Married With Mr. Arrogant

Jangan Lupa Like And Koment ya.

🌹SELAMAT MEMBACA🌹

Polisi yang mendengar ada kecelakaan memang langsung mendatangi lokasi kejadian. Mereka terus mencari di bawah jurang dan mencari apa saja yang mereka temukan di bawah.

Sedangkan kedua korban kecelakaan yang hangus terbakar sudah di bawah ke Rumah Sakit untuk di periksa. Polisi menemukan identitas Rian yang tak jauh dari mobilnya. Mereka juga menemukan sebuah kalung liontin cincin milik Rian di dekat si bos penculiknya yang sudah terbakar hangus.

Ya....si bos penculik itu memang sempat menarik kalung di leher Rian ketika mobil mereka terjatuh ke jurang hingga membuat kalung Rian ada di dekat si penculiknya itu.

Dengan barang – barang yang polisi dapatkan itu membuat mereka cepat mengetahui tentang identitas kedua korban berdasarkan bukti yang mereka dapatkan di lokasi kejadian, apalagi Jhon memakai cincin di tangannya yang bisa membuktikan identitasnya sedangkan Rian tidak memakai apa – apa kecuali identitas dan kalung liontin cincin di dekat si bos penculik tadi.

Kondisinya memang sangat sulit di kenali akibat hangus terbakar. Orang tua Rian yang di hadirkan  juga mengatakan kalau Rian sama sekali tak pernah memakai cincin di tangannya.

Cincin tunangannya ia jadikan kalung liontin dan selalu ia pakai di lehernya. Di tambah serpihan mobil Rian yang mereka temukan. Kedua orang tua Rian sama sekali tak curiga dengan kecelakaan anaknya karena lokasi kejadian kecelakaan anaknya itu terjadi di jalan yang mereka lewati ke lokasi Gedung Pernikahannya.

Sedangkan Pak Osmar yang baru sampai di lokasi kejadian langsung menghentikan mobilnya jauh dari lokasi kejadiannya. Ia duduk di dalam mobilnya sambil melihat beberapa polisi yang masih melakukan pencarian serpihan – serpihan mobil Rian.

Pak Osmar kemudian menghubungi salah satu bawahan bos penculik yang ia suruh untuk menculik Rian.

Suara Telfon.

“Halo Tuan Osmar.”

“Dimana bosmu?”

“Tuan, bos saya tadi mengendarai mobil membawa kedua orang yang kami culik. Dan saya sudah menghubungi nomor bos saya, tapi tidak bisa tersambung. Bos berencana mendorong mobil kedua pria itu ke dalam jurang.”

“Jadi maksudmu....Bosmu itu tiba – tiba saja menghilang tanpa jejak.”

“Iya tuan.”

Pak Osmar langsung menutup telfonnya saat ia mendengar hal itu.

Ia berpikir di sana, memikirkan tentang yang di katakan bawahannya tadi.

Ia kemudian mengubungi seseorang yang sudah ia suruh tadi untuk mencari informasi tentang kecelakaan mobil Rian. Pak Osmar memang menyuruh seseorang untuk mencari informasi tentang kecelakaan mobil yang terjadi ketika ia di perjalanan ke lokasi kejadian.

Suara Telfon.

“Bagaimana dengan penyelidikanmu?”

“Saya tidak dapat banyak informasi, tuan. Saya hanya dapat informasi kalau yang meninggal itu bernama Rian Ardiansyah dan temannya bernama Jhon.”

“Baiklah. Kamu sudah bekerja keras.”

“Terima kasih tuan.”

Telfonnya pun di tutup.

Ia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi pengemudi sambil memejamkan matanya.

“Kalau si penculik bodoh itu masih hidup pasti dia sudah menghubungiku untuk memberitahu tentang rencana pembunuhannya yang berhasil. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar darinya. Apa mungkin yang meninggal itu bukan Rian melainkan si penculik bodoh itu dan teman Rian yang bernama Jhon. Kalau begitu, dimana Rian sekarang?” Gumamnya yang merasakan ada keanehan yang terjadi dengan kecelakaan mobil Rian.

Ya.....Pak Osmar memang masih ragu dengan kematian Rian. Meskipun ia sudah di beritahu kalau yang meninggal itu adalah Rian dan Jhon temannya tapi perasaannya tetap yakin kalau Rian masih hidup.

Pak Osmar yang masih bersandar di kursi mobilnya kemudian melajukan mobilnya menuju perusahaan Reqy. Ia ingin mengabarkan tentang kejadian yang terjadi pada Tuan Mudanya.

Selama satu jam perjalanan, Pak Osmar sampai di Gedung Perusahaan yang menjulang tinggi itu.

Ia berjalan masuk ke dalam perusahaan Reqy untuk melaporkan masalah Rian. Ia menaiki lift menuju lantai 20 perusahaan Abraham. Ia keluar dan berjalan menuju ruangan Reqy. Pintu ruangan Reqy secara otomatis terbuka ketika Pak Osmar berdiri di depannya. Ia masuk ke dalam dan melihat Reqy sedang sibuk dengan dokumen yang ia periksa.

Ia langsung berdiri di depan Reqy.

“Tuan Muda. Saya datang melaporkan sesuatu pada Anda.” Ucap Pak Osmar dengan wajahnya yang terlihat serius.

Reqy menghentikan kesibukannya dan melihat ke arah Pak Osmar.

“Masalah apa?” Tanya Reqy dengan datar.

“Mobil Rian kecelakaan dan jatuh ke jurang Tuan Muda.”

“Apa?” Dengan suara keras dan ekspresi terkejut. “Bagaimana ini bisa terjadi. Bukannya mereka berdua masih terkurung di sana?”

“Mereka berdua berusaha kabur, Tuan Muda. Dari kabar yang saya dengar kalau mobilnya hangus terbakar dan kondisi kedua korban tidak bisa di kenali.”

Reqy langsung menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya itu sambil memejamkan matanya. Ia hanya diam tanpa menanggapi ucapan Pak Osmar sedangkan Pak Osmar menunduk di depan Reqy.

“Maafkan saya Tuan Muda. Meskipun saya masih curiga kalau Rian masih hidup tapi saya tidak bisa mengatakan hal itu pada Tuan Muda. Saya ingin memastikan kalau pria itu masih hidup atau benar – benar sudah meninggal. Saya ingin mencari keberadaannya terlebih dahulu.” Dalam hati Pak Osmar.

Reqy membuka matanya melihat Pak Osmar.

“Tinggalkan aku sendiri.”

“Baik.”

Pak Osmar pun meninggalkan Reqy yang masih duduk di kursi kerjanya. Ketika Pak Osmar keluar dari sana, Reqy langsung berdiri dan mengambil bungkus rokok dari kantong celananya. Ia menyalakan korek apinya di rokok yang sudah berada di mulutnya. Ia menghisap rokoknya sambil menatap luar jendela kaca ruangan kantornya tepatnya di belakang meja kerjanya.

Reqy memang seperti itu. Jika tak senang, ia akan merokok atau minum wiskhy untuk mengusir rasa tak senang dalam dirinya. Tidak setiap hari ia melakukan hal itu, hanya jika ia merasa tidak senang dan gelisah.

Ia terus merokok di sana. Sesekali ia menghela nafasnya dengan kasar karena mendengar tentang kematian Rian yang tak pernah ia harapkan itu.

Itu sangat mengganggu hati nuraninya. Ia memang terkenal kejam dan tak kenal ampun kepada orang – orang yang tak ia sukai. Tapi ia tak pernah melewati batas dari kemanusiaan sampai membuat orang meninggal. Jika memang harus membunuh maka ia akan membunuh orang yang menurutnya pantas untuk di bunuh sedangkan Rian menurutnya tak pantas ia bunuh, cukup mengirimnya jauh dari kehidupannya saja. Itu sudah cukup, ia lakukan.

Apalagi selama ia hidup, ia tak pernah membunuh seseorang hanya demi kepentingan dan keegoisannya sendiri.

Reqy kemudian duduk kembali di kursi kerjanya. Ia mematikan rokok yang ia hisap itu di asbak yang ada di meja kerjanya. Ia bersandar di sana sambil memejamkan matanya. Saat seperti inilah, ia harus mendengarkan kotak musik pemberian Adelia yang membuat hatinya tenang. Tapi kotak musiknya sekarang tidak ada di sana, ia simpan di Ruang Kerja kediaman Keluarga Abraham.

Bersambung.