Seorang Dokter muda yang jenius dan ahlibeladiri mati karena menolong anak kecil dari mobil yang akan merenggut nyawanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Respati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANGERAN KERAJAAN SHI
Setelah bermeditasi hingga pagi. Pangeran Lingzhi merasakan keadaannya kembali sehat. Setelah beberapa saat beristirahat sambil melanjutkan meditasi, menjelang siang Dia segera mengajak pengawal dan sahabatnya untuk kembali pulang kekerajaan. Sesampainya di kerajaan Shi dia segera memerintahkan pengawal kepercayaannya untuk mencari tabib wanita yang telah menyembuhkan dirinya. Dia tahu tanpa pertolongan tabib wanita itu dia tak akan bisa selamat dari kematian dan pulang kembali ke kerajaannya. Saat itu dia mengalami pertempuran dengan kerjaan gelap yang di pimpin sendiri oleh sang raja iblis . hingga dia terluka parah karena terkena pedang raja iblis yang mengandung racun jahat. Konon racun itu tidak ada penawarnya. Saat dia mulai merasakan akhir hidupnya. Dia segera berlari menyelamatkan diri , dan tanpa sengaja dia sampia di hutan angker. Dia sudah yakin hidupnya akan berakhir. Namun Dewa masih mengasihinya . melalui tangan tabib itu dia terlepas dari kematian. Dan kini dia sudah berjanji akan menyerahkan hidupnya pada sang tabib yang wajahnya masih lekat di dalam ingatannya.
"Siapa kau sebenarnya ....dan dimana dirimu berada...? Apakah kau penduduk kerajaan Shi ini atau kau penduduk kerajaan Long...siapapun dirimu kau akan menjadi milikku, kau yang pantas menjadi pendamping hidupku..." tekat dan janji pangeran Lingzhi sambil tidur di pembaringannya.
Saat dia hampir terlelap tiba- tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya.
Tok tok tok...
"Putra Mahkota...apakah kau sudah tidur...?" terdengar suara cemas memanggil namanya. suara sang Bunda permaisuri Shulian
Akhirnya dengan terpaksa Pangeran Langzhi turun dari pembaringannya , bagaimana mungkin dia akan membiarkan sang bunda berada di luar ruangannya. Dengan cepat pangeran Langzhi turun dari pembaringannya. Dia segera membuka pintu kamarnya.
"Ada apa Bunda...?" tanya pangeran Langshi setelah membuka pintu kamarnya dia melihat sang bunda berada di depan pintu kamarnya.
Terlihat gadis cantik dan terlihat manja brsama sang bunda. melihat itu wajah dingin pangeran Langzhi semakin dingin.
"Pangeran...Bunda dengar kau terluka parah...?" tanya sang Bunda sambil melihat penampilan Langzhi yang berdiri di depannya. dia memegang wajah putra kesayangannya dan memeriksa seluruh tubuh Pangeran Langzhi .
"Benar Bunda...tapi kini Langzhi sudah sehat Bunda....?" jawab Langzhi dengan wajah dinginnya.
"Syukurlah nak...Bunda sudah cemas mendengar kau terluka..." jawab sang ibu.
"Gege...kau tidak apa - apa kan...?" tanya gadis yang bersama sang Bunda.
Pangeran Langzhi hanya menatap gadis itu dengan wajah dinginnya. Dia tak minghiraukan pertanyaan gadis itu.
"Bunda...kalau tidak ada lagi Langzhi mau istirahat dulu..." kata pangeran Langzhi dingin. Dia sangat tidak suka ada gadis yang mendatanginya.
Sang Bundapun tahu kenapa sang putra terlihat dingin dan mengusir dia dari kamarnya. Tadi saat dia mendengar sang putra telah datang dia sedang berbincang dengan istri mentri keuangan yaitu nyonya Lan Phanyu bersama putri tunggalnya yaitu Lan Wen. Ketika permaisuri Shulia ingin menemui putranya Lan Wen ikut. Permaisuri Shulia tidak bisa menolak, walau dia tahu reaksi sang putra bila melihat seorang gadis.
"Baiklah nak Bunda keluar dulu, istirahatlah...." jawab sang Bunda memaklumi.
Setelah kepergian sang bunda dia segera merebahkan diri , namun dia tidak dapat memejamkan matanya, wajah gadis penyembuh sakitnya atau si gadis tabib selalu di dalam otaknya .
Karena terlalu sulit tidur akhirnya pangeran Langzhi memutuskan untuk bermeditasi.
Sedang sang Bunda yang keluar dari kamarnya sedang berjalan bersama Lan Wen dan para dayang kembali keruang perjamuan di kediaman sang permaisuri yaitu istana Gardena. Istana Gardena adalah istana tempat tinggal permaisuri . sedang istana para selir di area istana tulip. Sedang istana untuk para putri adalah istana Teratai. Untuk istana tempat tinggal sang putra mahkota adalah istana Naga. Beberapa bulan lagi putra Mahkota akan di angkat sebagai Kaisar kerajaan Shi.
Sampai di istana Gardena. Mereka melihat nyonya Lan Phanyu sedang menunggu kedatangan mereka.
" Permaisuri...bagaimana keadaan putra mahkota...?" tanya nyonya Phanyu pada permaisuri .
"Sudah baikan....untung ada tabib yang bisa menolong dia..." jawab permaisuri.
"Ibunda permaisuri...boleh hamba merawat putra mahkota...?" tanya Lan Wen berharap.
Dia memang dekat dengan permaisuri karena sang ibu bersahabat dengan permaisuri Shulia. Dia sudah sejak dulu jatuh cinta pada putra mahkota, namun pangeran Langzhi tidak pernah melihat dirinya. Dia berharap kalau dia merawat putra Mahkota mungkin saja pangeran Langzhi bisa jatuh cinta padanya .
"Tidak... Itu tidak perlu...bukankah tadi kau bisa kihat kalau putra Mahkota sudah baikan...kalaupun di butuhkan ada tabib di kerajaan ini..." jawab permaisuri. Dia tidak ingin sang putra marah andai ada wanita yang akan merawatnya.
"Tapi Bunda Lan Wen ingin merawat putra Mahkota...." ucap Lan Wen memaksa.
"Permaisuri...ijinkan Lan Wen merawat putra Mahkota. Agar dia bisa lebih dekat dengan pangeran Langzhi..." ucap nyonya Lan Phanyu dengan wajah penuh harap .
dia ingin membantu sang putri mendekati putra Mahkota.
"Maaf...aku tidak bisa mengijinkan Lan Wen merawat pangeran Langzhi , aku tidak ingin putraku marah ..." jawab permaisuri. Dia memang menyayangi Lan Wen, tapi dia tidak akan memaksa sang putra untuk menerima perjodohan yang dia pilih kan.
Terlihat wajah putrin Lan Wen kecewa. Hilang sudah kesempatan untuk berdekatan dengan putra mahkota. Karena hari sudah semakin siang, nyonya Phanyu mengajak Lan Wen untuk kembali pulang . karena dia tidak ingin mengganggu waktu istirahat permaisuri.
Sedang di tempat Alea, dia sedang menangani para pasiennya. Setelah bermeditasi di dalam ruang batu gioknya. Dia keluar dan kembali ke desa cahaya. Kini dia sedang merawat gadis muda yang terkena racun karena keserakahan bibik dan pamannya.
Setelah mendetoksi racun yang ada di dalam tubuh Liliana , Kini Alea mengetahui kerusakan yang ada di dalam tubuh Liliana. Dia segera membuat ramuan untuk merendam tubuh Liliana di dalam air ramuan. Setelah menyuruh Mimi merebus semua ramuan itu , setelah mendidih Mimi segera menyiapkan air ramuan tadi kedalam bak mandi. Ketika air sudah agak dingin, Alea menyuruh Liliana untuk merendam dirinya kedalam air ramuan tadi.
"Kau berendamlah tubuhmu di dalam bak ramuan ini. Jika nanti terasa menyakitkan, kau harus bertahan, karena ramuan ini akan mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuhmu..kau bisa kan...?" kata Alea sambil menatap gadis yang ada di depannya.
"Racun...." tanya gadis itu kaget.
"Iya...tubuhmu terkena racun yang tidak dapat di deteksi jika tidak menggunakan. alat tertentu..." jawab Alea.
"Kenapa ada racun di tubuhku kak...?" tanya gadis itu kaget.
"Mana kakak tahu...mungkin paman dan bibi mu yang melakukan itu, karena racun ini sudah lama masuk ketubuhmu secara bertahan.... " jawab Alea.
"Ya dewa...kenapa mereka melakukan itu padaku kak...?" tanya gadis itu dengan wajah sedih.
"Mungkin mereka menginginkan hartamu..apakah kau orang kaya...?" tanya Alea acuh.
"Aku memiliki rumah dan beberapa tanah serta tokoh pninggalan orang tuaku kak.." jawab gadis itu.
"Karena itulah mereka ingin membunuhmu...." ucap Alea sambil tersenyum.
"Ya dewa...untuk surat - surat dan perhiasan aku simpan di tempat tersembunyi..." kata gadis itu lagi .
"nach sekarang mulailah berendam, ingat jika terasa sakit bertahanlah..." kata Alea.
"Baik kak..." jawab gadis itu.
"Kak...tolong kau bantu dia..." ucap Alea pada Mimi.
"Baik Pey'er..." jawab Mimi. Lalu dia segera masuk kedalam kamar mandi yang memang khusus ada di rumah obat milik Alea. Sedang Alea segera keluar untuk membuatkan obat penawar racun buat gadis itu. Dia masuk kedalam ruang dimensinya.
"Kau butuh bantuan Lea'er...?" tanya Eagle.
"Boleh...ambilkan aku air kehidupan gege..." jawab Alea. Dia segera mencaribtanaman untuk membuat pul penawar racun. setelah itu dia mulai membuat pil dengan memggunakan tungku pil dengan mengerahkan tenaga dalamnya dia mulai membuat api yang membakar tungku. Setelah memasukkan ramuan kedalam tungku pil, Alea mulai konsentrasi. Tak berapa lama tercium bau harum obat yang Alea buat. Setelah di rasa cukup Alea segera membuka penutup tungku. Terlihat tiga buah pil penawar racun telah terbentuk dengan sempurna. Alea segera memasukkan pil itu kedalam botol obat.
"Kau semakin ahli dalam meramu obat Lea'er...."ucap Lauyan yang sudah ada di sebelahnya.
"Apakah obatku sudah sempurna ge Yan...?" tanya Alea.
"Sangat sempurna....." puji Lauyan.
"Kau memang berbakat dalam Alkimia Lea'er..." sela White.
"Kau harus banyak berlatih dalam membuat pil penyembuh Lea'er..." ucap Eagle yang datang dengan membawa air kehidupan.
"Pasti...aku akan membuat banyak pil untuk menyembuhkan orang ..." jawab Alea.
"Ya sudah aku akan keluar, mungkin gadis itu sudah selesai dalam berendam... oh ya gege...apakah aku bisa meminta tolong salah dasatu dari kalian untuk memberi pelajaran pada keluarga yang telah menyakiti gadis itu...?" ucap Alea pada ketiga mahluk kontraknya.
"Aku yang akan pergi Lea'er....tapi kenapa kau membantu dia...?" tanya Eagle.
"Aku kasihan sama dia....hidupnya hampir sama denganku. Karena keserakahan manusia, keluarga yang dia tolong ingin memiliki harta kekayaannya...." jawab Alea.
"Baiklah aku yang akan pergi..." kata Eagle .
Alea segera keluar dari ruang dimensinya , ternyata White dan Lauyan ingin menemani Alea , Lauyan berubah menjadi burung kecil berbulu kuning, sedang White berubah menjadi ular kecil yang melingkar di lengan kecil Alea seperti gelang putih yang indah.
Eagle pun keluar dari ruang dimensi melaksanakan permintaan Alea.
Sesampainya di ruang pemeriksaan, Alea melihat gadis itu telah menyelesaikan mandinya.
"Gimana kak...apa sudah bersih racun yang ada di dalam tubuh dia...?" tanya Alea pada Mimi .
"Airnya sudah jernih Lea'er sudah tidak menghitam dan berbau..." jawab Mimi.
"Bagus...nah kau minumlah ini agar racun di dalam tubuhmu benar- benar bersih. Dan kau boleh pulang dua hari lagi agar kesehatan tubuhmu benar- benar sehat...." kata Alea sambil memberikan sebutir pil penawar racun.
"Baik kak..." jawab gadis itu sambil menerima pil dari Alea.
"Kak...kau bisa menyelesaikan memeriksa mereka kan...?" kata Alea pada Mimi. Mimi memang sudah di ajari oleh Alea untuk membantu menangani para pasien rumah obatnya.
"Bisa Lea'er...kau mau pergi....?" tanya Mimi .
"Iya...aku ingin melihat para pekerja yang sedang bekerja di sawah...." jawab Alea.
"Baiklah kakak akan menjaga di sini..." kata Mimi sambil merapikan bahan obat- obat yang ada di rak obat.
"Kalau begitu aku pergi kak..."pamit Alea.
"Pergilah..." kata Mimi sambil tersenyum.
Alea segera melangkah kan kakinya menuju persawahan yang terletak tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Saat berjalan menuju persawahan dia berjumpa dengan para penduduk , mereka menyapa Alea dengan sopan dan hormat.
"Pagi tuan Hanpey..." sapa Seorang bapak yang sudah tua.
"Pagi pak...mau kemana...?" tanya Alea sopan.
"Ini nak...bapak mau kepasar..." jawab pria tua itu dengan wajah bahagia karena pria yang di hormati seluruh desa mau menyapanya .
"Kalau begitu hati- hati di jalan pak..." kata Alea sambil tersenyum ramah.
"Trimakasih nak..." jawab pria tadi. Dia merasakan keramahan seorang Hanpey yang di agungkan. Pria yang tampan dan ramah, walau memakai topeng mereka tahu kalau di balik topeng itu tersembunyi wajah yang sangat tampan. Sedang Alea kembali berjalan kearah sawah miliknya. Ketika sampai di sawah dia melihat Zio Sang sedang menggarap sawah bersama para pekerja yang bekerja pada Alea.
"Siang semua...." sapa Alea ramah.
"Siang tuan...." jawab mereka serempak.
"Siang Pey'er..." jawab Zio Sang.
"Ada apa kau kemari Pey'er..?".tanya Zio Sang sambil menatap Alea.
"Aku hanya ingin melihat sawah ge... Dan aku juga ingin membantu kalian.." jawab Alea.
"Jangan...nanti bajumu kotor..." seru Zio Sang .
"Nggak masalah ge...baju kotor dapat di ganti kan...?" kata Alea sambil tertawa. Dia segera turun kesawah membantu menanam padi. Dengan cekatan tangan mingilnya menanam padi bersama para pekerjaan. Para pekerjaan hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tidak hanya sekarang ini Alea ikut turun kesawah, sudah biasa bagi Alea membantu menanam padi aataupun sayuran atau memperbaiki aliran air di sawah. Semua itu membuat para petani sekitarnya menjadi giat untuk bekerja di sawah.Dia juga tidak segan membantu para petani atau penduduk yang kesusahan . Kini para penduduk semakin sayang dan hormat padanya . Apalagi sekarang Alea tidak pernah lagi pergi dari desa walau hari sudah malam seperti yang biasa Alea lakukan .
Tanpa terasa waktu makan siang sudah terlewati. Akhirnya Alea kembali kerumahnya. Ketika sampai di sana terlihat Mimi yang telah menunggu kedatangannya.
"Pey'er...kenapa sampai sore...kau belum makan siang lo...dan lihatlah bajumu...kau ikut turun kesawah....?" tanya Mimi beruntun. Alea tertawa melihat kecerewetan Mimi. Dia memang sangat memperhatikan Alea seperti seorang ibu. Dan Alea tahu Mimi sangat menyayangi dirinya.
"Kak...kau seperti ibu- ibu rempong...?" kata Alea di sela tawanya.
"Ibu- ibu rempong...?' tanya Mimi tak mengerti.
"He he he...iya karena kau terlalu cerewet..." ucap Alea sambil mencubit pipi Mimi gemas.
"Ck..kau ini...dasar anak nakal....ayo cepat mandi ,...kakak takut kau jatuh sakit...lalu kita makan.." seru Mimi.
Alea tertawa sambil berjalan kearah rumah mungil di belakang rumah makan miliknya. sedang Lauyan dan White kembali ke ruang dimensi.
"udah dulu ya...jangan lupa like, vote, dan komennya selalu author ingatkan 🙏🙏
Bersambung.
padahal karya kamu bagus2 lho kak, aku suka dan selalu mengikuti karya2 kamu.