NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:675
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Siapa Orang Itu?

 Anya dan Elvaro baru saja kembali. Mereka melihat Dita dan Ranti tengah mengobrol dengan asik setelah seharian berbelanja untuk kebutuhan pernikahan esok. Tapi, tiba-tiba saja Ranti merasa mulai merasa sesak di dadanya.

 "Ada apa, Ranti? "

 Dita bertanya karena khawatir melihat Ranti yang meraba dadanya.

 "Dada saya terasa sesak, " jawab Ranti.

 Anya yang melihat ada yang salah dengan Ibunya dari kejauhan segera berlari menghampirinya.

 "Ibu, ada apa? " tanya Anya sambil berlutut di depannya.

 "Dada Ibu terasa sesak sekali, " jawab Ranti sambil berusaha mengatur nafasnya.

  Elvaro segera menyadari kalau penyakit Ranti sedang kambuh. Jadi, ia memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa Ranti. Sementara itu, Anya dan Dita segera mengantar Ranti ke kamar untuk berbaring sambil menunggu dokter pribadi yang Elvaro panggil ke rumah datang.

 Tidak lama kemudian, dokter datang dan segera mengecek kondisi Ranti. Dokter segera meminta kepada Elvaro untuk membeli tabung gas oksigen untuk dipasang sekarang juga. Elvaro dengan sigap langsung menyuruh orang untuk membelinya dan memasangnya.

 Akhirnya, nafas Ranti kembali normal berkat pertolongan dokter.

 "Jadwal cuci darah Nyonya Ranti tiga hari lagi. Tapi, nafasnya sudah terasa sesak seperti ini. Ini sangat berbahaya. Jadi, tolong diperhatikan apa yang dimakan oleh Nyonya. Jangan terlalu makan buah-buahan. Dan jangan terlalu banyak minum. Cairan yang masuk kedalam tubuh Nyonya, akan sulit dikeluarkan karena ginjalnya tidak berfungsi. Sebab, itu Nyonya harus menjaga makanannya jangan memakan sesuatu yang terlalu banyak mengandung air. Nanti cairan itu akan menumpuk dan mengakibatkan jantung dan paru-parunya tenggelam. Karena itu juga Nyonya Ranti sekarang merasa sesak di dadanya, " ujar dokter menjelaskan dengan panjang lebar.

 "Baiklah.Terima kasih. Kami mengerti, " balas Elvaro.

 "Kalau begitu, saya permisi dulu, " balas dokter itu sambil pergi meninggalkan kamar Ranti.

 Anya duduk disamping Ranti dan menggenggam tangan nya dengan erat.

 "Bu? Maafkan Anya, karena Anya sudah lalai merawat Ibu. Ini salah Anya, " sesak Anya.

 "Nggak sayang. Ini bukan salah kamu. Memang Ibu yang terlalu teledor dan lupa diri kalau Ibu sedang sakit. Sudah, sekarang Ibu baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, yah? " jawab Ranti dengan lembut.

 "Maafkan saya juga, Ranti. Karena saya kurang tahu soal penyakitmu, " timpal Dita merasa tidak enak karena tidak tahu apapun.

 "Sama sekali tidak Bu Dita. Anda jangan berkata begitu. Saya baik-baik saja. Kalian jangan seperti ini. Besok adalah hari pernikahan Anya dan Elvaro. Kalian harus bahagia. Karena Ibu juga bahagia sekali, akhirnya Ibu akan melihat putri kesayangan Ibu menikah. Jangan menangis sayang!"

 Ranti mengusap air mata Anya yang jatuh di atas pipinya.

  Elvaro tidak mengatakan apapun dan hanya menyimak saja. Ia teringat dengan kejadian siang tadi. Elvaro merasa harus menyelesaikan masalah itu sekarang juga sebelum pernikahan esok terjadi. Jadi, sekarang ini ia berniat untuk mendatangi orang yang telah menyerangnya waktu di kafe hari itu. Dan menanyakan atas kejadian hari ini tentang orang-orang bertopeng yang mencegatnya dijalan dan menyerangnya.

 "Maaf, saya harus keluar sebentar karena ada urusan, " ujar Elvaro.

 "Kamu mau kemana jam segini? Udah mau malam lho! " sahut Dita.

 "Sebentar kok, Mah. Ada urusan pekerjaan yang Elvaro lupa harus diselesaikan hari ini. "

 Elvaro beralasan dengan mengatasnamakan pekerjaan. Supaya mereka tidak khawatir kepadanya.

 "Baiklah.Tapi jangan pulang terlalu malam. Besok adalah hari pernikahanmu, " jawab Dita merasa sedikit khawatir.

 "Iyah, Mah."

  Elvaro pun pergi meninggalkan kamar Ranti dengan tergesa-gesa. Anya yang melihat kepergian Elvaro seperti itu merasa tidak enak hati. Setelah kejadian hari ini, Anya pikir kalau Elvaro hendak melakukan hal yang gegabah. Tetapi, Anya sekarang tidak mau mengurusi hal itu, ia hanya mau di samping Ranti dan menjaganya juga merawatnya.

 Tentu saja Elvaro tidak pergi sendiri dan membawa dua pengawal bersamanya. Karena ia pun tidak mau mengambil resiko. Dan juga besok adalah hari yang penting baginya. Jadi, ia tidak mau bertindak gegabah.

  Elvaro sampai di rumah seseorang. Dan ia menerobos masuk begitu saja bersama dengan dua pengawalnya.

 Si pemilik rumah yang baru saja habis mandi dan keluar dari kamar mandi, terkejut ketakutan melihat Elvaro datang ke rumahnya bersama dua pengawal. Pria itu hendak melarikan diri, tetapi berhasil ditangkap oleh dua pengawal Elvaro.

 Elvaro duduk di sofa. Sementara pria itu dipaksa berlutut di depan Elvaro.

 "Ada apa ini? Apa yang sedang kamu lakukan? " tanya pria tersebut dengan gemetar karena takut.

 "Saya tahu, kamu adalah orang yang menyerang saya di kafe waktu itu, " jawab Elvaro.

 Pria itu tidak menjawab dan hanya gemetar ketakutan.

 "Kenapa kamu menyerang saya? Apakah kamu masih dendam terhadap saya?" tanya Elvaro lagi.

 Tiba-tiba pria itu merasa sangat marah dan kedua tangannya terkepal kuat. Lalu kemudian ia bangkit dan mencengkram kerah baju Elvaro kuat-kuat. Namun, segera dihentikan oleh dua pengawal Elvaro dan menahannya.

 "Iyah, Saya masih dendam. Karena kamu, Ibu saya meninggal dan Ayah saya harus bunuh diri! " ujarnya sambil berteriak kepada Elvaro.

 "Kenapa kamu masih berpikir kalau itu salah saya? Bukankah kepolisian sudah menyelidik kasus ini, bahwa apa yang terjadi kepada kedua orang tuamu itu jelas-jelas bukan karena saya, " terang Elvaro kembali menjelaskan.

 "Siapa yang tahu? Kamu menyogok pihak kepolisian untuk membungkam mereka. Orang seperti itu, selalu menyelesaikan segalanya dengan uang. Jangan pikir saya akan percaya begitu saja, " balas pria itu lagi begitu dengan geram.

 "Tapi, kenapa kamu bisa tahu kalau orang yang menyerang mu waktu itu adalah saya?" sambung pria itu bertanya.

 "Parfum. Wangi parfum yang kamu pakai. Adalah produk langka yang dibuat oleh perusahaan saya. Produk itu terbatas dan hanya ada 10 di dunia. Parfum itu, dari sepuluh yang ada hanya terjual sembilan dan satunya saya hadiahkan kepada ayah mu. Dia adalah karyawan terbaik dan teladan di perusahaan saya, jadi saya hadiah parfum itu untuknya sebagai penghargaan," Jelas Elvaro.

 "Apa?"

 "Saya turut berduka cita atas kepergiannya. Pengadilan sudah memutuskan dan memberikan hukuman kepada pelakunya. Dan memang saya juga bersalah karena tidak memperhatikan karyawan saya dengan baik. Sehingga Ayahmu mengakhiri hidupnya. Jika dengan meminta maaf bisa membuat kamu memaafkan saya, maka saya akan lakukan."

 Elvaro tanpa ragu berlutut dihadapan pria itu dan meminta maaf kepadanya.

 Pria itu terkejut dan merasa tidak enak melihat Elvaro yang berlutut kepadanya. Orang sehebatnya dengan sukarela berlutut dihadapan orang biasanya sepertinya sudah membuatnya sadar.

 "Jangan lakukan itu. Jangan berlutut seperti itu. Baiklah, saya maafkan kamu."

 Elvaro pun bangkit setelah mendengar pria itu sudah memaafkannya. Lalu, mereka duduk bersama untuk membicarakan sisa masalahnya.

 "Saya hanya belum terima. Orang tua saya meninggal seperti ini. Maafkan saya, " ucap pria itu menangis meminta maaf.

 "Tidak papah. Tapi, saya mau tanya satu hal. Apakah kamu menyuruh orang untuk mencelakai saya?" tanya Elvaro.

 "Saya? Menyuruh orang untuk mencelakai anda? "

 Pria itu mengulang pertanyaan Elvaro dengan bingung. Tatapannya juga mengatakan kalau ia tidak tahu tentang hal itu.

 "Saya tidak pernah menyuruh orang atau siapapun. Lagi pula saya tidak punya uang untuk membayar mereka. Sungguh, bukan saya. Saya tidak tahu apa-apa, " tegas pria itu tidak mau disalahkan.

 "Baiklah kalau begitu."

 Elvaro kini mulai waspada. Ternyata orang-orang yang menyerangnya siang tadi adalah orang yang berbeda. Jadi, ada seseorang lagi yang berniat mencelakainya. Tetapi Elvaro tidak tahu siapa orang itu? Dan dengan tujuan apa?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!