Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Rumah Ikan Mas Koi
Juragan ikan mas koi ingin membuka cabang baru. Ia sudah punya kios berjualan ikan mas koi di beberapa kota yang lain. Tempatnya sudah punya nama Rumah Ikan Mas Koi.
Pada masa itu ikan mas koi untuk pertama kalinya menjadi sangat populer terkhusus di kota-kota besar. Selain ragam ikan dengan corak warnanya yang unik. Memelihara ikan koi juga dipercaya bisa mendatangkan hoki atau keberuntungan. Dan juga bermanfaat untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang lebih sehat.
Juragan ingin membuka tempat usaha berjualan ikan mas koi di kota W. Karena ia adalah orang yang super perfeksionis juragan selalu memulainya sendiri dari awal biarpun sudah punya banyak pegawai yang bisa ia suruh-suruh.
Pagi ini juragan pergi sendiri ke kota W untuk survei lokasi. Kira-kira dimana ia harus menyewa tempat untuk dijadikan Rumah Ikan Mas Koi.
Yang diinginkan juragan tentu saja posisi yang strategis.
Juragan menemukan sebuah tempat yang menarik hati dan minatnya. Sepertinya lokasi inilah yang paling sesuai.
Di pinggir jalan raya ada tempat sewa ruko yang masih baru. Banyak ruko-ruko yang sudah dibangun. Tapi belum ada satu pengusaha pun yang menyewanya. Juragan ikan mas koi bisa menjadi orang pertama yang melakukannya dan mendapatkan potongan harga yang spesial.
Lokasi ini ramai dilalui oleh laju kendaraan. Karena memang jalan ini adalah jalan raya utama.
Juragan optimis tempat ini yang paling strategis untuk membuka cabang baru Rumah Ikan Mas Koi.
Juragan pun mendatangi ruko-ruko yang masih tertutup di pinggir jalan raya itu.
Juragan menyeberang jalan.
Kebetulan di sana sedang ada seorang tukang yang tengah menyelesaikan satu ruko yang belum rampung.
"Permisi pak",
"Kalau saya mau sewa tempat ini menghubungi siapa ya?",
Tukang itu kemudian membentangkan sebuah spanduk yang tertera alamat dan nomor rumah penanggung jawab sewa ruko. Spanduk itu rencananya baru aka dipasang setelah teman tukang yang satu lagi datang.
Karena sukanya serba sat-set. Juragan mendatangi rumah orang yang mengurus untuk sewa ruko di tempat ini. Juragan sudah memilih mau membayar ruko yang sebelah mana.
*
Beberapa minggu kemudian.
Rumah Ikan Mas Koi di jalan raya kota W sudah resmi dibuka.
Dari deretan ruko-ruko yang berjejer di pinggir jalan raya. Juragan memilih ruko yang berada di tengah. Menurutnya ini yang paling cocok.
Sudah berminggu-minggu tapi sama sekali belum ada pembeli. Satu pun.
Tidak ada yang salah dengan Rumah Ikan Mas Koi yang baru ini. Tempatnya sudah disesuaikan dengan standard yang sama persis seperti kios-kios Rumah Ikan Mas Koi yang lain.
Aquarium-aquarium. Ikan-ikan koi yang bercorak warna-warni dalam kondisi prima.
Apa jangan-jangan penduduk di kota W tidak mengikuti trend memelihara ikan koi yang sekarang sedang booming? Di kota W juga belum ada pedagang ikan hias yang lain.
Pernah ada laporan dari cabang Rumah Ikan Mas Koi di kota lain bahwasannya orang-orang dari kota W memborong ikan koi di sana sebelum juragan membuka tempat baru di kota ini. Perhitungan itu juga yang mendasari kenapa juragan membuka cabang Rumah Ikan Mas Koi di kota W. Tapi kenapa sekarang malah sepi?
Malam ini ada perkumpulan keluarga. Juragan juga datang bersama anak dan istrinya. Pertemuan ini biasa diselenggarakan saat tahun baru mereka.
Para laki-laki kepala rumah tangga kalau sudah bertatap muka apalagi yang akan mereka bicarakan kalau bukan soal bisnis.
"Juragan ikan mas koi kapan Rumah Ikan Mas Koi di kota W dibuka?",
"Sudah berbulan-bulan yang lalu kamu katanya mau buka kios di sana?",
"Biar kami yang dari jauh jadi lebih dekat kalau mau beli koi",
"Akhir-akhir ini aku kalau ada proyek suka lewat sana biar sekalian mampir",
Pernyataan itu membuat juragan tertegun sejenak sebelum menjawab. Karena ia sudah membuka Rumah Ikan Mas Koi di kota W lebih dari sebulan yang lalu. Masa saudaranya itu tidak melihatnya.
Dalam perjalanan pulang dari pertemuan keluarga juragan sengaja ingin lewat kota W. Ia mau mampir ke kios yang setiap malam sudah dihuni oleh dua pegawai. Sekalian sidak dadakan.
Sudah larut malam. Rumah Ikan Mas Koi sudah tutup sejak jam delapan malam tadi. Tapi juragan tetap bisa masuk karena bawa kunci ruko sendiri.
Juragan ingin memeriksa apakah treatment yang dilakukan kepada ikan-ikan koi jualannya di malam hari sudah benar atau belum. Pasalnya semakin jauh dari pengawasan kalau tidak dikasih perhatian nanti dua pegawainya itu sengaja bersikap lalai.
"Kenapa tidak jadi?",
"Kita langsung pulang saja sudah larut malam",
Sebetulnya juragan sudah melewati jalan raya dimana Rumah Ikan Mas Koi dan ruko-ruko yang masih kosong itu berada. Tapi saat mobil juragan melintas di jalan raya itu. Di pinggir jalan raya di seberang jalan sana tidak ada apa-apa.
Peristiwa ini membuat juragan khawatir. Ternyata benar apa yang dikatakan saudaranya sewaktu perkumpulan keluarga tadi. Juragan harus mencari tahu penyebabnya. Jika terus dibiarkan seperti ini bisa-bisa usahanya merugi.
Keesokan harinya juragan datang ke Rumah Ikan Mas Koi di kota W lebih pagi. Dan juragan benar-benar dikejutkan dengan apa yang terjadi di kios barunya itu.
Banyak ditemukan ikan-ikan koi di dalam aquarium yang mati tanpa sebab dan alasan yang jelas.
"Kami tidak tahu juragan tadi malam kami periksa semuanya baik-baik saja",
Ada seseorang yang datang ke Rumah Ikan Mas Koi.
Seseorang itu bukanlah seorang pembeli. Melainkan seseorang yang sudah juragan undang untuk membaca tempat usaha barunya ini. Seseorang itu adalah seorang ahli Feng shui.
"Apa yang perlu aku ketahui?",
"Kenapa kalian mukanya muram begitu?",
"Lihatlah master ikan-ikan koi ini mati tanpa sebab yang jelas",
"Sebaiknya aku mulai membaca tempat mu ini",
Ahli Feng shui itu mulai melakukan kepiawaiannya membaca tempat berjualan milik juragan. Ia menelusuri seluruh ruangan. Ia juga berjalan keluar di sepanjang pinggir jalan raya tempat ruko-ruko yang lain dibangun. Bahkan ahli Feng shui itu juga pergi ke halaman belakang ruko yang merupakan lahan tanah luas yang dipenuhi semak belukar yang tidak terurus.
Juragan dan dua karyawan Rumah Ikan Mas Koi mengikuti ahli Feng shui itu dari belakang.
"Bagaimana master?",
"Tidak ada yang salah dengan dua pegawai mu dan ikan-ikan koi yang kamu jual",
"Yang buruk adalah tempat ini secara keseluruhan",
"Apa yang harus kami lakukan master?",
"Jika kalian ingin selamat tinggalkan tempat ini",
"Sekarang juga",
Master Feng shui tidak mungkin main-main. Karena masih ingin hidup bahagia juragan dan dua pegawainya berkemas hari ini juga untuk angkat kaki dari tempat yang terkutuk ini.
Juragan memilih keselamatan diri dan juga keluarga Rumah Ikan Mas Koi. Mereka masih bisa pindah untuk menyewa tempat yang lain di kota W. Meskipun uang yang sudah dikeluarkan tidak sedikit untuk sewa ruko selama satu tahun.
Malam harinya juragan dengan satu pegawainya kembali datang ke ruko di pinggir jalan raya yang berada di seberang jalan sana untuk terakhir kalinya. Mereka mau mengambil barang-barang yang masih tertinggal.
"Sana ambil", kata juragan.
Pegawai yang diajak juragan itu diam saja di dalam mobil tidak beranjak.
"Kenapa? Sana ambil",
"Temani saya juragan itu ada orang",
Di sebelah Rumah Ikan Mas Koi yang sudah resmi tutup beberapa jam yang lalu ada orang yang tampak sedang sibuk. Orang itu menempati ruko yang bersebelahan dengan ruko juragan.
Juragan pun ikut turun untuk menemani pegawainya mengambil barang dan untuk menyapa orang baru itu.
"Baru pindahan?",
"Mau buat jualan apa?",
Ketika ditanya oleh juragan orang itu malah masuk ke dalam.
"Sudah juragan", kata pegawai juragan yang sudah beres mengambil semua barang-barang terakhir Rumah Ikan Mas Koi.
Juragan dan pegawainya masuk ke dalam mobil untuk pulang dan tak akan pernah kembali lagi ke tempat ini.
"Orang yang tadi mau buka usaha apa juragan?",
"Waktu aku tanya orang itu malah masuk ke dalam kios",
Ketika mobil Rumah Ikan Mas Koi berjalan perlahan juragan dan satu orang pegawainya itu sama-sama terdiam. Di pinggir jalan raya di seberang jalan sana pada malam itu tidak ada satu pun ruko yang buka.
Beberapa bulan kemudian muncul di surat kabar. Deretan ruko yang tidak pernah diminati untuk disewa menjadi tempat berjualan itu ludes terbakar.