"Sekarang Kau sudah berani membangkang padaku! Aku ini masih suamimu!" Raungan amarah seorang Pria terdengar menggelegar di sebuah penjara bernama HAREM.
"Mulai sekarang kau bukan istriku! Aku akan menceraikanmu!"
LAZARUS... Tuan muda pewaris Perusahaan Corporation Foundation. Dingin, Angkuh, serta tidak boleh ada seorang pun yang boleh menolak semua kemauannya.
"Kau tau Lazarus?! Aku saat ini sangat luar biasa bahagia, hanya mendengarmu akhirnya akan melepaskanku darimu dan dari belenggu rantai rumah ini! Haha... " Angela dengan puasnya tertawa seakan dunia kembali padanya, sampai membuat Lazarus yang mendengar tawanya begitu murka.
NERAKA... Satu kata kehidupan yang selama ini Angela lalui.
Yuk ikuti ceritanya yang menguras emosi dan ketegangan, THE POWER OF WOMEN~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Samuel memakai kacamata hitam, ia juga mewarnai rambutnya dengan warna lain agar tak bisa dikenali. Tapi untuk berjaga-jaga dirinya memakai topi bisbol serta masker menutupi wajahnya. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah kafe tempat dirinya berjanji dengan teman kenalannya saat berkerja serabutan dulu.
Samuel hidup bekerja keras menghidupi dirinya sendiri, keluarga Montana semenjak Ayahnya meninggal tak pernah memberikan hak nya. Ayah Angela lah yang selalu membantunya mengamankan aset-asetnya selama ini, tapi setahun lalu sejak Ayah Angela meninggal dirinya tak berani lagi berhubungan dengan keluarga Montana. Dirinya merasa cukup bisa hidup tanpa mengandalkan harta dari Ayahnya.
Seseorang mengetuk meja tempat dirinya duduk, Samuel mendongak. Ia mengangguk mempersilahkan duduk. "Hai bro, thanks udah mau datang. Duduklah," sapanya pada Daniel temannya.
Samuel tak ingin berbasa-basi, ia memajukan tubuhnya ke meja. "Bagaimana?"
Daniel ikut memajukan tubuhnya. "Dari info yang kudapat, dua hari lalu saat Tuan mereka pulang terjadi keributan besar. Tapi... "
"Tapi apa?!" tanya Samuel mendesaknya takut terjadi sesuatu pada Angela.
"Tapi anehnya, keesokan harinya mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sangat bahagia. Mereka berdua terlihat sangat mesra saat akan pergi dan saat pulang. Tapi... " Daniel menggantung kembali kalimatnya, sebenarnya merasa ikut penasaran kehidupan Tuan dan Nyonya di kediaman Harem yang terkenal itu.
Brak!
Samuel tak sabar menunggu kalimat Daniel tak sengaja menggebrak meja. Saat semua pasang mata yang berada di disana menatapnya, seketika ia sadar sedang berada dimana. "Sial!" umpatnya pelan. "Teruskan," Samuel berusaha tenang.
"Tapi setelah Tuan Lazarus memberikan kejutan yang sudah disiapkan oleh semua pelayan di kamar tidur mereka, tak lama dia keluar seperti menahan marah, lalu masuk ke ruangan kerjanya. Lalu Tak lama kemudian disusul Nyonya Angela masuk ke dalam ruang kerjanya. Lalu... "
"Daniel cukup! Aku tak ingin terlalu rinci, sekarang katakan bagaimana keadaanya?!" Samuel benar-benar sudah tak sabar.
"Baiklah. Semalam setelah kejadian itu, Nyonya Angela keluar dari rumah itu dengan beberapa orang membawa koper pergi dari Harem. Tapi semua belum jelas, hanya itu informasi yang kudapat." Daniel mengangkat bahu, mengakhiri informasinya.
Samuel menyerap informasinya, firasatnya mengatakan terjadi sesuatu pada Angela. "Oke. Nanti kutelepon lagi, thanks infonya." Menepuk pelan pundak Daniel, ia segera berdiri dan berjalan tergesa gesa keluar dari sana.
"Angela... kau baik-baik saja kan?" Gumam Samuel sambil berjalan menjauhi kafe untuk mengambil motornya yang ia parkir beberapa blok dari sana.
*
Angela sedang membaringkan tubuhnya, merasa lelah dengan semua kejadian hari itu. Baru saja asisten Lazarus dan Greta pergi dari rumahnya, kini dirinya hanya tinggal berdua dengan Ibu Anna.
Kedua manik mata Angela menatap langit-langit kamarnya, sekilas gambaran-gambaran kejadian dari dirinya kecil, remaja, dewasa dan menikah terlintas di pikirannya.
Sejak kecil Ia adalah Putri kecil kesayangan Ayah dan Ibunya, satu-satunya anak mereka. Ibunya sakit-sakitan dan tak bisa memiliki anak kembali. Ayahnya masih mendambakan seorang anak, tapi tak ingin menyakiti Ibunya. Semua anak terlantar diluar sana, Ayahnya akan membantu mereka dan menganggap mereka anaknya sendiri seperti Samuel dan Ella. Ia benar-benar beruntung mempunyai Ayah seperti Ayahnya, dirinya sangat bahagia sedari kecil yang tak pernah kekurangan harta maupun kasih sayang.
"Kenapa aku berbohong tadi? Kenapa aku mengatakan tak akan pernah menyesal padahal hatiku sangat sakit. Lazarus... apakah kamu sudah menempati ruang dalam hatiku? Kenapa sangat sakit sekarang? Apakah aku mencintaimu? Lazarus... " tak kuasa membendung kesedihannya, Angela menangis sedih. "Hiks... kenapa harus sekarang Lazarus? Kenapa harus sekarang... "
"Apakah Anak ini tidak akan sepertiku? Apakah mereka akan kekurangan kasih sayang? Kekurangan kasih sayangmu? Meskipun aku yakin tanpamu aku bisa menjaga anak kita, tapi kenapa ada kekhawatiran ini dihatiku?" kelelahan menangis akhirnya Angela tertidur, bulir-bulir air mata masih keluar dari sudut matanya.
Anna berdiri di pintu luar kamar tidur Angela, ia tadi mendengar tangisannya. "Jika kau tidak ada hubungan apapun dengan keluarga Harem, aku pasti sudah mengganggapmu putriku sendiri Angela. Tapi sayang... kau tidak beruntung," ucapnya lalu berjalan pergi dari sana menuju kamarnya di sebelah.
.
.
.
Malam itu Angela sedang berada di dapur memanggang kue kering kesukaannya, sebelah tangannya mengelus perut buncitnya yang sudah berusia sembilan bulan, perkiraannya sebentar lagi dirinya akan melahirkan.
"Nak, Ibu bilang jangan banyak berdiri. Lihatlah kakimu semakin bengkak. Duduklah, Ibu yang akan mengeluarkan kuenya nanti." Anna berjalan menghampiri Angela, membantunya untuk duduk. "Pelan-pelan."
Angela menurutinya, selama hampir delapan bulan ini bersama Ibu Anna membuat Angela semakin menyayanginya, ia sudah menganggapnya Ibu kandungnya sendiri.
"Ibu Anna... "
"Hm, ya. Kenapa? Kamu butuh sesuatu nak?" Anna menatap Angela, sebenarnya tinggal lama dengan Angela dan keluar dari Harem membuat jiwanya tenang, sekarang dirinya merasakan kedamaian yang tak ia dapatkan di dalam Harem.
Apalagi perintah yang datang padanya hanya menyuruhnya melaporkan keseharian Angela, melihat apakah Lazarus sering menemuinya. Tapi semenjak Angela meninggalkan Harem, batang hidung Lazarus tak terlihat sekalipun. Lazarus sama seperti Ayahnya, lelaki dingin tak berperasaan. Bagaimanapun Angela pernah mengandung anaknya, sekarang ia merasa kasihan pada Angela.
"Ibu... makasih untuk segalanya. Jika Ibu tidak ada disini bersamaku, aku sepertinya tidak bisa melewatinya sendirian. Ibu tau? Ibu sudah kuanggap Ibu kandungku. Jadi diperut ini adalah cucumu, hem... iya kan Bu?" Angela mengenggam erat kedua tangan Anna.
Mendengar perkataan Angela membuat perasaannya semakin bingung. Merasa ingin mengatakan semua kebenarannya, tak ingin menyembunyikan semua kejahatannya lagi. "Nak... aku sebe... " ucapannya terpotong oleh suara kesakitan dari bibir Angela.
"Arghttt... Bu perutku... arght sakit... huhh... huhh... " nafas Angela terengah-engah kesakitan.
"Tahan Nak, tarik nafas dalam lalu keluarkan pelan. Sebentar Ibu akan memanggil supir diluar... "
Anna berlari tergesa-gesa sampai beberapa kali kakinya tersandung dan lututnya terbentur. Ia tak menghiraukan rasa sakitnya, terus berlari membuka pintu luar lalu berteriak.
"Hendrik... cepat bantu, Nyonya akan melahirkan!!!" Anna berteriak memanggil supir, teriakannya terdengar oleh semua pengawal Lazarus yang menjaga kediaman Angela selama dua puluh empat jam.
Hendrik tergopoh - gopoh masuk ke dalam, segera ikut berlari dengan Anna.
Seorang Pengawal segera menelepon Albert. "Tuan, Nyonya akan segera melahirkan. Baik." mendengarkan perintah selanjutnya dari Tuannya.
Albert mematikan telepon, merasa kebingungan karena Tuannya sedang berada di kamarnya bersama Istri keduanya. Tapi ia tau Nyonya Angela masih tetap yang terpenting bagi Tuannya, ia tak ingin berpikir lama segera naik ke lantai atas lalu mengetuk pintu kamar Tuannya.
cucok sm babang laz