Maafkan Aku Hanum

Faiz akhirnya tersadar jika apa yang telah ia lakukan adalah salah besar.

'kenapa kau begitu bodoh Faiz, Hanum itu kan sudah menikah! Jadi Tama berhak atas Hanum...tapi kenapa aku belum bisa menerima adikku bersama dengan pria seperti itu, belum apa-apa sudah selingkuh!' batinnya tidak rela.

"Maaf!" hanya kata itu yang keluar dari mulut Faiz, ia pun bergegas pergi.

Sedangkan Hanum berusaha melepaskan dirinya yang saat ini posisinya berada dibawah tubuh suaminya.

"Mas Tama pandai sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan." keluhnya sembari membetulkan hijab instannya yang hampir copot akibat ulah suaminya yang senang sekali menggodanya.

Keesokan harinya.

Hanum yang masih tertidur lelap si atas tempat tidur, tiba-tiba saja ia merasakan sebuah sentuhan dingin di sekitar area wajahnya, serta ia mencium parfum berbau kasturi cukup menyengat di indra penciumannya. Perlahan Hanum mulai membuka kedua bola matanya, ditatapnya wajah seorang pria berwajah tampan, berkulit putih, hidung mancung dan bermata sipit, pria tersebut telah mengenakan peci hitam plus sorban yang di letakan di bahunya, baju koko berwarna putih telah membuat tubuhnya memancarkan cahaya terang benderang, dan Hanum pun baru tersadar jika pria yang saat ini berada di hadapannya adalah suaminya sendiri yang sedang asik menatapnya sambil mengelus wajahnya.

"Astaghfirullah..Mas Tama!" ucapnya kaget, Hanum langsung beranjak dari atas tempat tidurnya, ia masih tidak menyangka dengan perubahan suaminya.

"Kamu kenapa Num, melihatku sampai terkejut seperti itu, kau seperti melihat setan saja!" protesnya tidak suka.

'Aish...yang kulihat bukan setan, tapi kau begitu berbeda, kau terlihat tampan, Mas' pujinya dalam hati.

Seketika rona merah di wajah Hanum mulai terlihat, Tama pun menyadari hal itu.

"pasti kau belum solat subuh?"

"Belum Mas, semalam aku datang bulan, jadi aku gak bisa solat!" jawabnya tertunduk malu.

Tama sempat kecewa, padahal ia berencana malam ini ingin meminta haknya sebagai suami, tapi ia urungkan niatnya itu sampai Hanum selesai datang bulan

"Yasudah, kalau begitu kamu mandi gih sana, bau asem tahu!" ejek Tama, ia malah menutup hidungnya.

Hanum pun dibuat kesal oleh kelakuan suaminya.

......................

Kediaman Komjen Cahyo Pradipta.

"Mah, kok Kak Hanum dan kak Tama belum pulang ke rumah ini sih?" tanya Riana yang sudah sangat merindukan mereka.

"Masmu sedang menjemput Hanum di rumahnya, kemarin bilang setelah selesai tugas dari Mabes langsung meluncur kesana, dan rencananya nanti siang mereka akan pulang, kita tunggu saja mereka ya Ana!" jawab sang Mamah sambil menikmati secangkir teh hijau di pagi hari dan menikmati udara segar dan juga sejuk.

'Semoga hubungan kak Tama dan Kak Hanum baik-baik saja!" ucapnya dalam hati.

Saat Riana fokus dengan benda pipih miliknya, alangkah terkejutnya dirinya saat ini.

'Apa...Bella Anastasya terlibat jaringan prostitusi online, dan ia telah di tahan saat penggrebekan yang dilakukan oleh kepolisian kemarin malam? Apa jangan-jangan Mas Tama ikut terlibat dalam penggrebekan malam itu? Kalaupun iya...wah, sulit dipercaya, pasti Mas Tama sangat syok, dan pastinya Mas Tama akan memilih kak Hanum, dan membuang jauh-jauh wanita sampah itu.' ucapnya dalam hati

Sang ibu yang memperhatikan sikap putrinya seperti itu, membuatnya menjadi bertanya-tanya.

"kamu kenapa Ana? Sepertinya ada sesuatu yang menarik!"

"Emmhhh... enggak kok Mah, ini hanya ada berita menarik saja di ponselku." jawabnya sedikit gugup, Riana takut jika sampai dirinya keceplosan ngomong, dan ini semua bisa membuat posisi kakaknya menjadi terancam, mengingat hubungan Tama dan Bella begitu di rahasiakan dan tidak ada yang tahu.

"Pasti berita yang sedang kau lihat itu mengenai prostitusi online ya? Dan banyak pej*bat serta para artis yang terlibat di dalamnya." jawabnya yang kemudian kembali menyeruput teh hijaunya.

Riana sempat melotot tidak percaya saat ibunya berkata seperti itu.

"Jadi mamah sudah tahu semuanya?"

"Sudah Ana, malah Mamah sangat kecewa dengan Bella Anastasya, padahal Mamah itu suka sekali dengan sinetronnya yang...apa ya judulnya, Mamah lupa Ana." ucapnya sambil mengingat nama sinetron yang sedang naik daun dan di perankan oleh Bella.

" Yang judulnya kepentok cinta si bujang lapuk Mah!" jawab Riana sambil tersenyum getir, ia tidak menyangka jika mamahnya menyukai sinetron seperti itu, baginya sungguh tontonan yang tidak bermutu.

"Nah, iya betul itu judulnya Ana, kau tahu alur cerita sinetron itu? Sungguh sangat menyedihkan, seorang wanita soleha akhirnya di khianati oleh suaminya sendiri, meskipun mereka menikah dengan jalur perjodohan, tapi tetap saja suatu perselingkuhan tidak dibenarkan dalam ikatan pernikahan, betul tidak Ana?" tanya sang Mamah yang mulai melow.

'Dan itu yang sudah dilakukan oleh Mas Tama terhadap kak Hanum, ish ...kenapa juga alur cerita sinetron yang di perankan oleh Bella bisa sama persis dengan kisah mereka? Sungguh suatu kebetulan yang sangat luar biasa.' batinnya masih tidak menyangka nya.

......................

Pondok Pesantren Darrusalam

Sebelum Hanum dan Tama kembali ke Jakarta, Hanum menyempatkan diri untuk menemui murid-muridnya di pesantren, entah kenapa ia begitu sangat merindukan momen ketika dirinya masih mengajar di tempat ini. Para santri yang lainnya pun menyambut dengan hangat kehadiran Hanum.

Letak Pondok Pesantren Darussalam sendiri tidak begitu jauh dari rumahnya, dan jaraknya pun hanya sekitar tiga puluh meter.

Rahayu Nadzifa atau biasa di panggil Ayu, yakni teman dekatnya Hanum selama ini, merasakan kerinduan yang mendalam, ia pun terus memeluk Hanum.

"Num, kau tahu semenjak kau menikah dan tidak mengajar lagi di tempat ini, rasanya pondok pesantren Darrusalam begitu sepi tanpa kehadiranmu, aku dan para santri lainnya merasa sangat kehilangan sosok dirimu, kau lihat wajah mereka, begitu senang dan bahagia saat guru ilmu tajwid mereka datang berkunjung ke tempat ini." ucap Ayu sambil mengedarkan pandangannya ke arah para santri yang sedang duduk manis di atas kursi mereka masing-masing, dan saat ini Hanum dan Ayu sedang berada di dalam ruangan kelas, tempat biasa Hanum mengajar.

"Maafkan aku Yu, akupun sebenarnya masih ingin mengajar di sini, masih banyak ilmu tajwid yang belum aku ajarkan kepada mereka." jawab Hanum menatap sedih ke arah Ayu dan juga para santri lainnya.

Dan Hanum pun memiliki waktu sekitar satu jam untuk mengajar para santri sebelum akhirnya ia kembali ke Jakarta, kini raut wajah bahagianya kian terpancar, Hanum begitu bersemangat.

Setelah satu jam berlalu begitu cepat, akhirnya Hanum dan Ayu memutuskan untuk keluar dari dalam kelas, keduanya melangkah sambil mengobrol di sekitar halaman pondok pesantren.

Kemudian tiba-tiba saja dari arah belakang ada seseorang yang telah memanggil namanya.

"Hanum...tunggu!" teriak suara seseorang yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

Saat Hanum menoleh, ternyata benar jika itu adalah suara dari Gus Adam, sosok pria yang pernah mengisi hatinya dan dialah cinta pertamanya.

"Assalamualaikum, Num!" sapa Gus Adam dengan nafas masih ngos-ngosan.

"Waalaikumsalam, Gus Adam!" jawab Hanum sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Bagaimana kabarmu Num?" tanya Gus Adam sambil melempar senyum ke arah Hanum.

"Alhamdulillah baik, Gus!" jawabnya singkat, Hanum pun tidak berani menatap wajah Gus Adam, bagaimanapun ia harus bisa menjaga pandangannya terhadap pria yang bukan muhrimnya.

Tapi dari cara Gus Adam menatap Hanum, terlihat jelas jika Gus Adam memiliki ketertarikan terhadap Hanum, namun itu semua sudah terlambat, Hanum sudah menjadi milik orang lain.

Melihat Hanum sedang bersama seorang pria, Tama yang bermaksud menyusul Hanum tidak sengaja melihat kejadian tersebut, darahnya seolah telah mendidih, kedua tangannya ia kepal.

'Siapa pria itu? Kenapa sedari tadi ia terus saja memandangi istri ku?' tanya Tama dalam hati.

Dan akhirnya Tama pun bergegas menghampiri mereka dengan rahang yang sudah mengeras.

Bersambung...

⭐⭐⭐⭐⭐⭐