Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.
Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.
Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.
Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.
Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 - Hari Pertama menjadi keluarga Dewantara
"kenapa kau mau melakukannya ?"
Sontak pertanyaan itu membuat Alexa terkejut,ia bergerak menjauh dan menghindari pandangannya pada Angkasa.
"Apa maksudmu ?" Tanyanya.
"Tidak ada kesepakatan soal ini" segera Alexa menolak.
Melihat wajah pucatnya,Angkasa tersenyum tipis mengoda ia lalu menjauh.
"Kau tenang saja, aku tidak akan melakukannya padamu" ucap Angkasa.
"Aku pergi dulu"
"Tunggu !!" Alexa menahan Angkasa pergi.
"Kau mau kemana ?" Tanyanya.
"Aku sudah bilang ada pekerjaan lain lagi" ucapnya.
"Apa ? Maksudku kau akan membiarkan aku sendiri dirumah ini ? Tanyanya lagi.
"Memangnya kenapa ?" Tanya Angkasa.
"Aku belum terbiasa disini ! Aku tidak terlalu mengenal keluargamu"
"Akan sangat canggung jika kau meninggalkan aku disini" ucap Alexa.
Angkasa menghela nafas.
"Keluargaku tidak menggigitmu"
"Mereka tidak akan menyakitimu juga" sambungnya.
"Bukan seperti itu."
"Aku hanya merasa canggung disini" ucap Alexa.
"Dan juga Ibumu dan adikmu sangat tidak menyukaiku" ucapnya.
"Itu tugasmu, buat mereka menyukaimu" ucapnya.
"Aku hampir telat !" Ucapnya lagi dan kemudian meninggalkan Alexa dikamar besar itu.
Sekarang, hanya dia.. hanya Alexa yang ada diruangan itu. Sendiri, ditemani hawa dingin yang tampak membuatnya semakin aneh.
Ketukan pintu kamarnya terdengar,bergegas Alexa membuka pintu itu.
"Hallo nona, perkenalkan saya bi Atum"
"Ini koper nona" ucap bi Atum memberikan kopernya.
Alexa hampir lupa soal kopernya, ia lalu bergegas mengambil koper itu dari Bu Atum.
"Maaf bi.. telah merepotkan bibi" ucap Alexa tampak tak nyaman.
"Tidak apa-apa nona, ini sudah tugas bibi"
"Pak Angkasa berpesan jika nona butuh sesuatu tolong sampaikan pada bibi ya non" ucap Bi Atum.
Alexa mengangguk singkat pada bi Atum,setelah ia mengambil kopernya ia kemudian menutup pintu.
Menarik kopernya mendekati lemari.
Ia kemudian mencoba menghabiskan waktunya membereskan baju-baju yang sudah ia bawa.
Tak lama dari itu, ketukan pintu terdengar kembali.
Alexa bergegas membuka pintu dan melihat Elisa yang berdiri didepan pintunya menatapnya sinis.
"Oh.. hallo Elisa" sapa Alexa.
Elisa melirik kedalam, melihat baju Alexa yang sedang ia simpan kelemari.
"Senang sudah pindah ke istana seperti ini ?" Tanya Elisabeth.
Alexa tau, sindiran itu untuk dirinya namun Alexa mencoba tetap tenang dan bereaksi dengan sopan.
"Bukankah setelah menikah,istri harus pindah ikut suami ?" Tanya Alexa.
Elisa tertawa mengejek.
"Iya, karena kakakku orang kaya, aku yakin jika dia bukan orang kaya kau tidak akan mau sama dia" ucap Elisa.
Alexa tak menjawab.
"Setelah selesai menikmati hidup kayamu, kedapurlah membantu" ucap Elisa lalu pergi.
Alexa kemudian menutup pintu, ia bergegas merapikan pakaiannya dan segera keluar kedapur.
Ia kemudian melihat beberapa pelayan disana tak hanya bi Atum.
"Ada perlu sesuatu nona ?" Tanya Bi Atum.
"Tidak bi.. apa aku bisa membantu disini bi ?" Tanya Alexa menawarkan bantuan.
Bantuan itu segera ditolak Bi Atum.
"Tidak nona.. tidak ada, didapur itu pekerjaan pelayan. Nona tidak perlu melakukan apapun" ucap Bi Atum.
"Biarkan saja bi jika dia mau bekerja, ini kan juga tempatnya" celetuk Clarisa,ia berjalan mendekati dapur. Seketika semua pelayan disana tampak tunduk.
"Tapi Nyonya.. Tuan Muda Angkasa sudah berpesan.."
"Siapa yang mengajimu ha ?" Tanya Clarisa.
Bi Atum tampak diam menunduk tak berani membantah ucapan Clarisa.
"Tidak apa-apa bi, ayo Alexa bantu" Alexa segera menenangi percakapan dingin itu, lalu mengajak Bi Atum pergi.
"Nona bisa masak ?" Tanya Bi Atum.
"Bisa bi, dirumah Alexa juga bantu Ibu untuk masak" ucap Alexa.
"Ohh.. ayo kita potong sayur dulu Nona" ucap Bi Atum
Alexa kemudian membantu bi Atum dan lainnya, mereka tampak sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga Dewantara.
Malamnya,ketika semua berkumpul, makanan yang sudah dimasak itu juga sudah dihidangkan.
Pak Bima menatap makanan yang tampak berbeda dari biasanya.
"Bi Atum yang menyiapkan ini semua ?" Tanya Bima.
Atum menggelengkan.
"Tidak tuan, makanan ini dibantu oleh nona Alexa. Dia sangat hebat dalam memasak" ucapnya.
Bima kemudian menoleh kearah Alexa yang sudah duduk disamping Angkasa.
"Kau masuk dapur ?" Tanya Angkasa.
Alexa menoleh Angkasa.
"Aku hanya bosan, jadi aku membantu bi Atum untuk memasak" jawabnya.
"Kamu sering memasak ?" Tanya Pak Bima.
Alexa mengangguk.
"Ya Pa.. dirumah saya dan ibu sering memasak untuk makan sehari-hari" jawabnya
Pak Bima mengangguk, ia kemudian mengambil terlebih dahulu lauk yang sudah diatas meja, ia kemudian menyicipinya sedikit.
Ekspresinya tampak kagum, merasakan gurih dan nikmat yang menjadi satu itu.
"Wah.. bukan hanya tampilannya saja yang enak dilihat, tapi rasanya juga tidak kalah" puji Bima.
Alexa tampak senang, ia tersenyum dan kemudian berterima kasih pada pak Bima.
Melihat pujian itu, tentunya Clarisa tampak kesal, ia tak menyangka bahwa makanan Alexa akan mendapatkan perhatian suami.
Mereka pun menikmati makanan itu dengan nikmat.
--
Alexa tampak merapikan pakaiannya yang ada dilemari.
Tak lama Angkasa masuk dan membuka bajunya.
"Apa yang kau lakukan ?" Alexa tampak terkejut.
"Apalagi ? Aku ingin tidur " jawabnya.
Alexa terdiam. "Tidur ? Kau tidur dengan melepas pakaian ?" Tanya Alexa.
Angkasa mengangkat kepalanya menandakan iya pada pertanyaan Alexa.
"Bisakah.. kau tetap menggunakan pakaianmu ?" Tanya Alexa.
Angkasa menatap Alexa, ia bisa melihat Alexa tampak cemas bahkan tak bisa melihat kearahnya, Angkasa pun mengurungkan niatnya dan kemudian berjalan menuju kasur. Dirinya tak langsung menutup mata, melainkan mengambil laptonya.
Alexa melirik ke Angkasa. "Bukankah kau bilang ingin tidur ?" Tanya Alexa.
"Aku lupa belum mengecek pekerjaan ku" jawabnya dengan mata yang tampak fokus pada layar laptop.
Suasana kemudian menjadi hening seketika.
"Lain kali jangan memasak."
"Itu bukan pekerjaanmu" ucap Angkasa ditengah keheningan.
Alexa menoleh.
"Tidak bisa. Jika aku tidak melakukan pekerjaan rumah, aku benar-benar tidak nyaman"
"Lagian masak juga bukan hal yang rendah" sambungnya.
Angkasa menatap Alexa.
"Mamaku yang menyuruhmu masak ?" Tanya Angkasa.
Alexa terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Angkasa.
Angkasa menghela nafas seolah mendapatakan jawaban dari pertanyaannya.
"Bisakah.. aku bekerja ?" Tanya Alexa.
Angkasa menatap Alexa.
"Aku juga butuh uang, Kakakku tidak bekerja,ibuku juga tidak."
"Mereka tetap harus hidup" ucap Alexa
"Lagian diperjanjian tidak ada larangan untuk aku bekerja kan ?" Tanya Alexa.
"Aku akan memberikan mu uang bulanan 10 juta ?" Ucap Angkasa.
"10 juta ?"
"Tidak cukup ? 20 ? 30 ? 50 ?"
"Tidak.. maksudku.. 10juta itu sudah lebih, tapi aku tidak bisa menerima uang itu tanpa melakukan apapun," ucap Alexa.
"Siapa bilang kau tidak akan bekerja ?" Tanya Angkasa.
Alexa menatap Angkasa bingung.
"Pernikahan ini.. kita sedang bekerja bukan ?" Tanya Angkasa.
"Selama kau bisa bersikap seperti istri yang nyata, aku anggap itu pekerjaanmu dan kau akan mendapatkan uang" jelasnya.
Tuk tuk tuk
Suara ketukan pintu terdengar, Alexa bergegas membuka pintu dan melihat Pak Bima berada didepan kamarnya.
"Ada apa pah ?" Tanya Alexa.
"Angkasa sudah tidur ?" Tanyanya.
"Belum" angkasa muncul dari balik pintu, berada tepat dibelakang Alexa.
"Papa ingin bicara hal penting padamu, bisa ?'" tanya pak Bima.
Angkasa mengangguk lalu kemudian mengikuti langkah pak Bima, tapi sebelumnya ia membelai pelan rambut Alexa, dan membuatnya terkejut.
"Tidur dulu ya sayang, jangan menungguku" ucapnya diakhiri dengan senyuman diwajahnya.
Alexa tak bergeming, ia masih tak kaku untuk bersikap layaknya suami istri.
Waktu menunjukan pukul 11 malam, hanya ada keheningan di rumah besar tersebut, Angkasa melangkahkan kakinya menuju kamar, ia membuka pelan pintu kamar itu dan menutupnya dengan pelan sehingga tak menimbulkan
Suara.
Ia berhenti sejenak, ia menatap Alexa yang tidur dengan ruang yang sedikit, dengan batas guling yang ia buat untuk jarak diantara ranjang.
Angkasa melangkahkan kakinya pelan mendekat kearah Alexa, ia menatap wajah Alexa, ia mengangkat tangannya dan kemudian membelai pelan hingga benar-benar seolah tak tersentuh oleh jemarinya.
"Selamat malam.. Istriku"
To be continued..