NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Duda Anak Kembar

Menjadi Istri Duda Anak Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Ibu Tiri
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: editta

Hanna yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan CEO tempat dia bekerja, CEO tersebut mempunyai sikap yang baik dan menuntun Hanna dalam pernikahan,tapi yang membuat Hanna terkejut, CEO tersebut sudah memiliki anak kembar!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon editta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Hanna merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Dia merasa perasaannya seringkali tidak enak, tetapi dia tidak tahu apa yang menyebabkannya. Setiap hari, dia merasa gelisah dan cemas, tanpa alasan yang jelas.

Suatu pagi, setelah sarapan, Hanna duduk di ruang keluarga dengan perasaan yang tidak enak. Daren, suaminya, melihat kegelisahan di wajah Hanna dan memutuskan untuk mengajaknya bicara.

Daren: "Sayang, aku melihat kamu sering merasa tidak enak. Apa yang terjadi? Apakah ada yang bisa aku bantu?"

Hanna: (menggelengkan kepala) "Aku tidak tahu, Daren. Aku merasa gelisah dan cemas tanpa alasan yang jelas. Rasanya seperti ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku."

Daren: "Kamu tahu, Hanna, tidak ada yang salah dengan merasa tidak enak. Kadang-kadang, kita semua mengalami perasaan seperti itu. Apa yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya dan mencari solusinya."

Hanna: (menghela nafas) "Aku mencoba untuk mencari tahu apa yang menyebabkan perasaanku seperti ini, tetapi aku tidak tahu dari mana harus memulainya."

Daren: "Mungkin kamu bisa mulai dengan mencari waktu untuk dirimu sendiri. Carilah momen ketenangan, di mana kamu bisa merenung dan mengidentifikasi apa yang mungkin menjadi pemicu perasaanmu."

Hanna: (memikirkan saran Daren) "Mungkin kamu benar. Aku seringkali terlalu sibuk dengan tugas-tugas sehari-hari dan mengabaikan kebutuhan diriku sendiri. Aku akan mencoba mengambil waktu untuk merenung dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Beberapa hari berlalu, Hanna mencoba untuk mengatur waktu untuk dirinya sendiri. Dia pergi ke taman dan duduk di bawah pohon, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Dia merenung tentang kehidupannya, pekerjaannya, dan hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

Saat merenung, Hanna mulai menyadari bahwa perasaannya yang tidak enak mungkin disebabkan oleh stres dan kelelahan. Dia menyadari bahwa dia telah terlalu fokus pada tugas-tugas sehari-hari dan mengabaikan kebutuhan dirinya sendiri.

Hanna memutuskan untuk berbicara dengan Daren tentang apa yang dia temukan selama proses merenungnya.

Hanna: "Daren, aku merenung tentang perasaanku yang tidak enak, dan aku menyadari bahwa aku telah terlalu sibuk dengan tugas-tugas sehari-hari. Aku perlu mengambil waktu untuk diriku sendiri dan merawat kesehatan mental dan emosionalku."

Daren: (sambil mengangguk setuju) "Itu adalah langkah yang baik, Hanna. Kamu perlu merawat dirimu sendiri agar bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga kita. Aku akan selalu mendukungmu dalam proses ini."

Hanna: (tersenyum) "Terima kasih, Daren. Aku sangat beruntung memiliki suami yang peduli dan memahami kebutuhanku. Aku berjanji untuk lebih memperhatikan diriku sendiri dan mencari keseimbangan dalam hidupku."

Daren: "Kamu pantas mendapatkan waktu untuk dirimu sendiri, sayang. Ingatlah bahwa kamu adalah prioritasku dan keluarga kita. Aku selalu di sini untukmu."

Percakapan mereka penuh dengan dukungan dan cinta. Hanna merasa didukung oleh Daren dalam perjalanan menuju keseimbangan dan kesejahteraan dirinya sendiri.

Beberapa minggu berlalu, Hanna mulai mengambil langkah-langkah kecil untuk merawat dirinya sendiri. Dia mengatur waktu untuk berolahraga, membaca buku, dan melakukan kegiatan yang dia sukai. Dia juga mulai mencari dukungan dari teman-teman dan keluarga untuk membantu mengatasi perasaannya yang tidak enak.

Hanna menyadari bahwa merawat dirinya sendiri adalah langkah penting untuk kesehatan dan kebahagiaannya. Dia merasa lebih seimbang dan bahagia dalam kehidupannya, dan perasaannya yang tidak enak mulai mereda.

Hanna dan Daren menerima panggilan telepon dari sekolah. Mereka diberitahu bahwa Jayson, anak laki-laki mereka, terlibat dalam perkelahian dengan seorang teman sekelasnya. Hanna dan Daren merasa khawatir dan segera pergi ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini.

Ketika mereka tiba di sekolah, kepala sekolah, Ibu Johnson, menyambut mereka dengan serius. Mereka duduk bersama di ruang kepala sekolah untuk membahas insiden ini.

Ibu Johnson: "Hanna, Daren, saya ingin berbicara dengan kalian tentang perkelahian yang melibatkan Jayson. Ini adalah masalah serius dan kami perlu menyelesaikannya bersama."

Hanna: (dengan wajah khawatir) "Kami sangat khawatir dengan apa yang terjadi. Apakah Jayson baik-baik saja?"

Ibu Johnson: "Jayson tidak mengalami cedera serius, tetapi perkelahian ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kami ingin memastikan bahwa Jayson memahami konsekuensi tindakannya dan belajar dari pengalaman ini."

Daren: (mengangguk setuju) "Kami sepenuhnya mendukung langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan masalah ini. Kami ingin Jayson belajar dari kesalahannya dan bertanggung jawab atas tindakannya."

Ibu Johnson menjelaskan kepada Hanna dan Daren tentang apa yang terjadi sebelum perkelahian terjadi. Mereka mendengarkan dengan perhatian, mencoba memahami situasi dan alasan di balik tindakan Jayson.

Hanna: "Apakah kami bisa bertemu dengan Jayson sekarang? Kami ingin mendengar langsung dari dia tentang apa yang terjadi."

Ibu Johnson: "Tentu, silakan ikuti saya ke ruang konseling. Jayson sudah menunggu di sana."

Hanna dan Daren mengikuti Ibu Johnson ke ruang konseling, di mana Jayson duduk dengan wajah yang tegang. Mereka duduk bersama di seberang Jayson, memandanginya dengan penuh perhatian.

Hanna: "Jayson, kami sangat khawatir tentang apa yang terjadi. Bisakah kamu memberi tahu kami apa yang sebenarnya terjadi?"

Jayson: (dengan suara rendah) "Aku dan teman sekelasku, Ethan, memiliki perselisihan kecil. Kami saling ejek dan kata-kata kami semakin memanas. Akhirnya, kami berdua terlibat dalam perkelahian fisik."

Daren: "Jayson, kamu tahu bahwa tindakanmu tidak dapat diterima. Kita tidak boleh menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah. Kamu harus belajar mengendalikan emosi dan menemukan cara yang lebih baik untuk menyelesaikan konflik."

Hanna: "Kami mencintaimu, Jayson, dan kami ingin kamu belajar dari kesalahan ini. Kami ingin kamu menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik."

Jayson menundukkan kepalanya, merasa menyesal atas tindakannya. Dia menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan dan harus bertanggung jawab atas tindakannya.

Ibu Johnson: "Jayson, kamu harus memahami bahwa tindakanmu memiliki konsekuensi. Kami akan memberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan sekolah. Namun, kami juga ingin memberimu kesempatan untuk belajar dan tumbuh dari pengalaman ini."

Daren: "Kami sepenuhnya mendukung tindakan sekolah dalam memberikan sanksi yang diperlukan. Kami berharap ini akan menjadi pelajaran berharga bagi Jayson dan membantunya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik."

Hanna: "Selain itu, kami ingin mengetahui apakah ada langkah-langkah yang dapat kami ambil di rumah untuk membantu Jayson belajar mengendalikan emosi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih baik."

Ibu Johnson: "Tentu, kami akan memberikan rekomendasi dan saran kepada Anda. Kami juga akan melibatkan konselor sekolah untuk membantu Jayson dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik."

Setelah pertemuan dengan Ibu Johnson, Hanna, Daren, dan Jayson pulang ke rumah dengan perasaan yang berat. Mereka tahu bahwa mereka harus menghadapi konsekuensi tindakan Jayson, tetapi mereka juga berkomitmen untuk mendukung dan membantu Jayson dalam perjalanan pemulihannya.

Beberapa bulan berlalu, Jayson mengikuti program konseling di sekolah dan bekerja sama dengan konselor untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik. Hanna dan Daren juga menjalankan langkah-langkah yang direkomendasikan oleh sekolah untuk membantu Jayson dalam mengendalikan emosinya.

Perlahan-lahan, Jayson mulai menunjukkan perubahan positif. Dia belajar mengendalikan emosinya, menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih baik, dan menghargai pentingnya komunikasi yang efektif.

Dalam cerita ini, Jayson belajar dari kesalahannya dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Hanna dan Daren memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan dalam perjalanan pemulihannya. Mereka menyadari bahwa kesalahan adalah bagian dari pertumbuhan dan penting untuk memberikan kesempatan kedua kepada anak-anak mereka untuk belajar dan berkembang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!