Ina gadis yang di nikahi tanpa tahu alasan pernikahan itu.
Bukan pernikahan sewajarnya yang diberikan sang suami, namun sikap acuh dan sombong bahkan tak tersentuh. Ina baru tahu jika dia memang istri pria itu tapi wanita lainlah yang menjadi pemilik singgasana hati suaminya.
Sanggupkah dia memperjuangkan statusnya?.
SESSION 2
Maurie gadis cantik yang dinikahi karena sesuatu dendam yang tak dia ketahui. Dia dijebak menjadi istri seorang lelaki, Deon.
Sementara cinta sejati juga akan menghampiri Maurie, lelaki yang tulus, baik sebaik seorang Ardi yang dikhianati gadis tercintanya di depan matanya sendiri.
Akankah takdir menyatukan Ardi dan Maurie?
Atau kah mereka terikat ditempat masing masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sha21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IS chapter 17
Mentari yang menyilaukan mata dan kicau burung menyadarkan Revan, menarik jiwanya yang terbuai mimpi nikmat di jam 5 pagi tadi. Revan menyibak selimut tebalnya, tubuhnya begitu hangat dan bugar. Dia melihat tempat sebelahnya, yang sudah kosong.
'Kemana gadis itu, ahh aku lupa, dia sudah bukan gadis lagi'
Revan tersenyum, dia melihat pantulan dirinya di cermin ada bekas merah mungkin cakaran atau pukulan istri gadisnya itu. Ranjangnya seperti kapal pecah, karena apa pun yang bisa diraih Ina, di banting ke lantai kamar, Revan hanya menggelengkan kepalanya, mengingat kelakuannya semalaman dan ya sekarang sudah jam 2 siang.
'Ternyata dia masih gadis, bahkan aku lupa, bahwa ini pertama kalinya untuk dia'
Selesai mandi, Revan turun ke ruang tamu. Disana pun dia tidak melihat wanita yang semalam menemani malamnya.
Tercium aroma yang sangat wangi dari arah dapur. Revan berjalan mendekat, ya ternyata istrinya sedang memasak. Jujur perut Revan langsung memberontak minta diisi, sebenarnya dia juga ingin memeluk Ina dari belakang, namun di urungkannya mengingat dirinya semalam memperlakukan Ina seperti lelaki bejad.
"Masak apa?"
Bisa dilihat tubuh istrinya menegang, tidak salah bukan jika Revan menyebut wanita disampingnya istri, memang kenyataannya Ina itu istri sahnya perawan pula. Revan mengambil air mineral dari dalam lemari pendingin, duduk di kursi meja makan, menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya. Sebenarnya suasana seperti inilah yang Revan rindukan, sang istri memasak untuknya, kapan pun dia lapar. Meski sederhana namun sangat nikmat pastinya. Revan tersenyum dengan pemikirannya sendiri.
"Silahkan tuan"
Tanpa melihat Revan, Ina menyajikan nasi goreng itu satu piring penuh. Entah sadar atau tidak Revan langsung melahap nasi goreng itu hingga tak bersisa. Rasanya jangan di tanya benar benar enak sekali. Sementara Ina hanya memakan 2 sendok nasi gorengnya, kemudian beranjak mencuci piring, sebentar Revan memperhatikan Ina yang berjalan dengan aneh.
"Bagas akan mengantarkan mu ke rumah bunga, terimakasih sarapannya enak"
Ina hanya mengangguk, semua dia bersihkan dan dia segera pergi dari apartment itu. Dengan perasaan yang tak menentu, Ina hanya duduk di taman. Tatapannya kosong, dan terdiam melamun.
'Bagaimana kalau aku hamil, untuk makan sendiri saja susah apa lagi dengan adanya anak. Aku takut suami status ku menolak anak yang ku lahirkan kelak'
"Nyonya"
Ina tersentak kaget menarik tangannya dari dalam kaos oblong dan terdiam menunggu ucapan asistennya.
"Tuan sudah menunggu di mobil, mari"
Tanpa suara Ina langsung bangkit, mengikuti langkah Bagas, yang terheran di buatnya hari ini nyonyanya tanpa senyum atau pun sedikit ucapan basa basi.
"Kenapa kau membangkang, apa kau tau jalan pulang?"
Ina hanya menggeleng, saat mereka duduk bersisian Revan melirik istri belianya.
'Tumben tidak berontak'
Serasa ada yang janggal, Revan memutuskan untuk bertanya lebih dahulu.
"Apa kau sakit?"
"Tidak"
"Lalu kenapa kau pergi lebih dulu sebelum Bagas sampai?"
Revan melirik wanita di sebelahnya, meski tanpa make up dia begitu cantik. Revan meneguk ludahnya, dan segera memalingkan wajahnya.
"Maaf tuan, aku lelah"
Jawaban Ina begitu pelan, dan hampir tak terdengar namun jawaban itu berhasil mengingatkan Revan akan kejadian semalam tadi. Entah mengapa kejadian kesenangan semalam bersama selalu terlintas di pikiran Revan, tidak bukan kesenangan mereka bersama melainkan kesenangan Revan yang memaksa wanita disebelahnya.
"Baiklah, sesampainya di rumah istirahatlah"
Ina hanya mengangguk, Revan tersenyum dan entah mengapa dengan atau tanpa niat Revan langsung melahap bibir istrinya itu. Bagas yang menyetir pun merasa malu, karena tidak biasanya Revan bertingkah seperti itu. Ina hanya terdiam memejamkan mata menerima perlakuan Revan. Selesai dengan kegiatan menyenangkan itu Revan mengusap bibir istrinya, bibir yang manis dan tanpa balutan lipstik, tebal, sexy juga segar. Revan mengelus pucuk kepala bersurai legam nan panjang, tubuh wanginya sangat memabukkan. Ina turun dari mobil langsung masuk kedalam rumah, Revan memperhatikan sampai tubuh langsing istrinya itu tertelan pagar menjulang.
"Jalan"
Bagas mengemudikan mobilnya dengan pelan, memperhatikan tuannya yang selalu tersenyum.
"Maaf tuan, tuam Sam hari ini mengunjungi kantor anda"
"Baiklah Gas"
Sam yang di sapa akrab atau DAHASAM IRHA SYAPUTRA, sepupu atau kakak angkat dari Revan itu memegang perusahaan cabang luar negri, di negeri paman sam.
"Hai bro"
Di lobi perusahaan orang yang mereka bicarakan sudah menyambut disertai 2 orang wanita cantik nan sexy.
"Wah, segar sekali kelihatannya adik ku tersayang"
Revan tersenyum sumringah.
"Biasa aja"
"Jujur loh, baru kali ini gue liat lo tersenyum lepas, tanpa beban"
Dahasam atau yang akrab di panggil Sam itu merangkul pundak adiknya meski lebih tinggi beberapa senti saja.
"Jangan merangkul ku seperti itu lagi!"
Todong Revan, jujur geli sekali terlihat dirangkul sesama pria.
"Sudahlah, oh ya ku dengar kau memiliki istri yang masih muda, perawan tidak?"
Sam menaik turunkan alisnya, menggoda Revan yang wajahnya seketika memerah.
"Kau sudah mencicipinya, iya kan?"
Sam tertawa terbahak, meski adiknya ini arrogan dan sombong, namun Revan minim pengetahuan tentang wanita, bagaimana tidak dia di cekoki Vina terus menerus membuat hati Sam sakit, karena Revan terus menjadi bulan bulanan Vina.
"Aku mau bekerja, pergilah ke ruangan mu atau menghibur para istri mu itu!"
"Kita sama bro"
"Tidak, kau playboy serakah"
"Bagaimana dengan diri mu?"
"Aku..."
"Oke, gua ada berita yang lebih penting"
Sam mendekat dan memberikan amplop coklat, Revan mengerutkan keningnya, pasalnya kakak sablengnya tidak memberitahukan terlebih dahulu mereka akan memiliki kontrak dengan perusahaan luar negri.
"Kenapa kau diam saja?"
Sam sudah gemas dengan tingkah Revan yang hanya membolak balikan amplop coklat itu.
"Kenapa kau tidak memberitahu ku, kita ada kontrak dengan perusahaan baru?"
Sam menepuk jidatnya, pemikiran bodoh baru saja di cetuskan adiknya.
"Ya ampun Revan, bos tertinggi di perusahaan besar no satu di negara ini, tidak bisa kah kau membuka amplop ini saja dan lihat isinya"
Suara Sam sampai harus meninggi satu oktaf.
"Oke, gue buka"
Dengan cepat Revan membuka amplop coklat itu, dan mata Revan melotot tajam kearah foto foto itu.
'Yes, berhasil rasakan kau Vina, sekarang kedok mu terbongkar'
"Apa apaan ini!"
Revan menunjuk foto yang ada dimeja kerjanya.
"Aku sudah tau kau beristri dua, tapi tidak usah kau pamerkan juga keperkasaan mu, kau pikir aku idiot Sam!"
"Apa"
Sam terkejut setengah mati baru beberapa menit lalu dia mengantongi kebejatan Vina, namun pupus sudah semuanya.
"Bukan foto ini, yang mau ku perlihatkan. Tapi foto Vina yang sedang berselingkuh dari mu"
"Cukup, jangan terobsesi dengan kesalahan Vina"
Sam tertunduk lesu, sebenarnya Revan tau Sam tidak mungkin berbohong, namun apakah dia juga harus percaya jika Vina sudah mengkhianatinya. Revan menepuk punggung kakaknya.
"Datanglah malam ini ke rumah bunga, kita makan malam disana dengan mamah dan papah juga"
Mata Sam berbinar dan mengangguk.
"Aku akan datang dengan istri istri dan anak ku tentunya"
"Ya kita rayakan kepulangan mu, Sam"
Sam beranjak menuju ke ruangannya, sejenak dia melihat Revan.
'Malang sekali nasib mu adik ku, kau tidak bisa membedakan wanita'
Di rumah bunga, Ina berbaring di ranjangnya, matanya sembab karena menangis seharian.
Ceklek
Pintu kamar Ina terbuka, menampilkan bik Lasmi yang tersenyum mendekat, mengelus bahu nona mudanya.
"Non, ada nyonya datang"
Ina terlonjak kaget.
"Aku segera turun bik, aku mau mandi dulu"
Bik Lasmi mengangguk dan keluar kamar. Dengan segera, Ina mandi dan memoles wajahnya yang sembab, mengompres kantung matanya sebentar agar lebih segar. Sementara Sam dan keluarga bahagianya sudah berkumpul, papah Erick dan mamah Mila, juga Revan sudah duduk di ruang tamu.
"Ayah aku ingin liat tante cantik?"
Seorang gadis cilik berparas bule mendekat pada Sam.
"Mana istri mu Revan?"
Mamah Mila bertanya.
Tuk
Tuk
Tuk
Semua melirik kearah tangga, ada langkah yang menuruninya.
BERSAMBUNG
efek'y bikin gw naek darah turun perut y thorrr ...