NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Menjelang sore hari mereka bertiga duduk di sebuah bongkahan batu besar yang cukup rata, Nadia dan Susan mengeluarkan makanan yang dibawanya.

Nero mengawasi sekeliling, mengamati sekiranya ada bendera di sekitar mereka. Setelah beberapa lama ia menyerah, kemudian duduk di samping Nadia dan Susan.

Nero mengambil sebuah kue dan melemparkan ke mulutnya, ia melirik Susan yang sepanjang perjalanan lebih banyak diam. Gadis itu begitu pemalu, pikirnya.

Nadia yang mengamati Nero seolah mengerti apa yang dipikirkannya, ia menyodorkan kotak kue kepada Nero, namun tangannya membeku, sayup-sayup terdengar suara teriakan.

Teriakan itu terdengar tidak jauh dari mereka. Nero berdiri dan melihat ke sekeliling, namun pandangannya terhalang bukit kecil di depannya.

Rosa dan empat orang temannya terlihat sedang beradu argumen dengan empat anak laki-laki berambut cepak. Remy terduduk di tanah, terlihat kesakitan sepertinya baru saja dipukuli.

"Kalian keterlaluan!" teriak Rosa, ia jongkok dan memegang pundak Remy.

"Kami hanya meminta sesuatu yang cukup mudah, seharusnya kalian tidak perlu bertele-tele," ucap salah seorang dari rombongan berambut cepak itu. "Serahkan semua bendera kalian, kami tidak akan mengganggu lagi ."

"Mana mungkin, ini hasil kerja keras kami seharian. Kami akan melaporkan kalian!" pekik Rosa, wajahnya terlihat sangat marah.

"Oh ya? Melaporkan? Kami akan mencari siapa saja yang melaporkan, dan terima saja akibatnya jika kalian berani!" ancam anak itu.

Rosa menjadi pucat, jika anak-anak bengal itu benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, maka mereka tidak akan aman.

Tiba-tiba dari atas bukit di samping mereka keluar tiga orang anak lainnya, Melihat siapa yang datang, tim siswa SMK Armada terlihat senang, hanya satu anak laki-laki dan dua perempuan yang datang.

"Kebetulan sekali, kesini kalian!" teriak anak itu.

Nero mengabaikan, ia terus berjalan mendekati Rosa diikuti Nadia dan Susan.

"Nadia! Cepat pergi!" teriak Rosa, ia khawatir Nadia akan dirampok anak anak bengal itu juga.

Namun tim berambut cepak itu telah waspada, mereka tidak ingin kehilangan jarahan. Dua orang di antara mereka mendekati Nero dan Nadia.

"Apa yang terjadi?" tanya Nadia setelah agak dekat, ia bertanya kepada Rosa.

"Mereka merampok kami," teriak Rosa.

Nadia mengernyit, apakah semua anak anak armada bersekongkol untuk mengambil bendera-bendera tim lawan?, ia hanya geleng-geleng kepala.

"Kalian juga, serahkan semua bendera kalian dan kami akan membiarkan kalian pergi," kata ketua kelompok bengal tersebut.

Nero memandangi empat anak tim armada, kemudian melirik tim Rosa, ada tiga anak laki-laki, dan satunya terduduk kesakitan.

Nero mengambil bungkusan yang berisi bendera mereka di tangan Susan, kemudian menghitungnya, lalu ia memandang ketua kelompok tersebut.

"Kalian akan membiarkan kami pergi jika kami memberikannya?" tanya Nero.

"Tentu saja, kami tidak butuh hal lainnya," ketua kelompok itu menoleh ke teman-temannya yang tertawa riuh.

"Baiklah," ucap Nero tenang, lalu melemparkan bungkusan itu ke depannya, salah seorang anggota berambut cepak itu mengambilnya, ia terkejut ketika melihat isinya.

"Wow banyak sekali," ia membawa kepada kelompoknya yang juga berseru kegirangan.

Wajah Nadia berubah, ia tidak menyangka Nero akan jadi begitu mudah. Setidaknya dalam pikirannya Nero akan menantang mereka satu lawan satu dengan taruhan bendera, siapa sangka dia akan menyerah begitu saja.

Rosa dan Remy tercengang melihat itu, bukankah tindakan itu terlalu pengecut? Bahkan Remy membiarkan dirinya di pukuli untuk mempertahankan bendera mereka. Penilaian mereka menjadi semakin jatuh terhadap Nero.

Meski sejujurnya tidak ada jalan lain kecuali mereka berkelahi, tetapi apakah mereka punya nyali? Tentu tidak, anak-anak SMK Armada terkenal brutal dan suka main kasar.

Meskipun menyerahkan bendera adalah

satu-satunya pilihan, namun saat ini mereka menjadikan Nero sebagai sasaran kebencian mereka.

"Kalian juga serahkan!," perintah ketua kelompok itu kepada tim Rosa.

Rosa mengambil kantong yang berisi bendera kemudian melemparkannya kepada tim armada, sekilas ia melirik Nero dengan wajah tidak senang.

Tim berambut cepak itu mengambil bungkusan itu, menghitungnya dan mereka tertawa lalu berjalan pergi.

Setelah agak jauh Remy berdiri kemudian berkata, "Seharusnya kita tidak memberikannya dengan mudah," sesalnya sambil melirik Nero, wajahnya penuh ketidakpuasan.

Nero hanya diam, mengamati kemana tim berambut cepak itu pergi.

"Sudahlah, bagaimanapun mereka telah mengambilnya," kata Rosa, kemudian ia memberi isyarat kepada timnya untuk pergi.

Nadia juga agak merasa bersalah, ia tidak mengerti apa yang dilakukan Nero, ia tidak tahu harus berkata apa.

"Nadia, kamu mau ikut dengan kami," ajak Rosa, namun ia melirik punggung Nero dengan wajah tidak senang. Nadia mengerti, Rosa mengajaknya, tapi tidak dengan Nero.

"Pergilah dengan mereka Nadia, ajak Susan" tiba-tiba Nero berkata tanpa membalikkan tubuhnya.

Nadia terkejut, kemudian ia menghampiri Nero, ia mengira Nero kesal dengan tatapan Rosa dan timnya yang seperti menyalahkannya, namun Nero membisikan sesuatu yang membuat Nadia pucat.

"Kamu yakin?" bisiknya cemas.

Nero mengedipkan matanya sambil tersenyum, Nadia memandangnya dengan berbagai macam pikiran. Akhirnya ia menghela napas, "Sudahlah, terserah kamu, tapi hati-hati," ucapnya menyerah.

Nadia berjalan menuju tim Rosa yang menunggunya, Susan mengikuti, dan kelompok itu melangkah pergi, Nero tetap berdiri di tempatnya, sesekali Nadia melihat kebelakang.

"Aku tidak senang dengan cara temanmu, Nadia," ujar Remy, "Ia hanya memberikan begitu saja bendera-bendera itu."

Teman-teman yang lainnya mengangguk setuju, namun Rosa mengabaikan, ia tidak ingin menyinggung Nadia lebih lanjut.

Nadia hanya diam, ia menengok ke belakang, namun tidak lagi melihat Nero di tempatnya tadi berdiri. Nadia mulai mempercayai Nero, meskipun hatinya khawatir, namun hanya sedikit, seperti yang pernah diucapkan Nero, ia tidak bodoh dengan rencananya.

Melihat Nadia hanya diam, Remy juga tidak melanjutkan, suasana menjadi canggung saat kelompok itu berjalan.

Nero melompat dari dahan ke dahan kayu, beberapa lama kemudian ia melihat kelompok berambut cepak itu, masih tertawa senang dengan rampasan mereka.

Dengan ringan Nero berjumpalitan lalu mendarat di belakang anak-anak itu,

"Hei, kalian. Aku berubah pikiran!" teriaknya dengan keras.

Serempak keempat anak laki-laki itu menoleh kebelakang. Mereka heran, sejak kapan bocah ini mengikuti dan tiba-tiba telah di belakang mereka?, mereka mengamati sekitar, namun kelihatannya bocah ini sendirian.

"Apa maksudmu?" tanya ketua kelompok, ia jelas tidak mengerti.

"Aku mau mengambil kembali barang-barang kami," ucap Nero santai.

Sejenak mereka semua tertegun, saling pandang lalu tertawa terpingkal-pingkal.

"Kamu?" ucap ketua kelompok itu, namun ia tak bisa menahan diri dan tertawa lagi, "Ambilah kalau kau bisa," ujarnya santai, ia bahkan mengambil tiga kantong bendera dari temannya, dan melemparkannya ke depan Nero. Ia yakin sekali anak iyu tidak akan punya nyali.

Nero yang melihatnya jadi tersenyum, ini akan menjadi jauh lebih mudah, pikirnya.

Dengan santai ia berjalan kedepan, membungkuk dan mengambil tiga kantong itu, namun tiba-tiba ketua itu merangsek ke depan dan melayangkan sebuah tendangan, tendangan itu tepat mengarah ke kepala Nero yang sedang berjongkok. Nero menyeringai, meraih ketiga kantong itu ia berguling kesamping, tendangan itu lewat di atasnya.

"Hah! Boleh juga kau," wajah penyerangnya merah padam, namun ketika ia hendak menyerang lagi, Nero berbalik dan lari dengan cepat.

Semua anggota kelompok itu terkejut melihat bocah itu kabur. Mereka tidak menyangka anak itu akan kabur begitu saja, bahkan jika ia pandai berlari, mereka lebih banyak dan akan segera menangkapnya dengan mudah, itu yang ada dalam pikiran mereka.

"Kejar!" perintah ketua kelompok itu mengagetkan anak-anak lainnya yang terpana.

Kejar-kejaran pun terjadi, seorang anak laki-laki dikejar sekelompok anak laki-laki lainnya di dalam hutan.

Nero sengaja memilih jalan yang berlainan arah dengan Nadia, supaya jarak antara Nadia dan anak-anak bengal itu menjauh, ia memegang tiga buah kantong ditangannya, satu lagi milik kelompok armada.

Dengan sengaja Nero tidak berlari dengan sekuat tenaga, ia mengatur jarak sehingga pengejar akan terus melihat dan mengejarnya.

"Cepat sekali lari anak itu!" ketua mereka menggerutu, ia tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini, sedikit menyesali tindakannya yang terlalu percaya diri barusan.

Setelah beberapa saling kejar, Nero memperkirakan jarak mereka dengan Nadia cukup jauh, ia mempercepat larinya hingga menghilang dari pandangan para pengejarnya, Nero mengamati sekeliling mencari tempat untuk sembunyi.

Keempat anak itu terus berlari mengejar, Nero memperhatikan mereka dari atas sebuah pohon, ia menyembunyikan dirinya di balik daun yang rimbun.

Dalam hati ia tertawa geli, ini menyenangkan, pikirnya.

Setelah kelompok itu hilang dari pandangannya, Nero berbalik arah dan melompat dari dahan ke dahan, menuju ke arah Nadia dan yang lainnya pergi.

...

1
Rahmat Anjaii
mantap thoorr, semangat trus, jangan dngarkan ocehan orang bodoh.
Farit Pratama
novel sampah ceritanya terlalu ber tele2 mcnya naif dan bodoh harusnya mcnya pintar dan jenius
pantesan sepi peminat kalau mau rame peminat mcnya harus pintar,jenius ,hebat ,kuat lugas dan tegas
contohnya seperti dewa bagi yg membutuhkan pertolongan dan kejam seperti iblis bagi musuh
Jimbo Gemok
lanjut /Smirk/
Rahmat Anjaii
lnjut kak
IRWAN PNOT
lanjut
IRWAN PNOT
bagus
Rahmat Anjaii
bikin yg kultivator moder kak
dear: sebenarnya novel ini Kultivator modern, tunggu aja cerita selanjutnya
total 1 replies
dear
guys mau lanjut apa mau novel yang baru aja?
Abdur Rahman: lanjut dunk...
Rahmat Anjaii: lnjut.
total 2 replies
Rahmat Anjaii
sangat menarik
Rahmat Anjaii
tmbh seru thhooorr, tmbah lgi dong
Rahmat Anjaii
lnjut thooorr
Rahmat Anjaii
mantap thooorr gas trus...
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!