"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Talk with you
Gavin tak memedulikan apapun lagi. Ia tak gentar sedikitpun, walau ia tahu apa yang sudah direncakan kedua orang tuanya. Gavin baru sadar, kenapa selama ini ia tak pernah merasakan cinta dan jatuh cinta pada seseorang. Ternyata ... hati Gavin tertinggal di tubuh Ellea, pada saat mereka tak sengaja bertemu.
Ditambah lagi, kehadiran sosok Daniel ... yang tentu saja membuat hidup Gavin 100% berubah. Gavin yang awalnya tak peduli dengan Daniel, ketika melihat sosok Ibu Daniel adalah Ellea ... tentu saja Gavin tak bisa tinggal diam. Karena Gavin yakin, sosok Daniel persis cerminan dirinya.
Sesuai kesepakatan, Daniel membawa Ellea menuju apartemennya. Apartemen yang hanya berjarak sepuluh menit dari bandara kota R. Tujuan mereka sangatlah bertentangan, Gavin ingin ... Ellea dan Daniel tetap berada di sampingnya. Gavin akan meyakinkan Ellea, dan melakukan semua cara terbaik untuk membuat Daniel menjadi sah di mata hukum sebagai anaknya.
Keinginan Ellea berbeda, Ellea ingin Gavin tetap hidup bahagia tanpa merisaukan dirinya dan Daniel. Ellea tahu, Gavin telah memiliki kekasih. Ellea tak ingin kekasih Gavin kecewa, jika mengetahui Gavin telah memiliki seorang anak. Ellea tak ingin menghancurkan masa depan berharga milik Gavin. Mengetahui bahwa Gavin telah mempunyai seorang anak, tentu saja hal itu akan membuat namanya hancur.
Sesampainya di apartemen, ternyata Daniel sudah terlelap di sisi Ellea. Gavin melihat ke belakang, betapa nyenyaknya Daniel dan sepertinya tak mungkin untuk dibangunkan. Pantas saja Daniel secepat itu terlelap, karena ia pasti kelelahan, tak ada waktu istirahat baginya. Ellea terlalu memaksakan kehendaknya, hingga melupakan Daniel, yang sangat lelah dan membutuhkan istirahat.
"Maafkan aku, dia tertidur rupanya," kata Ellea.
"Tak apa. Dia pasti kelelahan, kau terlalu memaksakan semua. Padahal anakku ingin beristirahat. Biar aku yang menggendongnya ke atas." Gavin keluar dari mobilnya, dan membuka pintu mobil Ellea.
Hati Ellea merasa tak nyaman. Debaran jantungnya membuat ia gugup. Apalagi, ketika wajah Gavin mendekati wajahnya, dan dengan sigap, Gavin mengambil Daniel yang terlelap dipangkuan Ellea. Ellea bisa merasakan hembusan napas Gavin yang hangat. Hembusan napas itu, sama seperti dulu ... saat mereka melakukannya.
Aaargghhh, astaga. Kenapa aku harus selalu mengingat kejadian itu!? Gerutu Ellea dalam hati.
Gavin keluar dari mobil sambil menggendong Daniel. Gavin teringat pada koper Ellea, Gavin pun kembali berbalik dan berbicara pada Ellea.
"Ah, iya ... kopermu. Sekretarisku ada urusan mendadak di kantor. Dia tak bisa membantuku. Untuk kopermu, biar nanti aku kembali lagi ke sini. Kita ke atas sekarang, Ellea." Ajak Gavin.
"Serahkan kuncimu, aku bisa membawa dua koper itu. Aku bukan wanita lemah," Ellea mendelik kearah Gavin.
Gavin mengangguk, "Anakku pasti bangga mempunyai Ibu sepertimu!"
Tatapan Ellea sungguh menakutkan. Gavin selalu saja membuatnya kesal. Pria itu berjalan terus sambil menciumi kening anaknya. Daniel tak merasakan apapun, saking lelahnya, ia tetap terlelap ... walau janggut-janggut tipis Gavin menyentuh pipinya.
Sesampainya di dalam apartemen, Gavin menidurkan Daniel dengan nyaman. Gavin membuka sepatu Daniel, lalu menyelimutinya agar tidur Daniel nyenyak. Ia lekas membantu Ellea yang sedang kesulitan membawa dua koper. Walau Gavin seorang CEO yang kaya raya, tapi ia tak mungkin membiarkan seorang wanita kesulitan membawa koper berat tersebut.
Ada petugas apartemen yang bisa dimintai perintah untuk membawa koper, tapi Gavin sengaja ... ingin melihat ekspresi Ellea yang kesulitan. Agar Ellea merasakan apa yang tadi dirinya rasakan. Setelah masuk, Ellea duduk di sofa, lalu Gavin mengambilkan minuman dingin untuk Ellea, dan menyodorkannya di meja.
"Minumlah, kau pasti lelah membawa koper berisi batu itu!" Sindir Gavin.
"Kau! Keterlaluan!" Pekik Ellea.
Gavin hanya menertawai Ellea. Ia menatap Ellea dalam-dalam. Jika diperhatikan, Ellea memang sangat cantik dan menawan. Bibir manisnya, senyumnya, dan postur tubuhnya, jika Ellea dipoles, tentu saja Ellea akan sangat cantik dan menawan.
"Sudah?" tanya Gavin.
Ellea mengangguk,
"Bolehkah aku berbicara sekarang?"
"Katakan secepatnya, apa yang ingin kau katakan." Ellea menyimpan gelas di meja, dengan sedikit keras.
Gavin melihat Ellea dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagi Gavin, cinta itu rasanya sudah mati. Ia tak pernah bisa merasakan lagi apa itu cinta. Dirinya pernah disakiti oleh seorang wanita, hingga Ellea yang jadi sasarannya. Pada Ellea, apakah Gavin jatuh cinta? Tidak! Gavin tak mencintai Ellea. Gavin hanya melampiaskan emosinya dengan Ellea, dengan berperilaku bodoh meniduri wanita yang tengah kebingungan mencari jalan keluar.
"Aku menginginkan Daniel, kumohon jangan menjauhkannya dariku." Pinta Gavin tanpa basa-basi.
"Sudah kuduga. Tapi maaf, Daniel adalah milikku. Kau tak berhak sedikitpun atas dirinya. Kami sudah bahagia, tak bisakah kau membiarkan kami?" tanya Ellea.
"Daniel akan lebih bahagia bersamaku, Ellea! Dengarkan aku, Daniel belum tahu kalau aku Daddy-nya, bukan? Aku ingin Daniel tahu, kalau akulah Daddy-nya. Aku lah yang dia cari selama ini. Akulah yang diinginkannya. Akulah orang yang selalu ada dalam setiap goresan tintanya. Akulah orang itu, Ellea. Kenapa kau tak bisa mendengarkan isi hatiku? Aku ingin Daniel, Ellea ... dia darah dagingku. Aku sangat membutuhkan dia untuk ada disisiku!" Ucapan Gavin sangat mengena di hati Ellea.
Ellea menghela napas panjang, "Apa kau bisa, tak menyebut nama Daniel? Tuan Gavin, ingatlah ... siapa dirimu, dan siapa diriku. Bukankah kau tengah memiliki kekasih? Bukankah kau akan segera menikah? Bagaimana kalau calon istrimu tahu, jika kau telah memiliki seorang anak! Tak perlu memedulikan Daniel, karena aku mampu membahagiakannya dengan kedua tanganku." Tegas Ellea.
"Aku menolak perjodohan itu dari awal! Sejak kita belum bertemu lagi, aku tak pernah menerima dia sebagai wanitaku. Agar calon istriku tak sakit hati jika aku memiliki seorang anak ... maka dari itu, calon istriku yang sesungguhnya adalah ... kau, ELLEA!" ucap Gavin dengan sungguh-sungguh.
"Kau gila! Impossible!" Ellea kaget, sangat kaget.
"Kumohon, tutup mulutmu dan jangan katakan apapun pada Daniel. Biarkan dia dengan imajinasinya akan seorang Ayah. Karena aku tak yakin, ia akan memiliki Daddy sepenuhnya." Ujar Ellea.
"Aku tahu, ini membingungkan bagimu. Tapi, aku tak mau bertele-tele. Aku akan menikahimu saja, itu lebih baik karena kau adalah Ibu dari anakku! Jika aku menikah dengan wanita lain, bagaimana perasaan anakku? Memang, kuakui saat ini aku belum mencintaimu. Tapi, kau bisa memegang semua ucapanku. Aku akan belajar, untuk mencintai Ibu yang telah melahirkan anakku." Gavin mendekati Ellea.
Ellea menggeleng, ia tak mungkin menerima semua ini. Ia sudah tahu konsekuensinya jika Gavin terus memaksa dan memaksa. Ellea harus tahan banting, ia tak boleh dengan mudahnya menerima semua rayuan dan buaian Gavin. Semua hanya omong kosong, karena Gavin menginginkan Daniel sebagai penerus perusahaan. Ellea tak boleh memercayai satu pun kata-kata yang keluar dari mulut Gavin.
"Maaf, aku tak bisa. Bagiku, menikah adalah perasaan cinta yang mutlak hadir diantara kedua insan. Jika semua itu terjadi karena sebuah keterpaksaan, maaf aku tak bisa melakukannya. Kau terlalu gegabah, kau terlalu berambisi. Pikirkanlah semua konsekuensi apa yang akan terjadi jika kau memaksakan semua ini. Aku tak bisa menerima semua ucapanmu. Justru aku akan mengatakan, jika aku ingin kau menjauh dariku. Aku ingin kau menjalani hidupmu sendiri. Hiduplah seperti saat kau dan aku belum pernah bertemu. Tak usah memikirkan nasib anakmu, karena itu sama sekali bukan tanggung jawabmu. Untuk menikah? Aku tak akan pernah menikah, hidupku hanya untuk anakku, dan aku tak membutuhkan laki-laki untuk aku cintai! Cintaku hanya untuk Daniel, sepenuhnya! Hatiku sudah mati untuk laki-laki manapun! Kau tak bisa memaksaku." Tegas Ellea.
"Benarkah jika kau tak membutuhkan laki-laki? Bagaimana jika aku membantumu menghidupkan lagi cinta itu? Bagaimana jika nanti kau jatuh cinta padaku?" tanya Gavin.
"Tak mungkin! Aku tak mungkin jatuh cinta padamu!" Ellea menggeleng.
Gavin mendekatkan diri pada Ellea, ia membuat Ellea merasa tak nyaman. Kini, Gavin berada sangat-sangat dekat dengan Ellea. Wajah Gavin, mendekati wajah Ellea, dan itu membuat tubuh Ellea merespon. Perasaan aneh yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Jantungnya memacu sangat cepat, refleks karena Gavin yang terus mendekati Ellea.
"Bagaimana dengan ini? Apa jantungmu berdebar sangat cepat? Jika iya, kemungkinan besar kau akan tertarik padaku!" tantang Gavin.
"Aaarrgghhh, pergi! Selain arogan, kau juga pria mesum!" Ella mendorong tubuh Gavin.
"Mesum dengan wanita yang pernah aku tiduri, apa itu salah?" Gavin membisikkan sesuatu di telinga Ellea.
"Ucapanmu tak ada yang berguna. Aku tak akan mendengarkan semua keinginanmu lagi, Tuan Gavin Alexander! Setelah ini, kuharap kau tak akan menggangguku lagi," Ellea menjauh dari Gavin.
Tak apa, Ellea. Seperti ini saja ... aku merasa bahagia. Semua berkat Daniel, aku akan mencoba juga dekat denganmu. Untuk keluargaku, aku akan mengatasinya nanti. Yang terpenting, anakku dan Ibunya, ada dalam genggamanku dan tak akan aku lepaskan. Batin Gavin yang melihat Ellea meninggalkannya.
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶