Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Nero memeriksa petanya, ia mencari pos penyerahan bendera terdekat. Matanya tertuju pada satu titik merah dan membandingkannya dengan titik merah lainnya, setelah memilih yang paling dekat ia berlari dengan cepat.
Dua orang pemandu di pos terlihat kaget dengan perolehan bendera Nero, mereka menghitungnya, 44 bendera putih, 11 bendera merah dan 5 bendera hijau, itu belum termasuk satu kantong yang dipegangnya. Nero tidak memberikan kantong terakhir itu karena bukan miliknya.
Setelah menyerahkan bendera tersebut hatinya sedikit menjadi lega, namun ia tidak dapat membayangkan bagaimana kemarahan anak-anak bengal itu jika mereka tau bendera mereka telah lenyap dan didaftarkan di pos penghitungan, dengan tertawa geli Nero kembali berlari di dalam hutan.
...
"Nadia!, benarkah bocah itu telah melepaskan bendera dengan begitu mudah?" Edward berdiri di depan Nadia dengan wajah serius, ia mendapatkan laporan dari Remy bahwa mereka dirampok oleh SMA Armada dan Nero memberikan benderanya begitu saja, sehingga mereka juga tidak punya pilihan lain.
"Nero hanya memberikan bendera milik kami, apa hubungannya dengan kamu? Kalian bisa memilih memberikannya atau tidak, bukan?" elak Nadia, akhirnya ia menjadi kesal, bahkan Edward ikut campur, ia tahu Edward akan dengan sengaja menjadikan ini sebagai cara untuk mencari masalah dengan Nero.
"Bodoh, pengecut itu bahkan tidak memiliki harga diri, pecundang seperti itu seharusnya tidak layak berteman denganmu, Nadia," ujar Edward dengan nada tinggi.
"Bukan urusanmu aku berteman dengan siapa, kamu bukan siapa-siapaku Edward. Kapan kamu akan sadar," ketus Nadia, ia benar-benar jengkel sekarang.
"Remy aku harap kalian juga berhenti menyalahkan Nero, bukan dia yang membuat kalian kehilangan bendera, tapi kalian sendiri yang memberikannya," akhirnya tidak tahan Nadia mengingatkan Remy sambil sekilas juga melihat ke Rosa, bagaimanapun juga, Rosa sedikit ikut menyalahkan Nero.
Rosa, Remy dan kawan kawannya agak merasa malu. Nadia benar, bukan Nero yang memberikan bendera kelompok mereka kepada anak-anak bengal itu, tapi mereka sendiri.
"Omong kosong! Kalau bukan karena dia, bagaimana Remy akan dengan mudah memberikan miliknya juga," Namun Edward takkan mengalah, ia sudah mendapatkan alasan, dan sekarang tentu saja dia tidak akan melepaskannya dengan mudah.
Nadia akan menjawab lebih lanjut ketika ia sadar sedang berada dititik perkumpulan anak-anak SMA Pandawa, tanpa bicara lagi ia mundur dan menarik tangan Susan.
Nero terus berlarian dan kadang melompat di dahan pepohonan, ia menemukan beberapa bendera lagi, bahkan mendapatkan satu bendera hijau. Jika ini terus berlanjut, kemungkinan untuk kelompoknya menjadi pemenang akan semakin besar.
Nero hanya berhenti ketika ia mentok di sebuah sungai, sungai itu cukup lebar dan arusnya deras. Ia memeriksa peta dan melihat sungai ini adalah batas area perburuan, artinya di seberang sungai tidak lagi masuk area perburuan.
Nero memutuskan berjalan ke arah hulu, area hulu termasuk kawasan perburuan yang cukup luas di peta, dibandingkan ke arah hilir yang lebih sempit.
Tidak lama berjalan Nero melihat beberapa gadis seusianya berkumpul di bawah sebuah pohon besar, pohon itu agak condong ke sungai, dan beberapa dahannya benar-benar telah berada di atas sungai.
Nero mengamati sambil terus melangkah, semuanya perempuan? Ia agak bingung, ada 6 orang di kelompok itu.
Salah seorang dari mereka terlihat sedang berjalan di dahan kayu yang menjorok ke arah sungai, teman temannya memperhatikan dengan khawatir, Nero juga mengamati, dan melihat agak ke ujung dahan ada sebuah bendera hijau. Ia jadi mengerti, anak perempuan itu mencoba untuk mengambil bendera itu.
Setelah agak dekat, sepertinya para gadis itu menyadari kedatangan Nero, sejenak memperhatikan lalu gadis-gadis itu terlihat berdiskusi singkat dan kemudian salah seorang memanggilnya.
"Hey, kamu di sana!" gadis itu melambaikan tangannya agar Nero mendekat.
Nero tertegun, sebenarnya ia akan memilih jalan untuk menghindari mereka.
Awasss!!
Tiba-tiba Nero berteriak, ia melihat gadis di atas dahan hilang keseimbangan, gadis itu dengan reflek memegang sebuah ranting untuk berpegangan, namun ranting itu terlalu rapuh dan patah, tak ayal tubuhnya langsung jatuh masuk.ke dalam sungai.
Byuuuurrrr!
Semua gadis itu menjerit bersamaan melihat temannya jatuh ke dalam sungai, mereka berlarian ketepi, sesaat kemudian kepala gadis itu menyembul. Sepertinya ia bisa berenang, namun kuatnya arus menyeretnya ke tengah. Di tengah sungai, arus yang lebih kuat menghanyutkannya, gadis malang itu jadi pucat, teman-temannya terus menjerit panik.
Nero bergegas membuka sepatunya, mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu melemparkan begitu saja di tanah, kemudian dengan satu lompatan ia meluncur kedalam sungai.
Arus sungai itu sangat deras, namun Nero merasakan kekuatan kakinya mendayung sangat ringan, efek latihan di ruang dimensi ternyata berpengaruh baik untuk kemampuan renangnya. Di dalam air ia menyelam menuju gadis itu, kemudian kepalanya menyembul, ia berenang lebih ketengah dan menunggu pada posisi gadis itu akan tiba.
Ketika tubuh gadis itu datang mendekat, Nero meraih tangannya, lalu menatap matanya, "Jangan panik, tenangkan dirimu," ujarnya setengah berteriak.
Gadis itu mengangguk, meskipun ia ketakutan, namun ucapan Nero memaksanya untuk tenang, Nero menarik tubuh gadis itu saat mereka dihanyutkan arus, ia memeluk tubuh gadis itu dari belakang dengan satu tangan, dan mulai mengayuh menuju pinggir sungai. Meski arus kuat menghanyutkannya, namun perlahan mereka mulai bergeser ke pinggir.
Ketika semakin ketepi, akhirnya Nero merasakan kakinya menyentuh dasar sungai, dengan nafas lega ia berdiri dan melepaskan pegangannya dari gadis itu. Karena tubuhnya kurang tinggi kakinya tidak dapat menyentuh dasar sungai, dengan gugup ia kembali memegang Nero dan memeluknya erat-erat.
Nero sedikit gelagapan, ia tidak pernah sebegitu dekat dengan seorang wanita seperti ini, bagaimanapun juga itu menjadikannya canggung dan kikuk.
Berusaha menenangkan diri, Nero perlahan mulai melangkah lebih ke tepi, gadis itu memeluk lehernya dengan raut wajah ketakutan bercampur malu.
Saling bertatapan wajah mereka menjadi memerah, gadis itu sangat cantik, meski tidak secantik Eona, namun setara Rizka, ditatap oleh Nero ia menjadi sangat grogi, apalagi dengan posisi berpelukan, dan dengan orang yang bahkan tidak dikenalnya.
"Sudah, kita sudah sampai," kata-kata Nero mengejutkannya, ia segera menyadari kalau air sungai hanya setinggi perutnya sekarang, dengan sangat malu ia melepaskan pelukannya, kemudian bergegas ke daratan pasir di pinggir sungai, dengan terengah ia terduduk, para gadis lainnya berlarian dari jauh mendekatinya.
"Kamu tidak apa-apa Vika?" tanya temannya berebutan.
"Iya tidak apa-apa," jawabnya sambil mengatur napas.
Nero keluar dari sungai, ia agak gugup menghadapi banyak gadis-gadis cantik di depannya, seorang gadis maju dan mendekati. "Kami berterimakasih atas kebaikan kamu yang menyelamatkan teman kami," gadis itu berkata, seorang gadis lainnya datang memberikan barang barang milik Nero.
"Tidak apa-apa, itu sesuatu yang seharusnya kulakukan," jawab Nero.
Nero menghampiri wanita yang diselamatkannya barusan, "Bagaimana keadaanmu?" ia bertanya.
Gadis itu tersenyum, sangat manis. "Aku baik-baik saja," jawab gadis itu sambil mengulurkan tangannya, Nero menyambut dan menyalami tangan lembut itu.
"Namaku Vika, SMK Taman Sari, terimakasih telah menyelamatkanku," ucapnya mengenalkan diri.
Nero berpikir sejenak, pantas saja mereka semua perempuan, kebalikan dari SMK Armada, SMK Taman Sari hampir sembilan puluh persen muridnya adalah wanita.
"Aku Nero," jawab Nero tanpa menyebutkan sekolahnya, "Oh ya, kalian mau bendera itu? Aku akan mengambilnya," ucap Nero memindahkan topik, ia agak merasa kikuk dengan semua gadis-gadis itu yang terus menatapnya.
Gadis-gadis itu saling pandang, kemudian wanita yang mendatanginya pertama tadi berkata, "Ambil saja untukmu, kami kira kami tidak lagi memerlukannya."
Nero mengernyit, "Kenapa? Aku sudah punya beberapa," Nero membuka kantong benderanya.
"Kami tidak memiliki bendera lagi, satu bendera hijau juga tidak akan cukup," jelas gadis itu.
"Kalian tidak mendapat satu pun?" tanya Nero dengan heran.
"Bendera kami dirampas sebelumnya," gadis itu menjadi muram. Kemudian salah satu lainnya melanjutkan, "Kami dirampok anak-anak armada."
Seperti yang diduga, bathin Nero. Menghela napas ia berkata, " Baiklah, jadi tidak apa-apa kalau itu kuambil?"
"Ya..., ambil saja, kamu sudah menyelamatkan teman kami, itu jauh lebih penting dari sebuah bendera," tegasnya, gadis-gadis yang lain mengangguk mengiyakan.
"Haha... kalau begitu terimakasih," jawab Nero tanpa ragu.
"Kami yang berterima kasih," balas mereka hampir berbarengan.
Dengan gembira Nero berjalan ke pohon itu lagi dan mengambil bendera tersebut, bendera hijau paling bernilai, jadi ia tidak akan menolaknya, apalagi mereka telah memberikannya dengan sukarela.
...
pantesan sepi peminat kalau mau rame peminat mcnya harus pintar,jenius ,hebat ,kuat lugas dan tegas
contohnya seperti dewa bagi yg membutuhkan pertolongan dan kejam seperti iblis bagi musuh