Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.
Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.
Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.
Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.
Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 MAGANI OGYA
Terdengar suara deru mobil di depan rumah Batang Dewi, beberapa mobil terlihat terparkir tepat di rumahnya.
Mobil-mobil sekelas Bugatti berderet rapi dengan beraneka warna di rumah Batang Dewi sedangkan suara deru mobil yang dihasilkan membuat seluruh kompleks rumah menjadi ramai dengan kedatangan mobi-mobil mewah itu.
Brrrrmmm... Brrrmmm... Brrrmmm...
Deru mobil terdengar sangat kencang serta memekakkan telinga Batang Dewi yang kala itu tengah beristirahat di depan televisi di kamar tidurnya.
Batang Dewi lalu bergegas keluar ruangan tidurnya menuju ke arah jendela rumahnya untuk melihat yang terjadi di luar.
Ketika Batang Dewi menyibak tirai yang menutupi jendela ruangan tengah, dia benar-benar terkejut ketika melihat mobil-mobil yang berjejer rapi di depan rumah barunya.
"Siapa mereka ?", tanya Batang Dewi terkejut kaget.
Tampak seorang pria tampan berpakaian kemeja cokelat tua dengan celana panjang hitam keluar dari mobil Bugatti warna hitam, disampingnya berdiri dua orang pria berkacamata hitam dengan pakaian serba hitam.
Mereka terlihat berbincang-bincang serius kemudian pria tampan dengan tinggi 180 sentimeter itu tengah berjalan menuju ke rumah Batang Dewi.
Batang Dewi merasa was-was ketika pria berwajah tampan rupawan itu menaiki tangga rumahnya.
Hati Batang Dewi menjadi sangat kalut serta ketakutan karena melihat mobil-mobil mewah itu sedang terparkir di rumahnya tanpa dia mengetahui siapa mereka semuanya.
Ting... Nong... Ting... Nong...
Terdengar suara bel pintu rumah Batang Dewi berbunyi keras sehingga menyentakkan Batang Dewi yang masih berdiri mematung di ruangan tengah.
Batang Dewi yang sedikit cemas berusaha mengatur nafasnya yang berdetak kencang tak karuan agar teratur.
Ting... Nong... Ting... Nong...
Batang Dewi bergegas melangkahkan kedua kakinya menuju ke arah pintu, berhenti sejenak dan menarik nafas lagi kemudian membuka pintu rumahnya.
Berdiri sesosok pria tampan tengah memandangnya dengan wajah tersenyum serta bibirnya yang basah mempesona.
"Apa kabar Batang Dewi ?", sapa pria tampan itu.
Batang Dewi terdiam ketika melihat ke arah pria berpenampilan luar biasa rapinya itu sedang menyapanya ramah.
"Siapa ?", tanya Batang Dewi singkat.
"Kamu sudah melupakanku ? Baru saja kita berpisah beberapa jam dan kamu sudah lupa denganku ?", ucap pria tampan itu.
"Jian... Oh, Magani Ogya...", sahut Batang Dewi. "Benarkah itu kamu !?", sambungnya.
Batang Dewi benar-benar tidak percaya bahwa pria tampan itu akan mengubah penampilannya menjadi elegan sekali, berbeda jauh dari kesehariannya saat mengalami amnesia dan menjadi Jian.
"Apakah aku perlu membuktikannya ?", tanya Magani Ogya.
"Membuktikannya... Maksudmu... !?", ucap Batang Dewi.
"Fuih !? Kamu memang lebih suka dipaksa Batang Dewi...", sahut Magani Ogya.
Magani Ogya langsung memeluk tubuh Batang Dewi dan menciumnya lama.
Wajah Batang Dewi berubah merah padam saat menyadari Magani Ogya tengah mencium dirinya dengan cepat.
"Umph...", ucap Batang Dewi.
"Sekarang kamu ingat denganku, Batang Dewi ?", bisik Magani Ogya.
"Kamu... ! Ap--apa yang kamu lakukan ?", pekik Batang Dewi malu.
"Bukannya kita seri dan impas sekarang, kenapa kamu terlihat kecewa ? Apakah kamu masih menginginkan ciuman itu lagi ?", ucap Magani Ogya.
"Kamu membalasnya...", kata Batang Dewi tak percaya.
"Iya...", sahut Magani Ogya.
"Kamu membalasnya dan menganggapnya impas !? Apa yang ada di pikiranmu itu ? Hah ?", ucap Batang Dewi.
Batang Dewi mendorong tubuh Magani Ogya, si CEO amnesia yang sudah tidak amnesia itu ke luar rumahnya.
"Keluar ! Dan jangan pernah kembali lagi ! Dasar CEO aneh !!!", teriak Batang Dewi.
Batang Dewi membanting pintu rumahnya keras-keras lalu menguncinya rapat-rapat. Dan meninggalkan CEO Magani Ogya di luar rumah sendirian.
"Ehk !?", sahut Magani Ogya terbengong di depan pintu rumah.
Pria muda yang sangat tampan itu hanya berdiri melongo tanpa mengerti dengan sikap Batang Dewi yang mendadak emosi.
"Apa salahku ?", ucap Magani Ogya bingung.
Magani Ogya lalu menekan bel pintu rumah Batang Dewi sekali lagi, tetapi tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Dia menekan kembali bel rumah Batang Dewi berulangkali bahkan tindakannya membuat orang-orang disekitar komplek rumah Batang Dewi langsung menoleh ke arah Magani Ogya yang bersikap aneh.
Tanpa disadari oleh Magani Ogya, justru orang-orang disekitar rumah menyemangati pria tampan itu untuk terus maju.
"Ayo semangat ! Ucapkan cintamu wahai anak muda ! Ayo semangat !", teriak orang-orang disekitar rumah kepada Magani Ogya.
"Ehk !?", gumam Magani Ogya seraya menolehkan kepalanya ke arah orang-orang yang sedang melihatnya.
"Semangat ! Semangat !", teriak orang-orang dari arah bawah rumah Batang Dewi.
Magani Ogya hanya terdiam menatap ke arah kerumunan orang-orang disekitar rumah kemudian memberi isyarat kepada anak buahnya untuk naik ke atas.
"Tolong kamu buka pintu ini, bagaimana caranya supaya pintu ini dapat dibuka, kamu mengerti !", ucap Magani Ogya.
"Baik bos, kami akan laksanakan perintah anda", sahut salah satu pria tinggi besar, berkacamata itu.
Magani Ogya hanya menganggukkan kepalanya pelan kemudian menyingkir dari kedua pria berkacamata hitam yang mulai sibuk mengutak-atik pintu rumah agar dapat terbuka sedangkan anak buah yang lainnya tengah berjaga-jaga di sekitar mobil mewah yang berjejer di depan rumah baru Batang Dewi.
Klek... Klek... Klek...
Pintu rumah akhirnya dapat dibuka dari luar oleh kedua anak buah Magani Ogya sehingga pria berpenampilan elegan itu dapat masuk ke dalam rumah baru Batang Dewi.
Dak... Dak... Dak...
Terdengar langkah kaki Magani Ogya ketika memasuki ruangan rumah, berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan tengah tetapi pria itu tidak mendapati Batang Dewi di ruangan tengah.
"Dimana dia sekarang ? Apakah dia ada di dapurnya ?", tanya Magani Ogya.
Magani Ogya lalu memutar langkah kakinya menuju dapur rumah dan membuka pintu dapur tetapi dia tidak melihat Batang Dewi berada di ruangan itu.
"Ternyata dia juga tidak ada di dapur rumah, kemana dia sekarang...", ucap Magani Ogya.
Dia mengalihkan pandangannya ke arah ruangan kamar tidur Batang Dewi kemudian Magani Ogya berjalan menuju kamar tidur.
Brak !
Pada saat Magani Ogya sampai di kamar tidur Batang Dewi, dia melihat gadis berusia 29 tahun itu tengah duduk di atas tempat tidurnya sambil memperhatikan layar komputernya.
"Rupanya kamu ada di kamarmu", kata Magani Ogya.
"Ehk !? A--apa !?", ucap Batang Dewi tersentak kaget lalu buru-buru menutup laptop sistem pemberian Rajawali sistem. "Apa yang kamu lakukan di kamarku ini ?", sambungnya kemudian menatap ke arah Magani Ogya yang tengah berdiri di muka pintu kamar.
"Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, apa yang kamu lakukan tadi ?", sahut Magani Ogya.
"Menyuruh keluar dan pergi dari rumahku", jawab Batang Dewi terlihat kesal.
Batang Dewi berpikir tentang kehadiran Magani Ogya atau Jian yang datang kembali ke rumahnya setelah dia pergi, gadis itu juga berpikir lagi untuk apa CEO berwajah tampan itu mencarinya, bukankah semuanya telah berakhir.
"Apa itu merupakan tindakan sopan ? Menurutmu mengusir orang dekatmu itu perbuatan yang baik ?", tanya Magani Ogya sewot.
"Dan apakah mencium paksa perempuan adalah perbuatan yang terpuji ?", sahut Batang Dewi tak kalah sengitnya.
"Aku hanya memberimu sebuah ciuman balasan dan itu juga salahmu sehingga aku terpaksa melakukannya", ucap Magani Ogya mulai kesal.
"Bukankah itu sudah berlalu dan kita lupakan !? Untuk apalagi kita mengingatnya lagi ?", kata Batang Dewi.
"Ya Tuhan... Ada perempuan seperti ini... Habis berbuat lalu lepas tangan..., seakan-akan aku ini patung hidup baginya...", ucap Magani Ogya menggerutu.
Magani Ogya melangkahkan kedua kakinya ke arah tempat tidur lalu menarik tangan Batang Dewi untuk turun.
"Ikut aku sekarang juga !", kata Magani Ogya atau Jian.
"Tidak ! Aku tidak mau !", teriak Batang Dewi berontak.
"Apa kamu ingin aku memaksamu, Batang Dewi ?", ucap Magani Ogya sembari menatap tajam gadis berusia 29 tahun itu.
"Ti--tidak !", jerit Batang Dewi berusaha melepaskan tangan Magani Ogya.
"Kenapa sikapmu berubah kepadaku ? Tidak sama dengan waktu aku mengalami amnesia !? Kamu tidak pernah bersikap yang bertentangan denganku, Batang Dewi !?", kata Magani Ogya.
Batang Dewi terdiam seraya menundukkan keaplanya dalam-dalam tanpa berani melihat ke arah pria muda yang dicintainya itu.
"Batang Dewi...", ucap Magani Ogya.
CEO itu menghampiri Batang Dewi seraya mendongakkan dagu gadis itu dan memandanginya dengan tatapan teduhnya seperti biasa.
"Apa alasanmu berubah kepadaku ?", tanya Magani Ogya.
"Karena waktu itu kamu sakit...", sahut Batang Dewi.
"Sakit ? Dan apakah kamu tidak pernah tahu jika aku sekarang masih sakit ?", ucap Magani Ogya.
"Tidak, aku tidak tahu itu, Magani Ogya", sahut Batang Dewi.
"Disini !", kata Magani Ogya.
CEO tampan itu lalu menarik tangan Batang Dewi tepat di depan dadanya sembari menatap mata Batang Dewi lekat-lekat.
"Bagian ini yang masih terasa sakit sekali, Batang Dewi ! Dan kamu tidak pernah tahu rasa sakit ini !", ucap Magani Ogya.
Batang Dewi hanya bisa memandangi wajah Magani Ogya yang berubah dingin itu.
Tampak jelas sekali garis-garis kesedihan dari pria tampan berprofesi sebagai CEO itu, yang tergambar di wajah Magani Ogya ketika mereka saling beradu pandang.
Terutama kedua matanya yang berkaca-kaca menahan emosi di hatinya ketika melihat perubahan yang terjadi pada sikap Batang Dewi kepada dirinya.
"Aku memang tidak pernah tahu caranya berterimakasih padamu dan aku juga tidak pernah tahu harus bersikap seperti apa untuk mengatakan rasa terimakasih itu tapi hanya satu yang kini aku sadari dari hubungan kita ini... Batang Dewi...", kata Magani Ogya.
Magani Ogya menatap dalam-dalam kedua mata Batang Dewi dengan sangat serius.
"Aku tidak berharap kamu akan memaafkanku atas sikapku yang menjadikanmu wanita penggantiku selama aku amnesia...", ucap CEO tampan itu.
"Aku...", sahut Batang Dewi lalu dengan cepat Magani Ogya memotong ucapan gadis itu.
"Aku hanya berharap kamu selalu berada di sampingku untuk selamanya, Batang Dewi", kata Magani Ogya.
"Maksudmu, kamu akan menjadikanku lebih dari wanita pengganti agar luka di hatimu hilang, ataukah kamu hanya ingin aku bersamamu untuk menemanimu, CEO Magani Ogya ?", ucap Batang Dewi.
Magani Ogya terhenyak keras saat mendengar ucapan Batang Dewi kepada dirinya. Dan ucapan Batang Dewi seperti tamparan di wajah Magani Ogya.
"Tidak... Aku tidak menganggapmu demikian, Batang Dewi...", sahut Magani Ogya lirih.
"Benarkah !?", tanya Batang Dewi.
CEO yang memiliki pengaruh besar di dunia itu menyadari sejak dia pergi meski itu hanya beberapa jam, Magani Ogya merasakan ada yang kurang dari dirinya. Dia tahu bahwa dirinya telah bergantungan pada Batang Dewi, sejak dia dirawat oleh perempuan itu di rumahnya.
Hampir seluruh bagian jiwanya terus mengingat kehadiran Batang Dewi bahkan dia tidak dapat lepas dari gadis berusia 29 tahun itu.
Dia merasa bergantung kepada Batang Dewi meski sekarang dia sudah sembuh dari amnesianya tetapi rasa tergantungan itu masih melekat di diri Magani Ogya.
"Aku datang kemari untuk mengajakmu ke rumahku dan tinggal bersama denganku, Batang Dewi", ucap Magani Ogya.
"A--apa ?", kata Batang Dewi.
Magani Ogya lalu memanggil anak buahnya yang berada di luar dengan suara keras.
"Agasthya ! Bawa kemari dokumen yang kamu bawa itu, Agasthya !", teriak Magani Ogya.
"Baik, bos !", sahut Agasthya cepat.
Seorang pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar seraya menyerahkan sebuah dokumen penting kepada CEO Magani Ogya.
"Ini dokumen yang bos inginkan, silahkan bos menerimanya", kata Agasthya.
"Terimakasih dan kalian boleh pergi ke luar dan pastikan keadaan di seluruh area rumah ini dalam keadaan aman, kamu paham !", perintah CEO Magani Ogya.
"Baik bos, kami akan laksanakan perintah bos sekarang juga", sahut Agasthya.
Sepeninggal anak buahnya, Magani Ogya lalu menyerahkan dokumen itu kepada Batang Dewi.
"Apa ini ?", tanya Batang Dewi.
"Bacalah !", sahut Magani Ogya.
Batang Dewi lalu membaca dokumen di tangannya dengan seksama serta cermat, alangkah terkejutnya Batang Dewi ketika mengetahui isi dari dokumen yang ada di tangannya.
"Ini surat nikah ?", ucap Batang Dewi terkejut. "Kamu mengajakku menikah ?"
"Iya dan aku sudah mencantumkan namamu di dokumen itu", sahut CEO Magani Ogya.
"Ya Tuhanku !?", kata Batang Dewi langsung meletakkan dokumen berisi surat nikah antara dirinya dengan Magani Ogya.
"Apa ada yang salah dari ini semuanya, Batang Dewi ?", tanya Magani Ogya.
"Mungkin kepalamu setelah amnesia lebih mengalami masalah yang lebih berat dari amnesia, CEO Magani Ogya", sahut Batang Dewi menatap pria itu emosi.
"Maksudmu ?", ucap Magani Ogya.
"Pulanglah sekarang dan sebelum aku menghajarmu habis-habisan, C-E-O Magani Ogya !", ucap Batang Dewi seraya menatap tajam kepada pria muda di depannya.
"Ehk !? Oh, tidak, aku tidak akan keluar sebelum kamu mengiyakannya, Batang Dewi !", kata Magani Ogya.
Entah apa yang mereka berdua bicarakan setelah itu di dalam ruangan kamar Batang Dewi, tetapi tampak jelas tergambar senyuman di wajah CEO Magani Ogya saat keluar dari kamar Batang Dewi.
Beberapa jam kemudian terlihat mobil-mobil mewah sekelas Bugatti meninggalkan rumah Batang Dewi dan mulai menjauh.
Brrrmmm... Brrrmmm... Brrrmmm...
Terdengar kembali deru keras dari mobil-mobil itu membahana di sepanjang jalan kompleks rumah baru Batang Dewi lalu meluncur cepat dan pergi.