Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Arghh...
Yoga berteriak frustasi sambil mencampakkan benda yang ada di dekatnya ke sembarang arah. Ingatannya terus terpacu ke ucapan Rayyan yang seperti merendahkan. Dia tau, jika selama ini pria itu tidak menyukai kehadirannya di perusahaan keluarga Diandre. Namun, dia tidak pernah menyangka jika pria itu berani berbicara secara langsung seperti itu kepadanya.
"Hanya Yoon-gi yang berhak menjadi pewaris perusahaan ini."
Kata-kata yang sangat dia benci, akan tetapi mendarat dengan mulus dari mulut rekan bisnis sang daddy. Namun, Diandre yang berada di sana dan mendengar dengan jelas perkataan itu hanya diam saja. Dia sama sekali tidak mengeluarkan ucapan pembelaan sepatah katapun.
Yoon-gi memang putra tunggal keluarga Diandre, sedangkan dia hanyalah anak tiri. Akan tetapi, dia juga berhak menjadi pewaris keluarga Diandre. Lagipula Yoon-gi tidak pernah di anggap kehadirannya, bahkan dia sudah lama pergi meninggalkan keluarga ini. Jadi, dia tidak berhak lagi atas warisan keluarga Diandre.
"Sayang! Ada apa? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Tania melihat keadaan putranya yang sangat kacau.
Dia melihat keadaan ruangan itu yang berantakan, botol minuman keras berserakan di lantai, begitu juga dengan puing-puing kaca yang berserakan karena ulah Yoga.
Tania mencoba melangkahkan kakinya mendekati Yoga yang sedang duduk bersandar di sudut ranjang. Rambutnya acak-acakan, di tambah lagi dengan darah yang mengalir di telapak tangannya karena terkena puingan kaca yang pecah.
"Pria itu! Pria br3ngs3k! Dia yang membantu ikan buntal itu. Jika saja dia membiarkannya mati, mungkin kita bisa dengan leluasa menguasai harta Daddy. Aku sudah bersusah payah menyingkirkan anak si4l4n itu dari istana kita, dia malah membawanya kembali tanpa rasa bersalah."
Yoga mengepalkan tangannya geram, sorot matanya begitu tajam, seakan menyimpan api amarah yang begitu mendalam. Semua usahanya ternyata sia-sia, orang yang telah dia singkirkan dengan mudah kini telah kembali. Walaupun Yoon-gi tidak berbuat apa-apa, tetapi Yoga yakin pria itu akan muncul seperti bom yang tidak tau kapan akan meledak.
"Maksudmu?" Tanya Tania bingung dengan ucapan putranya itu. Wajar saja dia tidak tahu apapun, selama ini dia hanya sibuk foya-foya dan bergabung dengan dunia sosialitanya. Tanpa pernah perduli apa yang terjadi, karena di pikirannya hanya menghabiskan uang dan juga memamerkan kekayaan saja.
"Mama ingat waktu Daddy menghukum ikan buntal itu. Aku sengaja menerima cinta Sarah dan bermesraan dengannya di taman depan. Agar ikan buntal itu sadar, jika tidak ada yang menginginkannya disini. Tapi, saat menabraknya, mereka malah menolong dan juga membawanya ke rumah sakit. Bukan hanya itu, mereka juga membantunya pergi dan menjadi artis seperti sekarang," ucap Yoga tidak terima.
Dia tidak terima jika Yoon-gi lebih baik darinya. Dia adalah Alyoga Diandre, putra keluarga Diandre. Selalu berasa di nomor satu, baik itu di sekolah, di bisnis, maupun didalam keluarga.Jadi, tidak ada yang bisa mengalahkannya, apalagi itu Yoon-gi.
Dia jauh lebih baik dari pria itu, dia selalu di utamakan, pria itu hanya bisa mendapatkan hal yang tidak dia inginkan. Bisa di bilang, Yoon-gi hanya bisa mendapatkan barang bekas yang tidak dia inginkannya lagi.
Mendengar itu, Tania hanya bisa terdiam. Ternyata selama ini dia terlalu santai dan mengira jika semua rencananya telah berhasil. Namun, dia tidak menyangka jika begitu banyak orang di luar sana yang perihatin dan juga memberikan dukungan kepada Yoon-gi. Anak yang dia kira bodoh, ternyata jauh lebih pintar dari dugaannya.
"Kamu tenang saja. Kita akan melakukan hal yang sama seperti tujuh tahun lalu." Tania tersenyum penuh kelicikan.
*****
"Yon! Kamu sedang apa?"
Sarah menatap Yoon-gi masih sibuk dengan layar leptopnya. Padahal jam sudah menunjuk ke pukul dua pagi, tetapi pria itu masih betah di depan leptop tanpa rasa lelah sedikitpun.
Melihat kehadiran wanita itu, Yoon-gi langsung menutup layar laptop lalu tersenyum hangat kepada wanita itu. Tentu hal itu membuat rasa curiga muncul di hati Sarah. Dia menatap lekat wajah Yoon-gi untuk mencari apa yang menjadi dugaannya.
"Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Tanya Yoon-gi tersenyum kecil melihat tatapan Sarah.
"Tidak! Aku hanya khawatir saja. Aku belum melihat kamu keluar dari kamar sejak tadi siang."
Dia menatap kamar Yoon-gi yang sangat luas dan rapi, semuanya bernuansa hitam dan putih, sehingga menciptakan kesan yang modern. Yoon-gi memang menyukai warna itu, jadi tidak heran jika setiap ruangannya akan di desain dengan warna kesukaannya itu.
Sarah perlahan menghempaskan bokongnya di tepi ranjang, sambil memperhatikan setiap sudut ruangan itu. Terlihat bersih dan juga rapi, walaupun pria itu menyatukan ruang kerjanya di sana.
"Kamu memang tidak pernah berubah Yon." Sarah tersenyum kecil memperhatikan semua benda yang ada di kamar itu.
Yoon-gi hanya tersenyum lalu bangkit dari duduknya, dia menatap wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Namun, tiba-tiba ingatan di masa lalu kembali terbayang di ingatannya. Dia mengingat dengan jelas, bibir mungil itu dilum4n dengan begitu rakus oleh Yoga di depan matanya sendiri.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" Tanya Yoon-gi dengan wajah datar.
"Apa?" Tanya Sarah bingung.
"Bagaimana kamu bisa menikah dengan Yoga? Bukannya Yoga selalu mengabaikanmu?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Sarah langsung terdiam tanpa kata. Dia menatap lekat Yoon-gi dengan tatapan penuh kesedihanya. Tiba-tiba dia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri, andai saja semuanya bisa di ulang, mungkin dia tidak akan tergoda akan rayuan Yoga pada malam itu dan lebih mendengarkan kata hatinya.
Mungkin Yoon-gi tidak akan pergi tanpa kata. Orang tuanya juga tidak akan sibuk mencari keberadaan Yoon-gi, hingga akhirnya terjadi kecelakaan dan meningalkannya seorang diri. Andai saja, tetapi semuanya telah berlalu dan tidak akan bisa di ulang lagi.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Sarah menatap dingin Yoon-gi.
"Tidak ada! Aku hanya penasaran saja." Yoon-gi tersebut kecil lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Tubuhnya terasa lelah, mungkin setelah ini dia akan menghabiskan waktu di atas ranjang seperti biasanya. Sedikit lagi lagu ciptaannya selesai, semoga saja wanita yang dia cintai mendengarnya dan mau membuka sedikit ruang untuk dirinya.
"Kamu belum ada makan satu hari ini. Aku akan mengambilkan makanan untukmu." Sarah bangkit dari duduknya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Jika kamu mencintai Dokter Cheesy, aku akan mendukungmu. Aku akan membantumu, jangan sampai Yoga melakukan hal yang sama, seperti tujuh tahun lalu."
Bersambung.....
Hai semuanya...
Sambil nunggu up jangan lupa mampir di karya sahabat Author ya.