Yunan (Suami Rahasia Bu Guru)

Yunan masuk ke dalam apartemen, dia melihat Dara yang sedang berdiri di depan pintu, seakan sedang menunggu sesuatu.

"Tadi aku melihat kakak kamu datang kesini, apa dia sudah pulang?"

Ternyata Dara sedang menunggu kabar tentang Novan, bukan menunggu Yunan pulang.

"Hm." jawab Yunan dengan nada jutek. Dia segera membuka jaketnya, lalu menyimpannya di kursi sofa.

Yunan duduk di kursi sofa, begitupun Dara.

"Kamu bermain track motor?"

"Ya."

"Aku tau itu hobby kamu, tapi kenapa tidak mengikuti balapan motor secara legal saja, siapa tau kamu akan menjadi pembalap terkenal."

"Papa tidak mengizinkannya."

Yunan pernah mengikuti balapan motor beberapa kali, bahkan pernah menjadi juara nasional, tapi Pak Tomi melarangnya untuk mengikuti balapan motor lagi. Bahkan dengan kekuasaannya, Pak Tomi telah membuat nama Yunan dibanned untuk tidak mengikuti lagi balapan motor. Karena Pak Tomi masih berharap Yunan berubah, dia yang akan menjadi penerus Angkasa Grup.

Dara tidak mengerti mengapa sikap Yunan menjadi jutek kepadanya, padahal dia tidak memiliki kesalahan apapun padanya.

Dara terkejut begitu melihat wajah Yunan yang terluka.

"Wajah kamu terluka, Yunan!"

"Oh gak apa-apa kok, ini hanya..."

Dara tidak mendengarkan perkataan Yunan, dia segera pergi untuk mencari kotak P3K.

Tak berselang lama kemudian, Dara kembali lagi, dia membawa salep luka.

Dara duduk di samping Yunan, dia mengomel. "Kamu pasti berantem lagi kan?"

Yunan enggan menjawab.

"Belajarlah mengatasi masalah itu dengan pikiran yang jernih, jangan selalu menggunakan otot!" Dara mengomel seperti seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya.

Kemudian dia memegang wajah Yunan, mengoleskan salep pada bagian yang lebam di wajahnya.

Jantung Yunan berdetak begitu hebat, karena wajah mereka sangat dekat.

Sementara Dara terlihat tenang, dia masih mengoleskan salep luka pada wajahnya Yunan yang lebam, kemudian dia mengoleskan salep luka di sudut bibir Yunan yang terluka.

Hati Yunan bergetar merasakan tangan Dara menyentuh bibirnya, ada sesuatu yang bergejolak di dalam jiwanya. Dia memandangi kedua bola mata Dara.

Dara menjadi gugup begitu menyadari Yunan sedang memandanginya, tatapannya terasa aneh, tak seperti biasanya. Dara mencoba untuk menjauhkan jaraknya dari Yunan.

"A-aku sudah selesai mengob...!"

Dara tak bisa melanjutkan perkataannya, karena tiba-tiba Yunan menarik tangannya, membuat jarak mereka begitu dekat. Yunan tak bisa menahan dirinya lagi dari pesona guru cantik yang kini menjadi istrinya itu.

Dara terbelalak, tiba-tiba saja Yunan menempelkan bibir mereka. Dara masih mencoba untuk bersikap waras, dia ingin melepaskan diri, namun Yunan memeluk punggungnya, tangan yang satu lagi menekan tengkuknya, sehingga ciuman Yunan terasa lebih dalam.

Jujur saja ini pertama kalinya untuk Dara, sehingga dia nampak kebingungan begitu Yunan tiba-tiba menciumnya. Tapi kenapa ciuman pertamanya harus dengan Yunan? Dara ingin melepaskan diri kembali, tapi Yunan menguncinya tubuhnya.

Begitu Yunan merasakan tidak ada tanda-tanda penolakan dari Dara, dengan perlahan dia memberikan gigitan pada bibir bawah Dara, memancingnya untuk membuka mulutnya. Benar saja, perlahan Dara mulai membuka mulutnya, Yunan meneroboskan lidahnya, menyusuri manisnya bibir Dara.

Yunan mengecap rasa manisnya bibir Dara, dia semakin memperdalam ciumannya. Padahal ini juga ciuman pertama untuknya, namun nalurinya bergerak untuk mencapai apa yang ingin dia rasakan malam ini.

...****************...

Sementara itu, Novan nampak frustasi malam ini, sampai dia mabuk berat di sebuah bar.

Novan tak bisa membayangkan bagaimana Dara dan Yunan tinggal bersama di apartemen, apalagi disana hanya ada satu kamar.

Tapi Novan yakin, Dara tidak akan mencintai Yunan, dia tidak akan mungkin mau disentuh oleh Yunan, laki-laki yang umurnya jauh lebih muda dari Dara.

Dara dan Yunan menikah karena keterpaksaan, bukan karena cinta. Pasti mereka akan berpisah suatu saat nanti.

Satu hal yang paling dia sesali, dia telah menolak cinta Dara, dia terlalu percaya diri akan bisa melupakan wanita itu. Tapi ternyata dia semakin mencintainya dan tersiksa karena Dara terus saja menghindar darinya.

"Dara, aku mencintaimu. Aku akan merebutmu darinya. Kamu hanyalah milikku. Tidak ada yang boleh memiliki kamu selain aku."

Dulu dia menganggap wanita hanyalah tempat pelampiasan naf-su saja, tapi setelah mengenal Dara, cintanya pada Dara membuat dia ingin berubah. Baginya Dara adalah wanita yang sangat spesial.