tau maksud dari perkataan William. Ia tidak menyangka ternyata putranya berperilaku mesum.
"Tidak, dad. Sudah lah dad, aku malu" William berkata dengan wajah memerah. Sementara Fina masih tertunduk malu.
"Kamu juga Fina, mau saja di ajak mesum oleh William" ucap Chandra sembari berkacak pinggang.
"Maafkan saya, dady. William yang memaksa!" Kini Fina sudah terisak.
"Haisshhh, sudah dady duga. Sudah nak jangan menangis. Dady minta secepatnya saja menikah agar tidak semakin jauh tindakan kalian" pinta Chandra.
"Baiklah dady" jawab Fina.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semenjak kejadian malam itu, Fina jadi sebal pada William..Fina merasa kesan pertemuan dengan Chandra tercoreng gara-gara ulah William.
Ketika mereka sedang menonton tv, seseorang mengetuk pintu rumah Andi.
"Biar bapak yang buka!" seru Andi sembari berdiri.
Ia pun membuka pintu, dan betapa terkejutnya melihat rombongan orang membawa berbagai seserahan dan pasukan yang membawa rebana.
"Loh ini ada apa?" tanya Andi bingung.
"Dan ini Bu Zainab dan Rizky ada apa malam-malam kemari?" Andi tambah bingung lagi.
Akh Andi sampai lupa menyuruh tamunya masuk.
"Maya, Fina, Firman kemari!" Andi berteriak hingga penghuni rumah keluar semua.
"Apa toh, eyang ini teriak-teriak?" tanya Akmal.
"Ini ada pasukan" ucap Andi.
"Pak Andi, maaf loh kami rame-rame kemari, soalnya ada hal yang akan kami sampaikan pada dek Fina" ucap Zainab, wanita paruh baya dengan tahi lalat besar di pipinya.
"Yasudah ayo masuk, bu" ucap Andi.
Saat itu juga, William datang ke rumah Andi, bermaksud ingin meminta maaf pada Fina akan ulahnya malam itu.
"Itu kenapa rame-rame di rumah pak Andi?" tanyanya dalam hati.
Karena Di dalam rumah Andi sempit, William pun mendengarkan di teras rumah.
"Baiklah bu Zainab, silahkan utarakan opo maksud kedatangannya?" tanya Andi.
"Begini, malam ini saya mengantar anak saya Rizky Bin Titan, putra bapak Titan ingin melamar dek Fina sebagai calon istri Rizky" ucap Zaenab.
"Hah, istri?"
"Istri?"
Fina, Maya, Siti, Akmal dan semua yang belum tahu maksud kedatangan pemuda yang baru lulus tes polisi ini ternganga termasuk William.
"Sinting! Fina hanya milikku, tak ada yang boleh memilikinya selain William seorang" geramnya, tetapi ia masih bisa menguasai dirinya. Ia cukup tenang untuk terus mendengarkan lamaran itu.
"Bagaimana dek Fina, apakah kamu mau di pinang oleh mas? Mas tahu, ini memang terdengar dan terlihat lucu, tapi mas sudah lama memendam rasa padamu, dek. Dan baru kali ini mas berani mengutarakan isi hati mas. Dek Fina, mas janji akan membahagiakanmu" ucap Rizky sungguh-sungguh.
"Maaf mas, sebelumnya kita kan tidak pernah saling sapa, bagaimana saya menerimamu. Maaf mas tapi" Belum selesai Fina bicara sudah di sela oleh Rizky.
"Tak apa dek, mas paham. Kita bisa pelan-pelan untuk saling mengenal karakter satu sama lain. Dek, mas sangat mencintaimu. Apapun mas akan lakukan untukmu dek Fina" Kini Rizky berlutut di hadapan Fina.
"Mas, maaf tapi saya sud- -" ucap Fina yang lagi-lagi terpotong oleh selaan Rizky.
"Tak apa dek, mas paham kalau ini butuh waktu. Mas akan menunggu" ucap Rizky.
Fina pun sangat kesal pada Rizky yang menurutnya agak gila. Pasalnya Fina tak di beri kesempatan untuk menuntaskan bicaranya.
"Baiklah dek Fina, jika begitu mas dan semuanya pamit. Mas tunggu keputusanmu ya sayang" ucap Rizky.
Sayang? What? Bahkan Rizky sudah berani menyebut Fina dengan kata sayang, terlihat menggelikan.
Sementara di luar William sudah mengepalkan tangannya hingga terlihat putih tak ada darah. Ia mengira jika Fina sengaja menunda pernikahannya karena sedang menunggu lamaran pemuda itu.
"Baiklah, kami pamit ya!" Zaenab menyalami satu persatu keluarga Fina.
Terdengar celetukan dari pengantar rombongan itu.
"Halahh mana nih, sudah jauh-jauh tak di kasih makan. Padahal aku sudah nunggu nasi rawon, bebek Madura, dan sate. Nyesel aku nganter dia" ucap pria berpeci warna merah.
"Boro-boro nasi, air putih saja tidak ada!" gerutu pria yang satunya tetapi masih bisa di dengar Andi.
Andi pun geram karena ia di salahkan atas peristiwa yang Andi pun tidak tahu akan adanya lamaran ini.
"Maaf untuk semuanya karena tidak di berikan apapun. Jujur kami sebagai keluarga Fina, benar-benar syok dengan lamaran mendadak ini. Sungguh saya tidak tahu dan tidak sempat menyiapkan apapun. Jadi sekali lagi maaf" ucap Andi.
Rombongan Rizky pun akhirnya pulang, menyisakan kebingungan di wajah penghuni rumah.
"Itu apa sih?" ucap Maya sembari terbengong.
"Entahlah, mereka siapa? Aku tak kenal?" balas Firman.
"Apa aku mimpi?" Fina menepuk-nepuk pipinya.
Mereka pun kemudian tertawa dengan hal yang baru saja terjadi. Tetapi di teras rumah William sedang menahan amarahnya.