NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Di Tengah Api

Ledakan demi ledakan terus mengguncang area pertempuran. Udara malam yang sebelumnya sunyi, kini dipenuhi suara tembakan, teriakan, dan dentuman granat. Api berkobar di beberapa titik, menciptakan siluet mengerikan dari medan tempur yang dipenuhi mayat.

Di tengah kekacauan itu—

Satu sosok terus melangkah maju.

Alex Chu.

Tenang. Datar. Diam.

Dia tidak berlari. Tidak menunduk. Tidak mencari perlindungan. Tapi justru berjalan perlahan, menembus pertempuran layaknya siluet bayangan yang tidak bisa disentuh oleh dunia.

Sementara itu, kapten Leng Yuran dan beberapa prajurit elitnya baru tersadar dari keterkejutan. Mereka mulai bergerak cepat, menarik rekan-rekan yang terluka ke tempat lebih aman, membalut luka darurat, dan memperkuat barisan.

Namun mata Leng Yuran tidak bisa lepas dari punggung sosok itu—

Sosok pria muda yang dari awal terlihat malas, tak tertarik, bahkan tidak membawa senjata selain sebuah pisau kecil.

Dan kini...

Pria itu menjelma menjadi iblis di tengah medan perang.

Setiap langkahnya diiringi kematian. Setiap gerakannya membawa pembantaian. Tidak ada ragu, tidak ada keraguan.

Pisau itu menari di tangannya.

Bukan sembarang menari — tetapi gerakan elegan nan mematikan. Gerakannya cepat, efisien, dan nyaris tanpa suara. Setiap kali dia bergerak, satu—dua—tiga musuh langsung tumbang.

TANPA ADA YANG SEMPAT MENJERIT.

Darah musuh berceceran. Udara mengental dengan aroma kematian. Namun...

Tubuh Alex Chu tetap bersih.

Benar-benar bersih. Seragamnya seolah tak tersentuh percikan darah, debu pun enggan menempel. Di tengah kobaran api dan tanah becek darah, dia seperti entitas lain—yang tidak berasal dari dunia manusia.

Kapten Leng memandangi semua itu dengan perasaan campur aduk:

Ketakutan. Kagum. Dan keterpukauan.

Beberapa prajurit lain yang sudah bisa berdiri juga hanya bisa menatap tak percaya. Mulut mereka terbuka, namun tak ada suara yang keluar.

“Itu… bukan manusia,” bisik salah satu prajurit, suaranya bergetar.

“Apa dia mutan?”

“Tidak… dia… dia lebih seperti dewa pembantai.”

Sementara mereka bergumam, Alex terus melangkah. Seolah waktu berjalan lambat di sekitarnya. Bahkan peluru-peluru musuh yang ditembakkan ke arahnya tidak pernah mengenainya.

Beberapa peluru tampak meleset dengan sendirinya.

Beberapa lainnya—menghantam tubuhnya, namun... tidak menembus.

Salah satu prajurit musuh yang menyadari keanehan itu segera melempar bom C4 ke arah Alex.

BOOOOMMM!!!

Ledakan hebat mengguncang tanah. Tanah dan asap mengepul tinggi, memblokir pandangan semua orang. Semua sontak menoleh ke arah titik ledakan itu.

Kapten Leng Yuran memekik dalam hati.

"Tidak mungkin dia selamat dari itu!"

Tubuhnya secara refleks ingin bergerak maju, namun langkahnya tertahan. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Ia menyaksikan dari jauh, dari balik asap, tubuh Alex Chu berdiri tegak tanpa bergeming. Helaan napas tertahannya terdengar pelan, nyaris tak percaya.

Sosok Alex Chu masih berdiri di tempatnya

Tanpa goresan.

Tanpa luka.

Dan bahkan, bajunya masih bersih.

Di tangannya, pisau itu masih terpegang erat. Darah menetes dari ujung bilahnya.

Tatapannya tetap sama. Datar. Tanpa emosi.

Seolah ledakan tadi hanyalah angin sepoi-sepoi.

“Mustahil…” gumam Leng Yuran.

“Dia berdiri di tengah ledakan C4… dan tidak kenapa-kenapa?”

Tapi belum sempat siapa pun memproses semua ini, Alex kembali bergerak. Kali ini, tubuhnya berkelebat cepat — tidak seperti manusia biasa. Gerakannya seperti ilusi. Setiap kali dia menghilang, suara senjata musuh terhenti. Dan setiap kali muncul kembali, satu barisan musuh sudah tumbang.

Dia seperti bayangan.

Bayangan pembunuh yang tidak bisa dihentikan.

Musuh mulai panik. Beberapa mulai mundur. Tapi bukan Alex Chu kalau membiarkan mereka kabur.

“Tidak ada yang boleh keluar hidup-hidup.”

Kalimat itu tidak diucapkan. Tapi terasa seperti perintah tak kasat mata yang menyelimuti area itu.

Pisau itu kembali menari. Kali ini di antara suara teriakan terakhir musuh yang tersisa.

Beberapa dari mereka bahkan tidak sempat bereaksi. Ada yang lehernya dipotong begitu cepat hingga tubuhnya baru tumbang setelah dua detik. Ada yang ditusuk jantungnya dalam satu gerakan halus. Dan ada yang... bahkan tak tahu bahwa dirinya sudah mati.

Saat semua suara pertempuran mulai mereda...

Saat hanya suara angin malam yang terdengar...

Dan saat satu per satu prajurit menyadari tidak ada lagi musuh yang berdiri...

Alex Chu berhenti melangkah.

Dia berdiri tenang di tengah medan, dikelilingi puluhan mayat musuh, darah, dan senjata berserakan.

Namun sekali lagi—

Tak setetes pun darah mengotori dirinya.

Seolah dunia enggan menyentuhnya.

Dia memutar pisau di jarinya perlahan, lalu mengembalikannya ke tempatnya. Kemudian, dia berjalan pelan kembali ke arah timnya—seperti tidak terjadi apa-apa.

Leng Yuran berdiri tegak, memandangnya tanpa berkedip.

Prajurit lain pun sama. Tak ada yang berbicara.

Saat Alex Chu lewat di depan mereka, dia hanya berkata pendek:

“Lain kali, jangan mengandalkan orang sepertiku.”

Lalu dia melewati mereka semua, dan duduk kembali di atas batu besar, bersandar, dan memejamkan matanya—seolah semua hanya mimpi kecil yang tidak penting.

Sunyi.

Hening.

Hanya suara angin malam yang kini menyapu puing-puing medan pertempuran.

Dan di benak semua orang, hanya satu hal yang tertanam kuat—

Sosok bernama Alex Chu… bukanlah manusia.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!