NovelToon NovelToon
Kill All Player

Kill All Player

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Theoarrant

Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.

Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.

Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.

Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.

Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.

Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.

Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Berhasil

Darah membasahi tanah di sekelilingnya.

Dia berdiri di tengah genangan merah, dengan Nightshade masih meneteskan darah segar.

Hening.

Tidak ada suara perlawanan lagi.

Hanya desiran angin malam yang menyapu medan perang, membawa bau besi dan kematian.

Rai menarik napas pelan, lalu mengangkat kepalanya.

Di kejauhan, pertempuran di dalam markas juga hampir selesai.

Dia melirik ke langit.

Semua berjalan sesuai rencana.

Dari lima belas orang yang bertarung di bawah komandonya, hanya enam yang masih berdiri.

Mereka semua terluka, beberapa bahkan hampir tidak bisa berdiri tegak.

Darah mengalir dari luka-luka mereka, napas mereka terengah-engah, dan mata mereka masih dipenuhi ketakutan atas pertarungan brutal yang baru saja terjadi.

Namun, meskipun mereka selamat, mereka tahu satu hal dengan pasti.

Mereka tidak akan pernah melihat Rai dengan cara yang sama lagi.

Salah satu dari mereka, seorang pria dengan wajah berlumuran darah dan luka di bahunya, menatap Rai dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Kau… membantai lebih dari setengah dari mereka… seorang diri."

Suara itu hampir berbisik, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Yang lain mengangguk, masih terkejut.

"Aku bersumpah, aku melihatnya bergerak seperti bayangan, setiap kali mereka mencoba menyerangnya, mereka bahkan tidak sempat bereaksi sebelum mati."

"Dia… bukan Player Rank E biasa."

Mereka semua memandang Rai dengan tatapan penuh kekaguman dan ketakutan.

Namun, Rai hanya menghela napas pelan.

Dia mengibaskan darah dari Nightshade, lalu menyarungkan kembali belatinya ke tempatnya.

"Kalian melebih-lebihkan," katanya dengan nada tenang, seolah apa yang baru saja terjadi hanyalah hal biasa.

"Tadi hanya Rank D dan E," lanjutnya.

"Jika mereka adalah Rank B, aku tidak akan punya harapan."

Sejenak, pasukannya terdiam.

Mereka tahu bahwa kata-kata itu bukan sepenuhnya kebohongan.

Namun, mereka juga tahu apa yang baru saja mereka lihat dengan mata kepala sendiri.

"Kalau begitu, aku tak bisa membayangkan jika kau benar-benar bertarung melawan Rank B atau lebih tinggi," gumam salah satu dari mereka, ang lain hanya mengangguk pelan.

Mereka mulai menyadari satu hal—

Jika seorang Player Rank E bisa membantai lebih dari sepuluh Player Rank D dalam waktu kurang dari dua menit…

Apa yang akan terjadi jika dia benar-benar berada di level yang lebih tinggi?

Ketika mereka akhirnya kembali ke titik pertemuan, Bloodhound sudah menunggu di sana.

Kian, Viktor, Liora, Axel, dan Darius berdiri dengan santai di tengah mayat para pembangkang.

Mereka hampir tidak terluka, tetapi mereka semua menoleh saat melihat Rai dan pasukannya yang tersisa.

Dan terutama saat mereka melihat tanah di belakang Rai yang penuh dengan mayat Rank D dan E.

Viktor mengangkat alis.

"Menarik… sepertinya kita meremehkanmu, bocah."

"Aku harus mengakui, aku tidak menyangka kau akan selamat, apalagi… menang." Liora menyeringai.

Darius tertawa keras.

"Aku tidak pernah melihat Rank E yang bisa membuat ladang pembantaian seperti ini, kau benar-benar anomali, bocah."

Kian hanya tersenyum kecil, melihat ke arah Rai dengan tatapan penuh minat.

Bloodhound akhirnya melihatnya bukan lagi sebagai orang luar.

Mereka mulai melihatnya sebagai salah satu dari mereka.

Namun, Rai hanya mengangkat bahu.

"Seperti yang kubilang tadi, mereka hanya Rank D dan E, kalau musuh kita Rank B, aku tidak akan bisa berbuat banyak."

Namun kali ini, tidak ada yang percaya dengan kata-kata itu.

Karena mereka baru saja melihat monster di dalam dirinya.

Bloodhound kini menatap Rai bukan sebagai rekrutan biasa, tetapi sebagai seseorang yang pantas diperhitungkan.

Kian melangkah mendekat, menepuk bahu Rai dengan santai.

"Kau membuat kami terkesan," katanya, senyum di wajahnya lebar.

"Dan itu tidak mudah," Viktor menyeringai.

"Kurasa kita tidak perlu mempertanyakan keberadaanmu di sini lagi."

Darius hanya tertawa,

"Hahaha! Kukira kau hanya pasukan keroco dari Kian, tapi ternyata kau lebih dari itu."

Sementara yang lain memuji, Liora menatapnya lebih tajam, seolah mencoba membaca sesuatu yang lebih dalam.

Namun, Rai hanya tersenyum tipis, tetap mempertahankan sikapnya yang merendah.

"Dengan semua ini, kurasa aku sudah membuktikan kalau aku bisa bekerja dengan kalian," katanya tenang.

Kian mengangguk.

"Kau lebih dari sekadar bisa bekerja dengan kami, Rai."

Kian menoleh ke yang lain.

"Aku akan berbicara dengan atasan. Seharusnya tidak ada masalah jika kau menggantikan posisi Kian dalam unit Bloodhound."

"Hei kenapa dia harus menggantikanku, bukankah anggota Bloodhound bisa bertambah," protes Kian yang disambut gelak tawa mereka.

Setelah misi berakhir, mereka semua kembali ke markas rahasia Bloodhound.

Di sana, suasana terasa lebih akrab dibanding sebelumnya.

Mereka kini memperlakukan Rai sebagai salah satu dari mereka.

Bahkan Darius yang biasanya kasar menawarkan sebotol minuman keras padanya.

"Sini, anggap ini sebagai sambutan resmi!" katanya sambil menepuk punggung Rai dengan keras.

Rai menerima minuman itu dengan anggukan sopan, namun ia hanya menyesapnya sedikit.

Sementara itu, Kian berbicara dengan salah satu utusan Iron Fang agar menyampaikan perintahnya kepada ketua Guild Damar.

Tak butuh waktu lama sebelum kabar itu kembali padanya.

Kian kembali dengan senyum lebar.

"Kau sekarang menjadi anggota Bloodhound dibawah perintahku."

Rai menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Senang mendengarnya."

Namun, di dalam hatinya, ia tahu...

Sekarang, aku sudah di dalam sarang serigala.

Dan dari sini, aku akan merobeknya dari dalam.

Rai tidak menunjukkan ekspresi berlebihan, tapi di dalam hatinya, rencananya mulai berjalan dengan sempurna.

************************************

Rai tengah berbaring di tempat tidur dengan Rivia bersandar di dadanya, jemarinya menggambar pola acak di kulit Rai.

"Kenapa sekarang kau jarang bersamaku?" tanya Rivia tiba-tiba,

menyadari bahwa pikiran kekasihnya melayang entah ke mana, Rai menghela napas kecil sebelum menjawab.

"aku sekarang menjadi bagian Bloodhounds dan pekerjaannya harus membuatmu menunggu satu sampai dua hari."

"Apakah masih kurang, dengan semua yang kuberikan padamu?" godanya sambil menempel lebih dekat.

"Tentu tidak." Rai mencubit dagunya ringan.

"Tapi aku ingin sesuatu yang lebih… menantang."

Rivia terkikik kecil mendengar jawaban Rai, jemarinya masih menggambar pola acak di dada pria itu, tapi kali ini gerakannya melambat.

"Ternyata kau benar-benar serakah," gumamnya, setengah bercanda.

"Serakah?" Rai tersenyum tipis.

"Bukankah kau menyukai pria seperti itu?"

Rivia mendesah pelan, lalu menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Ya… tapi aku juga tidak suka diabaikan terlalu lama."

Rai mengusap pipinya dengan ibu jari, membuat Rivia menutup mata sesaat, menikmati sentuhannya.

"Tapi aku juga akan sibuk," katanya tiba-tiba, membuat Rai menaikkan alis.

"Oh?"

Rivia mengangguk, duduk tegak dan menatapnya dengan ekspresi serius.

"Damar sudah kembali dari luar kota."

Sekilas, Rai bisa merasakan detak jantungnya sedikit lebih cepat, tapi ia tetap menjaga ekspresi tenangnya.

"Dan sekarang aku akan diabaikan," kata Rai pura-pura kecewa.

Rivia terkikik kecil, lalu menggigit ringan bahu Rai sebelum menatapnya dengan mata setengah tertutup.

"Kau benar-benar pandai berpura-pura kecewa," gumamnya sambil menyentuh dagu Rai.

"Tidak pura-pura," balas Rai, menatapnya dengan ekspresi datar.

"Aku hanya mengingatkanmu bahwa aku juga butuh perhatian."

Rivia tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Rai.

"Sayang, tubuhku sudah jadi milikmu… kau bisa memetiknya kapan pun kau mau," bisiknya lembut.

"Tapi ini perkara lain, aku harus berada di sisinya saat ini untuk menjaga pengaruhku."

Rai hanya mengangguk kecil, pura-pura menerima alasan itu.

Ia duduk di tepi ranjang, meraih pakaiannya, tetapi sesuatu di meja kecil di samping tempat tidur menarik perhatiannya.

Sebuah emblem.

1
angin kelana
wah musuh dalam selimut nie..
angin kelana
hot
angin kelana
lanjutkan
angin kelana
menarik..
angin kelana
lanjut up
angin kelana
up up up
angin kelana
lanuy lg
angin kelana
lanjuut
Nrimo Ing pandum666
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!