NovelToon NovelToon
Elegi Grilyanto

Elegi Grilyanto

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Keluarga / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:685
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Elegi Grilyanto adalah kisah penuh haru yang dituturkan oleh Puja, seorang anak yang tumbuh dengan kenangan akan sosok ayah yang telah tiada—Grilyanto. Dalam lembaran demi lembaran, Puja mengajak pembaca menyusuri jejak hidup sang ayah, dari masa kecilnya, perjuangan cintanya dengan sang ibu, Sri Wiwik Budi, hingga tantangan pernikahan mereka yang tak selalu mendapatkan restu. Lewat narasi yang jujur dan menyentuh, kisah ini bukan hanya tentang kehilangan, tapi juga tentang mengenang, menerima, dan merayakan cinta seorang anak kepada ayahnya yang telah pergi untuk selamanya.
real Kisah nyata

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Keesokan paginya, mentari Surabaya menyapa lembut dari balik tirai jendela rumah kecil di Bumiarjo.

Suara burung bersahutan dari pepohonan, dan aroma pagi membawa harapan baru.

Grilyanto bangun lebih dulu, seperti biasanya, lalu menatap dua perempuan yang begitu dicintainya. Sri dan Pramesh yang masih tertidur dalam damai.

Ia beranjak pelan dari tempat tidur, mengambil handuk, dan bersiap untuk berangkat kerja.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Grilyanto duduk di meja kecil dapur, menunggu Sri menyiapkan bekalnya.

Tak lama kemudian Sri keluar dari kamar sambil menggendong Pramesh yang terbungkus kain tipis.

Mata bayi kecil itu masih setengah terpejam, Sri mengenakan daster bermotif bunga dan tersenyum saat melihat suaminya sudah siap.

“Pa, nasi gorengnya sudah kuletakkan di rantang ya. Ada kerupuk juga,” ucap Sri lembut sambil meletakkan Pramesh di ayunan kecil di ruang tengah.

Grilyanto mengangguk sambil memeriksa rantang dan termos teh yang biasa dibawanya.

Ia kemudian mencium kening Sri dan juga Pramesh.

“Aku berangkat dulu ya, Ma. Hari ini kamu mau ke RKZ, kan?”

“Iya, hari ini jadwal imunisasi Pramesh. Jam sembilan aku berangkat naik becak.”

“Kalau sudah sampai kabari ya. Jangan lupa bawa catatan imunisasi,” ujar Grilyanto sambil melangkah ke pintu. Sri mengantar sampai teras, melambai pelan.

"Hati-hati di jalan dan jangan lupa makan siangnya, Pa."

"Iya, Bu Lumpia," balas Grilyanto sambil tertawa kecil, lalu melangkah meninggalkan rumah. 

Setelah membereskan rumah, menyapu halaman, dan menyusui Pramesh.

Sri bersiap-siap ke rumah sakit RKZ dan ia mengenakan kebaya sederhana dan kain batik, lalu membungkus Pramesh dengan selimut biru lembut.

Sebuah tas kecil berisi popok, botol susu, dan buku kesehatan bayi ia bawa di bahunya.

Sekitar pukul sembilan, Sri keluar rumah dan menghentikan becak yang lewat di depan gang.

“Ke RKZ ya, Pak,” katanya sambil tersenyum pada tukang becak.

Perjalanan menuju RKZ ditemani semilir angin dan pemandangan pagi kota yang sibuk.

Pramesh tidur nyenyak dalam pelukan ibunya, seolah merasakan kelembutan cinta yang membungkusnya.

Sesampainya di rumah sakit, Sri langsung menuju ruang imunisasi anak.

Ruangan itu ramai, dipenuhi ibu-ibu muda dan bayi-bayi yang menangis atau tertawa.

Sri mendaftar, lalu duduk di deretan kursi kayu, menanti giliran sambil mengelus kepala Pramesh dengan penuh kasih.

Ketika namanya dipanggil, Sri melangkah masuk ke ruang periksa.

Suster memeriksa berat badan dan suhu tubuh Pramesh sebelum memberikan suntikan imunisasi. Pramesh sempat menangis kecil, tapi Sri segera menenangkannya dengan nyanyian lirih.

"Anaknya sehat, Bu. Imunisasinya lancar. Bulan depan bisa kontrol lagi," kata suster sambil menyerahkan catatan imunisasi.

“Terima kasih, Mbak,” balas Sri, lalu keluar dengan senyum lega.

Sebelum pulang Sri sempat mampir ke warung kecil di depan rumah sakit.

Ia membeli segelas es dawet kesukaannya, seperti kebiasaannya setiap kali datang ke RKZ.

Ia duduk sejenak di bawah pohon rindang sambil menikmati dawet, sesekali mencium kepala Pramesh yang tertidur pulas.

Dalam hatinya Sri merasa bersyukur, meski hidup sederhana, tapi ia dan Grilyanto selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak mereka.

Segala perjuangan, segala lelah, terasa berarti demi senyum kecil Pramesh.

Siang itu, dengan langkah ringan, Sri kembali pulang ke Bumiarjo.

Rumah kecil itu mungkin tak megah, tapi di dalamnya ada cinta yang besar, harapan yang tumbuh, dan keluarga kecil yang tengah menapaki hidup dengan hati yang penuh syukur.

Setelah sampai di rumah, Sri langsung meletakkan tas kecil yang berisi perlengkapan Pramesh dan menggantungkan selimut bayi di kursi.

Ia menggendong Pramesh yang mulai rewel dan menangis pelan, menunjukkan ketidaknyamanannya setelah imunisasi yang barusan dilalui.

Dengan penuh kasih sayang, Sri menepuk-nepuk punggung Pramesh perlahan sambil berbisik pelan.

“Sudah, nak, tenang. Mama di sini, sayang,” ucap Sri lembut, sambil mengayun-ayunkan tubuh Pramesh agar ia merasa lebih nyaman.

Pramesh semakin rewel, mulut kecilnya meringis kesakitan.

Sri tahu, itu reaksi wajar setelah imunisasi. Untuk menenangkan putrinya, Sri membawa Pramesh ke kamar, duduk di kursi panjang yang terletak di dekat jendela.

Dengan tangan yang cekatan, Sri menggendong Pramesh sambil mengelus-elus punggungnya, mencoba menenangkan tangisannya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Pramesh mulai tenang.

Sri memeluknya erat, memberi kenyamanan yang ia butuhkan.

Dengan hati-hati, Sri meletakkan Pramesh di ayunan bayi yang telah disiapkannya di ruang tengah.

"Sabar ya, nak. Mama sedang masak untuk papa," bisik Sri, sambil melangkah menuju dapur.

Dapur kecil di rumah Bumiarjo mulai dipenuhi aroma masakan.

Sri menghidupkan kompor dan memasukkan potongan ayam ke dalam wajan untuk membuat sayur sop ayam kesukaan mereka.

Beberapa bumbu sederhana seperti bawang putih, bawang merah, dan daun bawang pun ia tumis hingga harum, membentuk dasar rasa yang kaya.

Sambil menunggu ayam matang, Sri mempersiapkan bahan lain.

Ia memotong wortel dan kentang, menyusunnya di atas talenan dengan rapi.

Kemudian, ia memasukkan sayuran itu ke dalam panci besar, menambahkan kaldu ayam yang sudah direbus.

Sambil memasak, Sri mengelus Pramesh yang kini kembali tertidur di ayunan.

Masakan itu sudah hampir selesai ketika Grilyanto pulang, seperti biasa, disertai senyum hangat dan aroma tubuhnya yang membawa kesibukan kantor.

Ia melepaskan jaket kerjanya dan meletakkannya di kursi.

"Hei, sayang, udah masak apa hari ini?" tanya Grilyanto sambil memandang Sri yang sedang sibuk di depan kompor.

Sri tersenyum sambil mencicipi kuah sayur yang sudah cukup pas rasanya.

"Sop ayam dan anti ada juga sambal terasi kalau Papa mau."

"Wah, aromanya bikin lapar. Pramesh bagaimana? Sudah tenang?"

“Sudah, tapi masih rewel sedikit setelah imunisasi. Mama sudah menenangkannya. Sekarang dia sudah tidur, kok,” jawab Sri, tersenyum.

Grilyanto mengangguk dan melihat ke arah ayunan tempat Pramesh tidur.

"Terima kasih ya, Sri. Semua yang kamu lakukan, aku sangat menghargainya."

Tak lama kemudian, aroma makan malam menyebar ke seluruh rumah.

Grilyanto pun mencuci tangan dan duduk di meja makan, menunggu istrinya menyajikan hidangan.

Sri membawa mangkuk berisi sop ayam hangat dengan sepiring nasi putih, lalu duduk di hadapan Grilyanto.

Mereka berbicara tentang hari mereka, tentang pekerjaan, dan juga tentang masa depan keluarga kecil mereka.

“Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan,” ucap Grilyanto, memecah keheningan.

"Apa itu, mas?"

"Aku baru dapat kabar dari kantor. Minggu depan, kita bisa dapat libur panjang. Aku berencana kita bisa pergi berlibur sejenak, cuma kamu, aku, dan Pramesh. Aku rasa kita butuh waktu untuk beristirahat bersama.”

“Ah, liburan? Itu ide yang sangat bagus, mas. Setelah semua ini, kita memang butuh waktu untuk istirahat.”

Pramesh mulai bangun dari tidurnya sambil mengerutkan keningnya seperti ingin menangis lagi.

Sri langsung berdiri dari kursinya, berjalan menuju ayunan, dan menggendongnya kembali dengan penuh kelembutan.

"Tenang ya, nak, Mama ada di sini," ucap Sri sambil mengayunkan Pramesh dengan lembut.

Grilyanto tersenyum melihat istrinya yang begitu perhatian kepada putri mereka.

Setelah beberapa saat, Pramesh kembali tenang, dan Sri kembali duduk di samping suaminya.

Mereka melanjutkan makan malam dengan damai, menikmati makanan sederhana namun penuh cinta. Waktu berjalan, dan meskipun ada banyak tantangan dalam kehidupan mereka, Grilyanto dan Sri tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapinya.

"Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku, Sri," ucap Grilyanto penuh rasa syukur.

"Kamu adalah anugerah yang tak ternilai harganya."

“Aku juga berterima kasih, mas. Dengan kamu di sampingku, hidup terasa lebih berarti.”

Malam itu, meskipun sederhana, penuh dengan kebahagiaan.

Sebuah keluarga kecil yang semakin kuat dengan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!