Takdir Dari Tuhan

Pertemuan antar kedua orang tua itupun membuahkan hasil. Kesimpulan nya , acara lamaran davin dan dhini akan diselenggarakan di sebuah gedung sembari mengadakan syukuran atas kelulusan S2 nya davin.

Acara akan digelar meriah, papi Adit mengundang seluruh kolega bisnis dan teman temannya. Karena tanpa sepengetahuan Davin, sang papi akan mengenalkan putranya kepada seluruh dunia bahwa putra kesayangannya itu akan memimpin perusahaan mereka.

Sesuai permintaan Dhini semua yang berhubungan dengan acara lamaran ini harus berwarna hijau dan putih. Tentu saja warna kesukaan Dhini , bahkan calon mertuanya pun tidak bisa berbuat apa-apa dengan permintaan Dhini itu.

Hari ini Davin dan Dhini sudah tiba di Jakarta , mereka di jemput oleh Pak Agus supir pribadi papi Adit. Mama dan papa dhini ternyata sudah berada di rumah keluarga Aditya. Kedatangan keduanya ternyata sudah di sambut dengan beberapa sanak saudara yang juga sudah berkumpul disana. Tak lupa dengan tante Ratih yang memang sudah lebih dulu ke Jakarta atas permintaan mama Maya.

Mereka makan malam bersama sambil sesekali mengobrol. Malam itu menjadi malam yang melelahkan untuk dhini, sebab banyak saudara dari Davin yang ingin berbincang-bincang dengannya. Dhini memang anak yang ramah , sehingga membuatnya mudah berbaur dengan orang lain bahkan yang baru ia kenal sekalipun.

"Kalau begitu kami permisi pulang dulu ya pak Adit, sudah malam kasihan dhini juga mesti istirahat." ucap papa Andi yang juga merasa sudah lelah.

"Vin, tolong kamu panggilkan Dhini di atas" pinta papi Adit.

"Mami aja deh pi, disana itu cewek semua. Malu davin ah , ntar disangka mau apa-apa lagi" jawabnya sambil menggeleng.

"Ya ampuun itu kan sepupu kamu semuanya sih , kok pake malu segala. Kamu nya aja yang mikirnya apa-apa" celetuk mami Evelyn membuat Davin tersenyum malu di depan calon mertuanya.

"Dhin, sayang kamu mau nginap disini. Mama, papa sama tante kamu mau pulang tuh." mami yang langsung masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Seneng banget kayaknya ngobrol nya ya sampe lupa waktu , udah malem lho. Kamu kan juga harus istirahat sayang" mami mengelus rambut Dhini yang duduk di sisi ranjang.

Dhini segera berpamitan dengan sepupu-sepupu calon suaminya itu. "Lusa kita ketemu lagi ya, Dhini pulang dulu."

...----------------...

Hari yang dinanti tiba, para kaum Hawa begitu cantik dengan atasan brukat putih dipadu bawahan batik hijau. Sedangkan para kaum Adam tampak begitu tampan dengan kemeja batik hijau berpadu dengan celana putih.

Davin dan dhini tampak serasi dengan pakaian itu, begitu mempesona hingga membuat banyak orang terkagum-kagum dengan pasangan ini. Davin yang mengenakan kemeja batik panjang bermotif sama dengan bawahan yang dikenakan Dhini. Semua mata memandang kagum pada kedua Makhluk sempurna yang terpajang di depan mereka.

Antrian para sepupu yang hendak berfoto ria pun tak kalah heboh ingin mengabadikan momen bersejarah ini di ponselnya masing-masing bak seorang foto model dadakan.

"Kamu cantik sekali Dhin , abang jadi gak sabar pengen cepet-cepet sah sama kamu" ucap Davin disela-sela antrian foto model dadakan itu.

"Apaan sih abang , jangan mikir yang mecem-macem deh abang , dosa tau nggak" jawabnya dengan wajah yang sudah seperti tomat itu.

Dan tibalah saatnya papi Adit berbicara di depan para tamu, dimulai dengan sapaan kepada seluruh tamu hingga ucapan selamat atas kelulusan S2 Davin. Dan yang terakhir adalah pengumuman bahwa dirinya akan segera digantikan oleh putranya.

Davin dan Dhini terkejut saling pandang. Tak ada yang memberitahukan kepada mereka tentang hal ini. Papi memang sudah pernah bilang bahwa dirinya akan berhenti dari kegiatannya di kantor setelah Davin selesai kuliah.

"Maka mulai hari ini saya mengumumkan bahwasanya putra saya Davin Aditya Pratama yang akan menggantikan posisi saya untuk selamanya" lanjut papi Adit setelah beliau selesai dengan serentetan kata-kata sambutannya.

Seluruh tamu undangan bersorak memberikan tepuk tangan untuk Davin yang menghampiri sang papi. Dengan bangga papi Adit memeluk putra kesayangannya itu.

Namun siapa yang tahu, dalam pelukan mereka Davin berbisik kepada sang papi "papi kenapa tiba-tiba gini, gak ngasih tau dulu sama aku. Aku kan gak ada persiapan pi." papi Adit hanya tertawa kecil.

Bersambung...