Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 17
Setibanya rumah sakit, Jelita segera turun dari mobil setelah Sero memberhentikan mobilnya tepat ditempat parkir.
"Nona.." panggil Sero saat Jelita membuka pintunya dan hendak turun
"Ya ?" sahut Jelita memutar sedikit badannya menghadap kearah Sero.
Anak buah Rakhes itu meraih paper bag yang ia taruh dikursi samping kemudi lalu memberikannya pada Jelita.
"Apa ini ?" tanya Jelita seraya menerima paperbag itu
"Baju ganti untuk tuan Rakhes nona". Jawab Sero
Jelita menganggukkan kepalanya, "Baiklah. Nanti aku berikan padanya".
"Terimakasih nona".
Setelah itu, Jelita segera turun dari mobil dan bergegas melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah sakit tersebut. Dan, Sero juga segera melajukan mobilnya kembali ke mansion.
"Dokter Sephira..." sapa perawat yang tengah berjaga dibagian resepsionis
Jelita menoleh menatap perawat itu sambil melempar senyum cantiknya. "Suster Maria". Balas nya menyapa
Kemudian, Jelita melanjutkan langkah kakinya menuju ruang operasi, karena saat dalam perjalanan kerumah sakit tadi Sero sudah memberitahunya jika Rakhes sudah dibawa keruangan tersebut dan siap untuk melakukan tindakan operasi pada tulang dikakinya.
Sesampainya didepan ruang operasi disana sudah ada Han yang sedang duduk dikursi besi panjang depan ruang tersebut. Melihat kedatangan Jelita, Han langsung beranjak dari duduknya.
"Nona.." sapa Han
"Dimana tuan Rakhes ?" tanya Jelita
"Didalam nona". Jawab Han
"Apa operasinya sudah dimulai ?" tanya Jelita lagi
Han mengangguk, " Sudah nona sejak 30 menit yang lalu. Dan, dokter Malik yang turun tangan langsung menangani operasinya".
Jelita yang mendengar itu mendesahkan nafas nya kasar. Kemudian Han meminta Jelita untuk duduk dikursi besi panjang itu sembari menunggu operasinya selesai, sedangkan Han memilih untuk berdiri.
.
.
Setelah menunggu 3 jam lamanya, akhirnya operasi selesai dengan ditandai lampu ruangan tersebut sudah dipadamkan dan tak berselang lama pintu operasi terbuka lalu dokter Malik keluar seraya melepas masker medis nya.
Jelita dan Han yang melihat itu bergegas menghampirinya. Namun, saat Han hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba ponsel yang ia simpan didalam sakunya berdering. Ia pun memilih untuk berjalan menjauh.
"Dokter Malik, bagaimana operasi tuan Rakhes ?" cecar Jelita tak sabaran.
Dokter Malik menoleh menatap nya. "Dokter Sep- maksud saya nyonya Jelita. Operasi nya berjalan dengan lancar nyonya. Saya memasang implan pada kaki Tuan Rakhes untuk memastikan tulang Tibia-nya pulih dengan baik. Proses pemulihan akan memakan waktu beberapa minggu, namun saya tetap menyarankan untuk tuan Rakhes melakukan fisioterapi agar dapat berjalan dengan normal kembali". Terang dokter Malik menjelaskan
Jelita yang mendengar itu menghela nafas lega seraya mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Baik, terima kasih dokter Malik. Setelah ini, saya yang akan ambil alih memantau kondisi tuan Rakhes". Kata Jelita
"Ya, silahkan nyonya. Saya juga akan memberikan resep serta instruksi perawatan yang lebih detail. Dan, setelah tuan Rakhes sadar kami akan memindahkan nya keruang perawatan intensif". Ujar Dokter Malik
"Baik dokter Malik".
Setelah itu, dokter Malik pamit undur diri dan kembali masuk kedalam ruang operasi. Bertepatan dengan Han yang baru saja selesai mengangkat panggilan teleponnya dan berjalan menghampirinya.
"Nona.." panggil Han
Jelita berbalik badan menatap kearah Han."Ya ?"
"Saya harus pergi, ada masalah sedikit dikantor". Kata Han
"Hmm, pergilah biar tuan Rakhes saya yang mengurusnya".
"Terimakasih nona".
Setelah itu, Han bergegas melangkahkan kakinya pergi dari sana meninggalkan Jelita sendirian. Dan tak berselang lama, pintu ruang operasi kembali terbuka.
beberapa perawat mendorong brankar yang membawa Rakhes. Wajah lelaki itu terlihat masih pucat dan lelah, namun nafas nya terlihat stabil. Jelita segera menghampiri nya dan mengecek kondisinya sebelum membiarkan perawat memindahkan Rakhes diruang perawatan.
"Berikan fasilitas ruang perawatan terbaik untuknya". Pinta Jelita pada para perawat
"Baik dok".
Setelah itu, para perawat itu kembali mendorong brankar tersebut menuju ruang rawat VVIP dan Jelita mengikuti langkah kaki mereka dari belakang. Kemudian, para perawat itu segera pamit undur diri setelah memindahkan Rakhes keruang perawatan sesuai permintaan Jelita.
Sepeninggalan perawat-perawat itu pergi, Jelita mendekati Rakhes lalu menarik kursi disamping ranjang untuk ia duduki.
Dipandanginya wajah tampan yang masih memejamkan matanya itu, terlihat sangat damai. Tak bisa Jelita sangkal jika Rakhes memiliki wajah yang sangat tampan dengan rahang yang tegas memberikan kesan wibawa dan sedikit menyeramkan.
"tuan maafkan aku..." hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir ranum tersebut.
Kemudian, Jelita menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia membenarkan selimut yang menutupi tubuh Rakhes hingga sebatas dada.
Setelah itu, Jelita beranjak dari duduknya dan berbalik badan. Namun, saat dia hendak melangkahkan kaki tiba-tiba ada yang menarik tangannya, membuatnya terkejut dan kehilangan keseimbangannya.
"Aahhh.." pekik nya terkejut
BRUKK ...
Jelita jatuh menimpa dada bidang Rakhes. Mata lelaki itu terbuka dan menatap tepat iris mata bulat Jelita.
"Mau kemana hmm..." lirih Rakhes berucap, suara nya terdengar serak.
"T-tuan anda sudah sadar?" tanya Jelita terbata-bata, ia segera bangkit dan melepaskan tangan Rakhes yang melingkar dipinggang rampingnya.
"A-apa ada yang sakit ? S-saya panggilkan dokter dulu". Jelita sudah seperti orang yang salah tingkah dan kebingungan sendiri.
Ia hendak berbalik badan dan melangkahkan kakinya, namun Rakhes kembali menarik tangannya.
"Tidak perlu", ucap Rakhes. Kemudian, ia berusaha untuk bangun dari posisi berbaring nya lalu bersandar diheadboard ranjang.
"K-kenapa ?" tanya Jelita keheranan
Mendengar itu, Rakhes mengangkat sebelah alis nya dan matanya menatap kearah Jelita.
"Apa aku tidak salah dengar? Kau bertanya kenapa sedangkan kau sendiri dokter. Kenapa harus panggil dokter lagi".
SKAKMAT!
Oh astaga! Jelita lupa jika dirinya juga dokter. Terlalu gugup sampai membuatnya lupa siapa dirinya.
"Kenapa aku bisa lupa kalo aku sendiri juga dokter". Rutuk Jelita pada dirinya sendiri
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut