Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 Pengganti Queen
"Bagaimana?" tanya Safir yang sedang melakukan panggilan suara. Setelah makan malam, Safir lebih dulu meninggalkan ruang makan dan kini dirinya berada di ruang keluarga.
"Kamu serius tawarin aku pekerjaan, Safir?" tanya seorang lelaki yang bernama Amar. Salah satu teman kuliah satu kelas yang sering sekali menjadi teman satu kelompok saat mendapatkan tugas kuliah.
"Seriuslah. Urusan membuat laporan keuangan yang keluar masuk nanti akan aku ajari. Karena kita tidak menggunakan cara teori, kuliah. Biar lebih cepat dan aku yakin kamu juga akan mudah mengerti. Bagaimana? Kalau kamu setuju, beberapa hari lagi akan aku kabari kalau Queen sudah merekap laporannya bulan ini. Aku butuh bantuan karena setelah ini juga, aku harus fokus sama persiapan pernikahan aku," tutur Safir. Lelaki yang sedang sangat membutuhkan pegawai baru.
"Ok kalau begitu. Terima kasih ya Fir, sudah menawari aku pekerjaan. Bikin aku tidak perlu sibuk mutar-mutar cari pekerjaan kesana-sini," tutur lelaki di seberang sana dengan suara yang terdengar senang.
"Sama-sama. Aku kabarin lain waktu, ya?"
"Siapa?"
Baru saja Safir mengakhiri panggilan suaranya, kini Arjuno datang dan langsung mengajukan pertanyaan. Bersamaan dengan tatapan Zantisya yang tidak enak di pandang mata Safir.
"Ayah, Bunda, Arfan ke kamar ya. Ada tugas sekolah yang belum Arfan selesaikan tadi."
"Iya," ucap Zantisya sambil mengacak-acak puncak kepala Arfan.
Melihat Zantisya yang tersenyum hangat pada Arfan, membuat hati Safir tercolek sakit. Sejak kemarin bahkan Zantisya masih saja terasa mendiamkan dirinya.
"Ini tadi Amar, Ayah. teman kuliah yang akan gantiin pekerjaan Queen nanti."
"Queen berhenti kerja?" Arjuno jelas terkejut. Tapi Arjuno juga memahami keadaan. Yakin kalau ini adalah keputusan yang tepat bagi Queen.
"Iya Ayah," sadar tidak sadar, wajah Safir kembali murung lagi. Setelah hampir semuanya mereka capai bersama, tapi Queen pergi begitu saja tanpa memberikan pemberitahuan sejak jauh-jauh hari. "Dia mau melanjut S2 ke Australia."
"Baguslah. Memang seharusnya begitu, melanjutkan study dulu," ucap Zantisya. Ia kemudian meraih remot televisi. Rasanya Zantisya masih jengkel dengan anak lelakinya tersebut. Safir berhasil membuat Zantisya kecewa. Seumur hidup Zantisya, ini adalah hal yang paling menyakitkan dari tingkah laku anaknya selama ini. Meskipun Zantisya sadar, kenakalan ketiga anaknya selama ini hanya yang berkaitan dengan game saja.
Arjuno menggenggam tangan Zantisya. Berharap sang istri tidak berucap lagi hingga mengeluarkan kata-kata tidak baik untuk kehidupan Safir.
"Jangan asal sembarang mempercayai orang. Apalagi orang itu akan menggantikan Queen. Bagaimana kalau mengambil salah satu orang dari kantor saja. Ada karyawan terbaik yang memang akan Ayah naikkan jabatannya," sebagai orang tua, Arjuno jelas tidak ingin jika ada sesuatu hal buruk terjadi pada usaha anaknya. Yang orang tua mau tentunya melihat anaknya sukses dengan segala pencapaiannya.
"Kalau Safir mengambil pegawai dari Ayah, yang ada nanti Ayah akan membutuhkan pegawai baru juga. Itu akan merepotkan ayah juga. Tidak apa-apa, Ayah. Biar Amar saja yang nantinya menggantikan Queen. Insya Allah, Amar itu orang yang baik. Lagi pula, Safir juga tidak akan lepas tanggung jawab begitu saja dengan orang yang baru bekerja dengan Safir."
"Lalu selama ini?"
"Selama ini keuangan memang sepenuhnya ada pada Queen. Makanya sekarang Safir menunggu laporan yang sedang di selesaikan Queen, Ayah."
"Hebat juga Safir bisa percaya sepenuhnya dengan Queen," sindir Zantisya dengan suaranya yang masih sinis. Sepertinya kekecewaan Zantisya belum bisa di padamkan.
Untuk sesaat Safir terdiam. Jika mengingat semuanya lagi, memang Queen yang mengatur keuangan sepenuhnya. Sedangkan Safir asal percaya saja. "Karena Queen tidak akan bermain curang dengan Safir, Bun. Mana mungkin sahabat mau menyakiti sahabatnya sendiri."
Zantisya tersenyum samar. "Ada kok sahabat yang menyakiti sahabatnya sendiri. Nasib baik kamu bertemu dengan orang sebaik Queen," ucapnya sambil beranjak. "Mas, aku duluan ke kamar. Ngantuk."
"Ngantuk? Lah itu, sinetron kesukaanmu masih belum habis loh Dek," ucap Arjuno sambil menunjuk televisi.
"Aku sudah enggak suka lagi."
*
"Sedang apa?"
Baru saja Reina memasuki kamar Queen. Kini dirinya melihat anak bungsunya yang sedang sibuk dengan laptopnya dan beberapa berkas lainnya yang berserakan di atas meja.
"Menyelesaikan laporan keuangan, Ma," Queen segera melepas kaca matanya. Ia mengabaikan sejenak pekerjaannya karena Reina yang memasuki kamarnya.
"Biasanya mengerjakan laporan kalau sudah akhir bulan. Tumben masih pertengahan bulan sudah sibuk seperti ini?" sebisa mungkin Reina memasang wajahnya yang seolah tidak tahu apa-apa tentang Queen yang sudah memilih berhenti bekerja.
"Ma, tiba-tiba saja semalam Queen berpikir ingin melanjutkan S2 ke Australia. Jadi sekarang Queen ingin menyelesaikan pekerjaan ini, untuk berpamitan dengan Safir."
"Australia? Kenapa terdengar sangat tiba-tiba?" sekalipun Reina tahu alasannya, ia memilih untuk terkejut dan juga memasang wajah penuh tanya.
"Karena keinginan Queen juga sangat tiba-tiba. Sekalian mencari suasana dan pengalam baru. Dari kecil hingga lulus S1, Queen belajar di Indonesia terus. Boleh ya Ma?"
Sungguh, Reina ingin memeluk Queen saat ini juga. Ingin menguatkan hati anaknya yang sedang patah hati. Tapi Reina tidak ingin menggoyah pertahanan yang sudah di buat Queen sendiri.
"Kalau Mama setuju, nanti Queen juga akan bicara dengan Papa."
"Kalau memang itu yang di inginkan Queen, tentu saja Mama setuju. Apapun yang terbaik, Mama dan Papa pasti akan setuju."
"Terima kasih ya Ma," ucap Queen kemudian terseyum samar.
Reina mengangguk pelan dan tersenyum hangat pada Queen. "Cepat selesaikan pekerjaaan Queen. Jangan tidur larut malam."
demo rumah emak guys