zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.
Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.
Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Albian seolah kehilangan kontrol akan dirinya. Pemuda itu tak peduli lagi meski vino tahu perihal pernikahannya dengan ziara. Yang jelas ia sangat terganggu melihat rivalnya itu terus mencari kesempatan untuk dekat dengan istrinya.
“Kalo lo emang gak lagi bohong, kasih tau gue siapa orang yang udah nikah sama zia?” tanya vino dengan rahang mengeras. Tatapannya tajam seolah ingin memangsa musuhnya saat ini juga.
Albian tersenyum miring. “Kalo orang itu gue, terus kenapa? Lo masih akan deketin ziara lagi? Jauhin dia kalo lo gak mau disebut pebinor,” jawab albian melemparkan tatapan tak kalah tajamnya.
Ziara meremas ujung pakaiannya dengan jantung yang berdetak cepat. Melihat dua pemuda di depannya yang sudah sama-sama dikuasai amarah, ia pun memilih menghampiri mereka.
“Udah dong. Jangan dilanjutin lagi ributnya. Sebentar lagi Dira turun. Gak baik kalo dia liat kalian berdua ribut kayak gini,” ucap ziara mencoba melerai mereka.
Kedua seolah menulikan pendengaran. Ucapan ziara barusan sama sekali tidak dihiraukan. Baik albian maupun vino tetap berada di tempatnya semula dan saling melempar tatapan mematikan.
Sudut bibir vino terangkat ke atas. Ia tersenyum mengejek albian yang mengaku menikah dengan ziara. "Lo? Lo nikah sama ziara? Ngarang apa ngayal lo, bian? Hahaha...." Tawa vino menguar memenuhi ruangan.
"Jangan terlalu berharap deh lo. Mana mau ziara sama cowok brengsek kayak lo? Cowok yang suka balapan dan perokok kayak lo bukan tipenya ziara. Jadi, kalo khayal jangan ketinggian. Nanti kalo jatuh makin sakit," lanjutnya masih dengan tawa yang menggelegar.
Merasa diremehkan oleh rivalnya, albian semakin tersulut emosinya. Ia cengkeram kerah kemeja vino dan menariknya kasar. "Lo punya kaca kan di rumah? Di kamar lo pasti juga ada kacanya kan? Lo nyadar gak ngomong kayak gitu? Dipikir lo ini cowok baik-baik apa? Lo lebih brengsek dari pada gue, vin!" ucap Albian setengah berteriak.
Ziara panik melihat albian yang semakin erat mencengkram kerah kemeja vino. Gadis itu takut mereka berdua berakhir dengan perkelahian. Terpaksa ia memilih menarik lengan albian dan menjauhkannya dari vino. Selain ia sudah halal bersentuhan dengan albian, ziara juga lebih memilih menyelamatkan suaminya dari masalah besar meski hubungan dengan albian tak seperti pasangan pada umumnya.
"Udah, biann. Tolong hentikan! Aku takut," ucap ziara lirih dengan tangan yang gemetaran.
Albian merasakan tangan ziara yang melingkar di lengannya gemetaran. Pemuda itu menoleh ke samping, melihat istrinya yang nampak ketakutan. Sebisa mungkin ia redam amarahnya yang sempat meledak, lalu mengusap lembut kepala ziara untuk menenangkannya.
"Gue gak akan berantem sama vino. Lo gak usah takut," ucap albian lembut.
Pemandangan itu tak luput dari perhatian vino yang terus menatap albian emosi. Kedua tangan vino terkepal kuat dan siap dilayangkan ke arah rivalnya itu.
"Gak mungkin kalo ziara beneran nikah sama albian." Vino menggeleng kuat, mencoba menolak kenyataan yang terlihat jelas di hadapannya. "Tapi, ziara gak akan mau disentuh sama cowok kayak gitu. Dia selalu bilang sama gue kalo kami bukan mahram yang bisa leluasa bersentuhan."
Vino tak tahan lagi melihat albian yang begitu dekat dengan ziara. Seketika darahnya mendidih dan naik ke ubun-ubun. Pemuda itu mendekat ke arah albian dengan langkah lebar sambil mengepalkan kedua tangan kuat. Dan begitu ia hendak melayangkan pukulan, suara derap langkah kaki terdengar semakin mendekat.
"Kak zia...," teriak Dara dengan senyuman cerah. Gadis itu berlari kecil menghampiri ziara dan memeluknya erat.
"Dira kangen banget sama Kak zia."
Ziarq membelai lembut puncak kepala Dara. "Kakak juga kangen sama kamu, Dira," balasnya.
Melihat kedatangan DIra, vino menurunkan tangan kanannya yang hampir dihantamkan ke wajah albian. Perlahan ia mundur ke belakang, menjauh dari albian yang tersenyum angkuh padanya.
"Kak zia datang sama siapa? Bukan pacar kan?" tanya Dira sambil senyum-senyum melihat albian.
"Ehmm... Bukan. Mana mungkin Kak zia pacaran. Dia ini-"
"Wah... Bagus dong kalo bukan pacarnya Kak zia. Itu artinya Kakak ini cuma temannya Kak zia aja kan? Berarti Dira bisa dong daftar dulu," potong gadis dengan kuncir kuda itu sambil cengengesan.
Mendengar ucapan Dira barusan membuat vino mendekat dengan dahi mengerut heran. "Maksud kamu daftar apaan, Dira?" tanyanya penasaran.
Dara menatap genit albian sambil memainkan tangannya. "Daftar jadi calon istrinya Kakak itu," jawabnya sambil menunjuk albian tanpa ragu. "Habis ganteng banget sih kayak idolanya Dira, Jay Enhypen."
Bukan cuma vino yang terkejut mendengarnya, bahkan albian dan ziara dibuat keheranan mendengar ucapan Dara barusan.
Disaat Kakaknya begitu membenci albian, sang adik justru ingin jadi calon istri pemuda tampan itu.
"Kakak ini ganteng banget. Bukan Cuma ganteng, tapi cool terus juga maco abis deh," lanjut Dira yang tak hentinya memandangi albian.
"Gak bisa! Kamu masih kecil. Jangan aneh-aneh deh kalo ngomong, Dir. Kamu fokus sekolah dulu yang bener sana. Masih kecil udah mikirin nikah-nikahan," sungut vino kesal. Diliriknya albian yang tengah tertawa penuh kemenangan.
"Iih... Kakak! Apa sih?! Namanya juga cita-cita. Apa salahnya punya cita-cita nikah sama Kakak ganteng ini? Kakak mending diem aja deh. Bilang aja kalo Kakak iri karena wajahnya pas-pasan," balas Dira menunjukkan bibir monyongnya.
Pemuda yang berstatus suaminya ziara itu menyugar rambutnya ke belakang membuat Dara berteriak heboh melihatnya. Ia sengaja agar terlihat makin mempesona, mengalahkan wajah vino yang kata Dara cuma pas-pasan.
Kesal dengan sikap albian yang makin mencari perhatian, vino bergegas mendekatinya. Lalu memberikan cubitan kecil di bagian pinggang.
"Jangan kebanyakan gaya lo! Pulang sana lo sekarang! Bisa-bisa adik gue gak belajar kalo lo masih di sini," bisiknya.
Albian terkekeh pelan. "Gawat juga ya adik lo, vin. Masih kecil udah kepikiran nikah. Mana dia tau aja sama cowok ganteng kayak gue," ucapnya. "Lo sekarang sadar kan kalo muka lo pas-pasan? Masa sih enggak?"
"Sialan!" umpat vino makin kesal tapi ditahan karena ada Dira di sana.
Ziara geleng-geleng kepala melihat tingkah adik perempuan vino yang begitu kecentilan pada albian. Bukannya cemburu, tapi ziara malah tertawa pelan. Bahkan Dara ingin belajar ditemani albian juga.
"Dira janji akan belajar lebih tekun dari biasanya kalau Kakak ganteng nemenin Dira belajar," ucap Dira memberi penawaran yang pastinya akan ditentang oleh vino.
"Enggak! Kamu bukannya belajar, tapi malah ngeliatin albian terus ntar," tolak vino mentah-mentah.
Bibir Dara mengerucut kesal. "Ya udah kalo gitu Dira gak mau belajar."
Albian tersenyum puas mendengarnya. Berkat Dira ia bisa tetap tinggal di sana tanpa perlu bingung mencari alasan.
"Udah lah. Turutin aja adik lo. Dari pada gak mau belajar. Gue gak masalah kok kalo cuma disuruh nemenin dia belajar. Sampe malam pun gue jabanin deh," sahut albian kegirangan.
Vino menghela napas panjang. "Ya udah. Oke kalo emang Dara mau kayak gitu. Awas aja ya kalo sampe gak tekun belajarnya."
"Siap, Kak!" ucap Dira senang.