NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:524
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arena Kualifikasi

Lyra dan Gilga melangkah melewati gerbang batu yang megah menuju kompleks Akademi Elorick. Suasana di dalamnya sangat berbeda dengan ketenangan Distrik Alexa. Ada energi yang berdenyut, persaingan, dan Mana yang berlimpah di udara.

Mereka menuju ke Arena Kualifikasi, sebuah struktur melingkar besar di pusat Akademi. Di sinilah para murid baru diuji untuk menentukan penempatan kelas dan kurikulum mereka.

Lyra dan Gilga berdiri di area penonton tingkat bawah, yang dipenuhi oleh murid-murid baru dan Archmage senior yang datang untuk mengamati. Lyra, dengan statusnya yang

"disembunyikan" sebagai Mage, merasa lega karena dia tidak menarik perhatian seperti yang dia duga.

Lyra segera fokus. Matanya menyapu arena pertarungan di bawah.

Saat ini, dua murid sedang bertukar serangan pedang dan Mana Angin. Tapi perhatian Lyra tertuju pada satu individu tertentu.

Di arena kedua, seorang pemuda yang terlihat tenang dan fokus sedang mendominasi lawannya. Pemuda itu memiliki fisik yang tegap dan kokoh, setiap gerakannya adalah esensi dari presisi militer. Meskipun usianya masih muda, ia membawa aura yang matang, bukan seperti anak Archmage yang bersemangat, melainkan seperti prajurit yang terlatih.

"Lihat dia, Gilga,"

bisik Lyra, matanya terpaku pada pemuda itu.

"Putra bangsawan itu. Lambang naga perak di perisainya..."

Gilga mengikuti tatapan Lyra.

"Pendragon. Faksi paling kuat setelah Elemendorf dalam bidang militer."

"Tepat,"

kata Lyra.

"Pendragon adalah pemimpin militer di Elemendorf. Namanya belum bisa kuidentifikasi, tetapi aku tahu pasti, dia akan menjadi calon Sword Vanguard berikutnya. Dia tidak menggunakan Mana berlebihan. Hanya kekuatan murni, kecepatan, dan teknik. Dia akan menjadi pesaing utama kita dalam hal pengakuan militer."

Lyra mencatat pemuda Pendragon itu sebagai poin strategis utama. Ia harus berinteraksi atau setidaknya memahami ambisi calon Sword Vanguard itu.

Kemudian, Lyra mengalihkan perhatiannya ke tribun penonton di tingkat yang lebih tinggi, tempat para pengajar dan faksi politik penting sering duduk.

Lyra mengaktifkan indra Mana-nya. Dia tidak hanya melihat, dia merasakan.

Lyra bisa merasakan kekuatan Archmage yang sangat terkontrol dan tenang datang dari salah satu kursi kehormatan. Kekuatan itu sehalus dan sedalam lautan.

Ia menoleh ke arah sumber Mana tersebut. Di sana, duduk seorang perempuan yang tampak seusia dengan Lyra atau sedikit lebih tua. Perempuan itu memiliki aura bangsawan yang kuat dan ekspresinya tenang, nyaris dingin.

Lyra menyipitkan mata, fokus pada lambang kecil yang tersemat di jubah wanita itu.

"Gilga, lihat ke sana,"

bisik Lyra, sambil mengangguk ke arah tribun.

"Lambang Elang yang bangga. Sudah jelas itu dari Altera."

Gilga menyipitkan mata merahnya.

"Altera. Faksi Archmage Angin/Es, saingan abadi Elemendorf dalam politik sihir. Mereka selalu memiliki penyihir terbaik di Akademi. Dia adalah ancaman langsung bagi ambisi akademismu."

Lyra tersenyum dingin.

"Tidak. Dia adalah ancaman bagiku karena dia memiliki kekuatan Archmage yang sangat terorganisir. Tapi karena aku adalah Mage yang biasa, dia tidak akan memedulikanku."

Lyra kini memiliki dua target pengamatan:

Calon Sword Vanguard dari Pendragon, dan Archmage dari Altera. Keduanya adalah batu pijakan penting dalam rencana Lyra untuk menjadi 'yang tak tersentuh' di Sincorta.

Kualifikasi terus berjalan, dan para murid baru memasuki arena satu per satu, menunjukkan Mana dan keterampilan tempur mereka.

"Giliranmu sebentar lagi, Gilga,"

bisik Lyra, tatapannya tenang tetapi penuh instruksi.

Gilga, yang sudah melepas jubah birunya dan mengenakan seragam tempur Akademi, meregangkan otot lehernya. Mana Darah di sekelilingnya tampak tenang, tetapi siap meledak kapan saja.

"Ingat,"

desis Lyra, mencondongkan tubuh lebih dekat.

"Jangan gunakan kekuasaanmu secara berlebihan. Kita ingin menarik perhatian Archmage, bukan Dewan Kerajaan. Jangan sampai ada pecahan kaca berdarah yang terbang kali ini."

Gilga menyeringai, matanya yang merah berkobar.

"Aku akan menahan diri, Cousin. Aku janji. Tapi jika dia menyentuh Mana-ku, aku tidak bertanggung jawab."

Nama Gilga Von Rabiot diumumkan. Ia melangkah ke arena dengan aura percaya diri yang khas dari seorang Rabiot.

Di seberangnya, lawannya—seorang pemuda seusianya dengan rambut cokelat pendek dan ekspresi yang terlalu serius—diperkenalkan: Cide Ominus.

"Cide Ominus, ahli dalam sihir Pengerasan Molekul!"

teriak komentator.

Lyra mencatat dengan cepat: Sihir Pengerasan Molekul—membuat pertahanan fisik menjadi sangat kuat, ideal untuk pertarungan jarak dekat, tetapi biasanya lambat dan memerlukan Mana yang besar.

Pertarungan dimulai.

Cide Ominus langsung menyerang. Dia merapal mantra. Dalam hitungan detik, kulitnya, lengan, dan bahkan seragamnya mengeras, tampak seperti ditutupi oleh lapisan baja kusam. Dia berlari ke arah Gilga, tinjunya menjadi senjata tumpul yang mematikan.

"Pertahanan terkuat yang pernah kulihat!"

seru komentator, terkesan.

Gilga berdiri diam, menunggu. Saat Cide Ominus mengayunkan tinju baja itu ke arah kepala Gilga, Gilga akhirnya bergerak.

Gilga tidak menggunakan Mana Darah. Ia menggunakan kecepatan fisiknya yang luar biasa, dikombinasikan dengan sentuhan tipis Mana Angin untuk meningkatkan kelincahan. Dia menghindari pukulan itu dengan gerakan miring yang hampir tidak mungkin, mengingatkan pada gerakan cepat kucing liar.

Cide terkejut dengan kelincahan Gilga. Gilga menggunakan celah itu.

Gilga melompat, kakinya bergerak dalam lintasan melengkung yang cepat dan rendah. Dia menendang bagian belakang lutut Cide. Tendangan itu tidak kuat, tetapi sangat akurat.

BRUKK

Cide Ominus yang tubuhnya kaku karena Pengerasan Molekul, tidak bisa menyeimbangkan diri. Pertahanan terkuatnya menjadi kelemahan terbesarnya—ia menjadi kaku dan mudah dijatuhkan.

Gilga tidak berhenti di situ. Saat Cide jatuh, Gilga melompat dan menindih bahu Cide, mengunci lengannya dengan teknik gulat yang dipelajarinya dari Merbrit.

"Menyerah,"

bisik Gilga ke telinga Cide.

Gilga tidak menyentuh Mana Darahnya. Dia hanya menggunakan tekanan fisik murni. Namun, untuk memastikan Cide mengerti, Gilga melepaskan sekilas Mana Darah di sekitar pergelangan tangan Cide yang terkunci—sebuah peringatan bahwa tulang-tulang Cide akan meledak jika ia menolak.

Cide, meskipun kuat, merasakan ancaman fatal dari Archmage Darah. Dia segera menepuk lantai.

"Menyerah! Aku menyerah!"

teriak Cide.

Komentator terdiam. Pertarungan itu berakhir dalam sepuluh detik, tanpa Mana Darah yang eksplosif. Gilga menang hanya dengan keterampilan fisik dan intimidasinya yang terkontrol.

Gilga melepaskan Cide, berdiri tegak, dan memberi hormat pada juri dengan senyum puas. Ia telah membuktikan dirinya kuat tanpa harus melanggar janji pada Lyra.

Lyra di tribun tersenyum. Sempurna. Gilga telah menunjukkan kontrol dan kekuatan tanpa melepaskan identitas Archmage Darahnya. Sekarang, giliran Lyra.

Gilga menerima sorakan yang teredam dari kerumunan, kebanyakan kagum pada kecepatannya yang aneh. Cide Ominus, meskipun wajahnya masih pucat karena ancaman Archmage Darah, bangkit dan mendekati Gilga.

Mereka berjabat tangan.

"Pertahananmu luar biasa, Ominus,"

ujar Gilga dengan suara tulus, tanpa ada jejak amarah atau arogansi.

"Pengerasan Molekul itu sangat berbahaya jika kau bisa menguasainya secara penuh. Sayangnya, itu membuatmu lamban."

Cide mengangguk, sedikit terkejut dengan pujian itu.

"Terima kasih, Rabiot. Kelincahanmu... tak terduga."

Gilga tersenyum, lalu berbalik dan berjalan menuju Lyra, mengawasinya dari tepi arena.

"Selanjutnya! Lyra Elara Von Astrea dari House Astrea, dan Lawannya, Murad Balg!"

Lyra melangkah maju. Tetapi alih-alih berjalan santai, Lyra mengaktifkan Temporal Leap mikro.

BLIP!

Dalam sepersekian detik, Lyra menghilang dari pinggir arena dan muncul di tengah arena, di depan juri. Gerakan itu sangat cepat dan efisien, seolah Lyra melipat ruang.

Lyra segera melepaskan Mana Angin untuk menstabilkan kehadirannya, tetapi kejutan sudah terjadi.

Di tribun kehormatan, putri dari Altera yang merupakan Archmage Angin, seketika menegakkan punggungnya. Ia melipat tangannya, ekspresinya yang tenang kini menunjukkan sedikit ketertarikan. Mana Ruang-Waktu yang terdistorsi dengan mulus di kecepatan mikro telah sedikit membuatnya terkesan.

Komentator, dengan sihir angin yang membuat suaranya begitu besar, mengambil napas.

"Luar biasa! Lyra Astrea, menunjukkan kecepatan yang belum pernah terjadi! Dia telah memangkas jarak hanya dengan sekejap mata!"

Lyra menghunus pedang hitam rampingnya—hadiah dari Racel, Pedang Naga Hitam. Lyra mengambil posisi bertarung, jubah putihnya berkibar sedikit.

"Lyra Astrea, terkenal menguasai pedang dan sihir!"

seru komentator, suaranya dipenuhi kekaguman yang jujur.

"Mari kita lihat apakah Mage ini bisa mengalahkan Pendekar Pedang sejati!"

Lawannya adalah seorang pendekar perempuan yang jauh lebih tinggi dari Lyra, dengan rambut diikat ketat dan mata yang berapi-api.

"Murad Balg, Pendekar Pedang dari Wilayah Gunung, terkenal dengan kemampuan pedang yang disebut dengan Ragnazors!"

Lyra sedikit waspada. Lyra belum pernah mendengar kemampuan Ragnazors itu.

Pertarungan dimulai.

Murad menyerang duluan. Pedangnya, yang tampak biasa, bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Lyra awalnya mengandalkan kecepatannya, menggunakan pedang hitamnya untuk menangkis. CLANG! CLANG! Suara benturan logam bergema di seluruh arena.

Lyra mencoba merapal Mana Angin dan sedikit Mana Distorsi Spasial untuk mengganggu Murad, tetapi Murad adalah seorang Pendekar yang sangat terlatih. Dia mengabaikan gangguan Mana Lyra dan fokus pada serangan fisik murni.

Lyra mulai sedikit kewalahan. Ia terpaksa mundur dua langkah, serangan Murad terlalu cepat, terlalu kuat, dan Lyra tidak bisa menggunakan Mana penuhnya tanpa membongkar penyamarannya.

"Tidak buruk, Mage!"

teriak Murad, matanya menyala-nyala karena semangat bertarung.

"Tapi kau hanya bermain-main dengan Mana! Rasakan kekuatan Ragnazors!"

Murad menarik napas dalam-dalam. Tiba-tiba, Mana api yang kuat dan liar memancar dari dirinya. Tubuhnya terselubung dalam aura oranye terang.

Lalu, hal yang luar biasa terjadi.

Mata Murad berubah! Matanya menjadi bergaris-garis, bersinar dengan warna-warna cerah—pelangi yang bercampur dengan cahaya keemasan.

Di punggungnya, muncul proyeksi Mana—sepasang sayap bersinar dari Mana yang murni dan padat, terbuat dari energi yang seolah-olah terbakar. Kekuatan sihirnya melonjak drastis, melampaui tingkat Mage.

"Ragnazors aktif!"

teriak komentator, suaranya histeris.

"Pendekar Pedang tingkat Archmage!"

Lyra merasakan gelombang kejutan. Kekuatan Murad melambung tinggi, dan pedangnya kini memancarkan panas yang ekstrem. Ini bukan lagi pertarungan setara.

"Sekarang, rasakan! Lyra Astrea!"

teriak Murad, pedangnya mengayun dengan kecepatan yang melebihi batas fisik.

Murad Balg, dengan matanya yang bersinar pelangi dan sayap Mana yang berkilauan, menerjang ke arah Lyra. Pedangnya menyala, membawa kekuatan Archmage dari Ragnazors.

Lyra bersiap untuk menangkis. Ia tahu menangkis saja tidak akan cukup. Ia harus mengakhiri pertarungan ini.

Tepat pada momen genting itu, sebelum pedang Murad menyentuh pedang hitam Lyra—

Whussssssh!

Tiba-tiba, ribuan anak panah muncul dari langit-langit arena, terjun ke bawah dengan kecepatan mematikan, menargetkan arena di sekitar Lyra dan Murad.

Para murid yang berada di tribun seketika dilanda kepanikan. Murid-murid yang ada di tribun langsung lari, berteriak dan berebut untuk menghindari hujan anak panah yang tiba-tiba. Pertarungan terhenti total.

Gilga, yang sudah berdiri di pinggir arena, matanya merah menyala. Ia tidak mengaktifkan Mana, tetapi ekspresinya tegang.

"Lyra, pergi dari sana sekarang!"

teriak Gilga, khawatir akan keselamatan Lyra.

Lyra mengabaikan teriakan Gilga. Ia fokus pada anak panah yang mendekat. Lyra merasakan sesuatu yang aneh. Anak panah itu terasa dingin, tetapi tidak membawa getaran Mana fisik yang merusak.

Lyra tidak menunggu. Ia mengaktifkan Temporal Leap instan.

BLIP!

Lyra menghilang, muncul kembali beberapa meter di belakang Murad, menghindari serangan gabungan pedang dan anak panah.

Namun, yang terjadi selanjutnya membuat Lyra tertegun.

Anak panah itu tidak pernah menyentuh tanah. Anak panah itu tidak memiliki wujud fisik; mereka adalah proyeksi Mana atau ilusi yang tampak solid.

Dan Murad? Murad tersenyum sinis.

Begitu anak panah itu muncul, Murad menggunakannya! Murad melompat, menjejakkan kakinya pada satu anak panah yang melayang, lalu ke anak panah berikutnya, dan berikutnya.

Murad Balg bisa bergerak cepat dari anak panah ke anak panah, menggunakannya sebagai pijakan tidak stabil untuk meningkatkan kecepatan dan manuvernya di udara. Dia bergerak ke segala arah, melingkari Lyra dengan kecepatan yang gila.

"Ini adalah Ragnazors!"

teriak Murad.

"Bukan hanya meningkatkan kekuatanku, tetapi juga memberiku lingkungan tempur buatan!"

Murad mengubah strateginya. Dia tidak lagi berlari lurus. Dia menggunakan anak panah sebagai platform udara untuk menyerang Lyra dari berbagai sudut yang tidak terduga.

Lyra terpojok. Dia harus menghadapi Pendekar Pedang Archmage yang bisa melompat di udara, sementara Lyra harus tetap menggunakan Temporal Leap untuk menghindari serangan cepat itu—semuanya sambil menyembunyikan kekuatan Archmage-nya yang sesungguhnya!

"Ini bukan kualifikasi! Ini perangkap!" desis Lyra, menarik Pedang Naga Hitamnya untuk menangkis serangan mendadak dari atas.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!