NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:977
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXI: Strategi Sang Pengawas

Udara di ruang tengah masih berbau kehancuran emosional, tetapi kini juga dipenuhi dengan urgensi dan strategi. Kyra menutup aplikasi di ponselnya, menyembunyikannya kembali dengan gerakan terampil. Ia menatap Arion, kegembiraan dan kecemburuan di matanya bersatu membentuk tekad baja.

"Danu. Pria di kafe. Semuanya adalah Pengawas, Kak. Tapi Danu adalah tangan kanan Ikatan Mata di Jakarta. Dia tidak ingin kita bebas, dia ingin Jangkar ini tetap berada dalam jangkauan mereka," jelas Kyra, nadanya kini sepenuhnya profesional.

Arion mengusap wajahnya, mencoba memproses pengkhianatan dari orang yang ia anggap teman. "Dia memberiku informasi tentang Gelang itu untuk memastikan aku tahu cara mengendalikan Luna, bukan untuk menyelamatkan kita."

"Tepat," sahut Kyra. "Dia merancang sangkar yang Kakak cintai. Dia ingin Kakak terikat pada salah satu dari kami, sehingga dia punya kendali atas kita. Sekarang, kita harus bergerak lebih cepat dari Danu."

Arion menatap kekacauan di ruang tengah. Buku-buku berserakan, lampu berayun. "Luna sedang apa?"

"Luna sedang reset," kata Kyra, tatapannya menyiratkan pemahaman. "Dia baru saja mengalami pelepasan emosi terbesar dalam hidupnya. Dia akan mengunci diri di kamar, kembali ke mode polos dan manja yang ekstrem. Tapi kali ini, dia akan fokus pada pembalasan."

"Pembalasan apa?"

"Pembalasan pada siapa pun yang merebutmu, Kak. Itu bisa jadi Danu, atau bahkan... aku," Kyra berbisik, tetapi ia mendekat, memegang tangan Arion dengan posesif. "Tapi untuk saat ini, dia akan fokus pada ancaman eksternal."

Arion menyadari bahwa ia baru saja menciptakan dua musuh: Danu di luar, dan Luna di atas.

"Kita harus mengamankan Bukti," kata Arion, suaranya kembali logis. "Aku punya flash drive dari brankas Ibu kalian. Itu berisi semua rekaman dan nama."

"Itu bagus. Tapi itu belum cukup," sela Kyra. "Ibu selalu bilang, dia menyimpan kunci terakhir di tempat yang paling sulit dicari. Di mana?"

Arion teringat pada Peta Keterikatan Kyra yang ia temukan di Peti Ukiran Cahaya.

"Peta itu menunjukkan dua penanda yang tersisa. Satu di kamar Ibu, sudah kita temukan. Satu lagi..." Arion menelan ludah. "Di bawah lantai kamar Luna. Penanda Biru."

Wajah Kyra pucat. "Di kamar Luna? Itu adalah tempat teraman dan paling terlarang. Luna akan tahu jika kita menggalinya."

"Kita tidak perlu menggali. Kita hanya perlu tahu apa yang ada di sana," Arion bertekad. "Luna dalam mode reset. Dia tidak akan keluar kamar selama setidaknya dua belas jam. Ini kesempatan kita."

Kyra menimbang risiko itu, Mata Terbukanya bekerja keras. Akhirnya, dia mengangguk. "Baik. Tapi kita tidak boleh menggunakan alat. Kita harus menggunakan tangan kosong. Ini adalah pertaruhan besar."

Mereka berdua menyelinap ke kamar Luna. Bau vanilla kini terasa berlebihan, seolah Luna berusaha keras menutupi emosi marahnya dengan aroma yang manis. Luna meringkuk di ranjang, memeluk bantal, berpura-pura tidur. Namun, Arion dan Kyra tahu dia sepenuhnya sadar.

Arion membuka peta Kyra, membandingkan lokasi penanda Biru dengan tata letak kamar Luna. Penanda itu berada di bawah karpet tebal, tepat di samping jendela.

Kyra berjalan ke karpet itu. Ia berlutut, mengabaikan Luna yang sesekali terbatuk dari ranjang.

"Tolong jangan ganggu Dear saat dia tidur," Luna merengek pelan, suaranya dari bawah bantal.

"Kami hanya merapikan, Dear. Karpetnya miring," balas Kyra, suaranya penuh kepalsuan yang meyakinkan.

Kyra mengangkat sudut karpet itu. Di bawahnya, lantai kayu Jati tampak padat. Namun, Arion menyadari ada celah tipis di antara dua papan kayu.

Menggunakan ujung pisau mentega yang ia ambil dari dapur—alat yang paling tidak mencurigakan—Arion menyisipkan ujungnya ke celah itu.

Papan kayu itu bergeser.

Di bawahnya, bukan tanah, melainkan sebuah ruang penyimpanan yang kedap suara, dilapisi busa tebal. Di dalamnya, terbaring sebuah benda yang membuat Arion dan Kyra membeku.

Itu adalah satu set pakaian seragam putih kuno, yang sangat mirip dengan seragam di foto lama Luna dan Kyra. Seragam yang digunakan di markas Ikatan Mata.

Di atas seragam itu, ada sebuah kotak perhiasan kecil dari kulit yang tampak usang.

Kyra meraih kotak itu. Ia membukanya. Isinya adalah:

Dua cincin perak tebal, berukir simbol Mata Terkunci, dan di tengahnya, terdapat ukiran nama: 'L' dan 'K'.

Luna dan Kyra memiliki cincin pernikahan yang dibuat oleh Ikatan Mata.

"Cincin Ikatan," bisik Kyra, suaranya tercekat. "Ini adalah lambang kepemilikan. Mereka seharusnya memberikan ini kepada Jangkar yang akan datang. Tapi Ibu menyimpannya di sini."

Arion menyadari kebenaran yang lebih dalam: Ikatan Mata tidak hanya menginginkan Luna dan Kyra sebagai properti. Mereka ingin mereka menikah dengan salah satu Pengawas Senior mereka—mungkin Danu sendiri.

Arion menatap Kyra, sang Pengawas yang memegang cincin itu. "Kenapa Ibu menyimpannya di sini?"

"Karena ini adalah pengingat," jawab Kyra, matanya berkaca-kaca. "Jika kami gagal menemukan Jangkar baru, kami harus kembali dan menerima takdir ini. Ibu menyimpannya di tempat yang selalu kami lihat, tetapi tidak pernah kami sentuh."

Tiba-tiba, dari ranjang, Luna tertawa. Tawa yang sangat pelan, sangat manis, dan sangat menyeramkan.

"Kau menemukannya, A.K.," bisik Luna dari balik bantal. "Itu untukmu. Dan untuk Kak Arion. Cincin pernikahan kita."

Arion dan Kyra terkejut. Luna tidak tidur. Dia menyaksikan semuanya.

Kyra segera menutup papan lantai dan karpet. Ia memegang cincin itu erat-erat. Ia tahu, pembalasan Luna baru saja dimulai, dan Luna akan menggunakan cincin ini sebagai senjatanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!