NovelToon NovelToon
KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Selingkuh / Mengubah Takdir / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit
Popularitas:40.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Jalan berliku telah Nina lalui selama bertahun-tahun, semakin lama semakin terjal. Nyaris tak ada jalan untuk keluar dari belenggu yang menjerat tangan dan kakinya. Entah sampai kapan

Nina mencoba bersabar dan bertahan.
Tetapi sayangnya, kesabarannya tak berbuah manis.

Suami yang ditemani dari nol,
yang demi dia Nina rela meninggalkan keluarganya, suaminya itu tidak sanggup melewati segala uji.

Dengan alasan agar bisa melunasi hutang, sang suami memilih mencari kebahagiaannya sendiri. Berselingkuh dengan seorang janda yang bisa memberinya uang sekaligus kenikmatan.

Lalu apa yang bisa Nina lakukan untuk bertahan. Apakah dia harus merelakan perselingkuhan sang suami, agar dia bisa ikut menikmati uang milik janda itu? Ataukah memilih berpisah untuk tetap menjaga kewarasan dan harga dirinya?

ikuti kelanjutannya dalam

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

“Oh,,, ini…,” Nina menarik napas panjang, “Ini beberapa peralatan yang aku butuhkan untuk laundry, Mas. Aku nyuruh Yudi belikan, mumpung dia lagi longgar,” jawab Nina

“Aku sudah cari-cari yang harganya terjangkau tapi kualitasnya bagus, Mbak. Semoga sesuai sama selera Kamu.” Yudi berbicara sambil menurunkan barang-dari gerobak mobilnya.

“Ini keranjang pakaian aku pilih yang tebal, biar awet. Hangernya aku pilih dari bahan stainless. Kalo yang dari bahan plastik memang harganya lebih murah, tapi mudah patah. Nanti malah Mbak Nina harus beli lagi.” Yudi menunjukkan apa yang dibawanya.

“Sudah ini saja kan tadi pesananmu, Mbak? Ini bak besar untuk pakaian kotor, plastik laundry juga aku pilih yang tebal, selotip bening, terus deterjen dan parfum laundry. Nanti kalo ada yang kelupaan aku belikan lagi besok.”

Nina terkesiap karena takjub. Ia menatap satu per satu barang yang diturunkan Yudi. Padahal dia cuma bilang peralatan untuk buka laundry, tapi adiknya sudah membelikannya secara terperinci. “Makasih ya, Dek. Aku benar-benar bisa mengandalkan Kamu.” Nina benar-benar terharu, hingga suaranya bergetar.

“Mbak Nina ki omong opo to? Kok koyo aku ora tau sambat sampean wae, Mbak. (Bicara apa sih? Seperti aku tak pernah minta bantuan saja? Aku cuma bisa bantu tenaga aja Mbak. Dan ikut berdoa, semoga usaha Embak lancar dan sukses,” jawab Yudi sambil tersenyum.

“Om, ini bak nya besar sekali, oleh tak nggo kungkum pora? (Boleh buat berendam tidak)” Sambil bertanya, agus sudah mengambil salah satu bak besar dan masuk ke dalamnya.

Yudi tertawa melihat keponakannya yang duduk berselonjor dalam bak, dan menggerakkan tangannya seolah sedang bermain air.

“Yo ora pareng, to, cah bagus,” ucap Yudi. “Mengko yen pecah piye? (Ya tidak boleh dong anak tampan, nanti kalo pecah bagaimana?)” Yudi tidak memarahinya, melainkan menasehatinya dengan cara halus. Hingga Agus pun segera keluar dari bak, takut kalo pecah seperti kata Om nya.

“Ya sudah, Mbak cuma bilang makasih aja kalo gitu. Dan juga cuma bisa mendoakan, semoga kamu dan keluargamu selalu ayem tentrem. Gampang gon mu golek sandhang pangan, Dek!” seru Nina.

“Aamiin, yo matur suwun. Podho-podho yo, Mbak.”

“Yo wis, ayo ning omah disek, Dek. Kamu pasti capek kan, muter-muter nyariin pesanan Mbak ini tadi. Ayo Mbak e maeng ngoseng kates karo goreng pindhang. Maem disek ayo! (Mbak tadi masak oseng pepaya sama goreng pindhang. Ayo makan dulu)” Nina mengajak Yudi masuk ke dalam rumah.

Yudi tersenyum, “Iya, Mbak. Aku juga sudah lapar.”

Mereka masuk ke dalam rumah. Nina menyuruh Yudi duduk di ruang tamu, sementara ia menyiapkan minuman dan makanan. Lalu mereka pun makan bersama

Setelah selesai makan, mereka pun mengobrol ringan.

“Gimana kabar anak istrimu, Dek? Terus mertuamu, sudah ada kemajuan belum habis pengobatan?” tanya Nina.

“Keluarga Alhamdulillah baik, Mbak. Kalo mertua ya mau gimana lagi? Namanya juga stroke. Ya cuma di tempat tidur saja. Doakan saja ya, Mbak. Rejeki ku lancar. Jadi setiap kali mertua butuh terapi, aku gak kekurangan biaya.”

“Aamiin. Memang Mbak bisa nya cuma bantu doa kok Dek. Jadi gak usah Kamu minta pun pasti aku doakan.” Nina tersenyum sambil menggenggam tangan adiknya.

Wito yang melihat interaksi antara Yudi dan Nina, dalam hati merasa iri. Mereka berdua laki dan perempuan tapi bisa serukun itu. Tapi kenapa dia dan saudara nya yang lain tidak bisa seperti itu?

Setelah beberapa saat, Yudi pamit pulang. Nina mengantarnya sampai ke depan rumah.

Setelah Yudi pergi, Nina dan Wito langsung memeriksa peralatan yang dibawanya. “Aku akan bantu kamu merapikan semuanya, Dek,” ucap Wito yang langsung bergerak.

“Agus juga mau bantu, Bu.” Anak kecil itu mencoba mengangkat jerigen berisi parfum laundry, tapi nampaknya kesusahan. Jerigen berisi lima liter itu, tentu saja berat bagi anak sekecil Agus.

“Agus bawain hanger sama plastiknya saja,” saran Nina dan bocah itu menurut.

Mereka bertiga pun mulai merapikan barang-barang itu. Meja setrika, setrika uap, keranjang dan jerigen parfum mereka letakkan di salah satu sudut rumah yang akan Nina gunakan untuk tempat menyeterika. Sedangkan beberapa barang lain seperti bak, hanger dan deterjen langsung dibawa ke belakang di mana mesin cuci berada.

Setelah semua selesai, Wito menatap tumpukan barang-barang baru itu dengan wajah gusar.

“Kamu dapat uang untuk membeli barang sebanyak itu dari mana, Dek?” tanya Wito yang tak mau memendam penasaran. Pasalnya keuangan mereka saat ini sedang menipis karena mereka baru saja mengeluarkan biaya untuk selamatan 100 hari ayahnya beberapa hari lalu, dan panen juga masih kurang beberapa minggu lagi.

Nina menghela napas. “Aku pinjam dari Yudi, Mas,” jawabnya santai.

Wajah Wito langsung berubah. “Pinjam dari Yudi? Kenapa kamu nggak bilang sama aku? Kamu pinjam uang pada orang lain tanpa sepengetahuanku?!” Suara Wito terdengar tidak suka.

Nina menatap suaminya datar. “Terus kalau gak pinjam sama Yudi, mau pinjam ke mana?” tanya Nina. “Kalau kita cari pinjaman di luar, di luar itu ora ono sing jenenge duit lanang, ono ne duit wedok, duit wedok iku manak. (Tidak ada duit laki, adanya duit perempuan, beranak_ berbunga maksudnya) Kamu mau kita terjerat gali lobang tutup lobang lagi?”

“Ya tapi kenapa harus minjam sama adikmu? Aku malu Dek.” Wito mengusap wajahnya gusar.

Nina semakin tak mengerti dengan arah pikiran suaminya. Memang apa salahnya kalo dia minjam sama adiknya, toh sama-sama bayar juga nantinya, dan yang penting baginya, yang dipinjami saja boleh, ikhlas, terus kenapa Wito yang repot?

Nina mendengus kesal. “Terus kamu maunya aku minjam sama siapa, Mas? Kakakmu? Yakin dia mau minjamin kita uang?”

Wito tertohok dengan pertanyaan istrinya. Dia juga tidak yakin. Apalagi mereka sedang berselisih paham saat ini.

“Kamu jangan pura-pura lupa, Mas. Sedangkan dulu, kamu sakit sampai gak bisa jalan aja, kakakmu gak mau minjamin uang, apalagi sekarang, yang notabene nya buat modal usaha. Bisa-bisa bakar sumur kakakmu itu nanti.”

Wito terdiam sejenak. Ia tahu Nina benar. Saudara-saudaranya memang tidak bisa diandalkan dalam hal keuangan. Ia menghela napas panjang. “Tapi, Nin… seharusnya kamu bilang sama aku dulu. Kita bisa cari solusi bersama.”

Nina mengangkat wajahnya, “Solusi yang seperti apa? Apa jangan-jangan kamu mikir mau minta uang sama janda bolong itu lagi??!!” Nina menatap wajah suaminya sinis

“Ya tidak seperti itu juga, Dek.” Wito mendekati Nina, memegang tangannya. Jangan sampai hubungannya dengan Nina yang baru membaik kembali memburuk karena masalah ini. “Aku sudah janji sama kamu, aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi. Dan aku pasti menepati janjiku,”

Nina merasa sebal. Ingin sebenarnya dia menghempaskan tangan suaminya, tapi dia tahu itu tidak sopan. Apalagi dia tahu, sejauh ini suaminya memang sudah berubah. Wito lebih peduli pada keluarganya, dan juga sudah kembali sibuk kembali membantu menggarap sawah.

“Aku tahu, Dek. Kamu mungkin masih belum percaya sepenuhnya padaku. Tak apa, aku akan menunggu. Aku pasti akan menebus semua kesalahanku.” ucap Wito tanpa melepas genggaman tangannya.

“Maaf, aku marah tadi. Aku cuma malu sama adikmu. Ya sudah tidak apa pinjam sama dia. Toh nanti kita bayar juga,” ucapnya.

“Ya iya lah Mas kita harus bayar nantinya. Aku ini juga masih punya otak. Dia itu juga punya anak istri yang harus dia hidupi. Apalagi dia juga ngurus mertuanya yang lagi sakit. Mana mungkin aku tega minjam gak bayar!” Ketus Nina.

“Iya Dek, iya. Maaf, ya. Tapi lain kali, tolong bicaralah denganku dulu sebelum mengambil keputusan besar, ya. Supaya aku tidak seperti kambing congek seperti tadi. Adik Kamu belanja banyak barang untuk kita, pakai uang dia, dan aku tidak tahu sama sekali.” perlahan Wito semakin mendekat dan memeluk istrinya. Berusaha mengurai kekesalan di hati istrinya.

Nina menghela nafas lalu mengangguk. Menyadari mungkin dia memang juga salah karena melakukan sesuatu tanpa perundingan dengan suaminya. “Aku juga minta maaf, ya, Mas,” ucapnya.

.

1
Sunaryati
Itu bukan menyesal dan bersalah Wito, tapi kamu bingung cara bertahan hidup. Benar Nina kamu pindah dan usaha laundry kamu pindah juga bisa, kan. Toh Agus putramu juga sudah tahu pasti mendukung mu, semangat Nina.
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
cerdas
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
bersngkat?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
diiihhhh....tak patut 🤫
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
meladenji?🤭
Nar Sih
witoo udah kesell mungkin sampai ancam,,nina
Asyatun 1
lanjut
Sunaryati
Nah benar Anto dendam dan mrbalasnya, namun apa hubungannya dengan Romlah, bikin penasaran saja Thoor
FT. Zira
adiknya Romlah😳
FT. Zira
Ra... Sa... In.../Grin//Grin//Grin/
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
kakaknya mungkin, emang lo gak baca, dia bilang mbak romlah?
duh, wit wit..mulakno to ora usah kakean polah, duwe bojo pinter golek duit kok yo isih bertingkah... ckckck
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
yaaahhh....ancur mina deh Wit... nafsu lo kedepanin drpd logika sih
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
apa anton ini sejenis makhluk astral kah?
Aafry
Ah,,, I see. Nina has a plan/Proud/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: sebuah plan yg sangat annu ha ha
total 1 replies
Aafry
salut sama Nina/Proud/
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
maaf Thor Anda atau Anton?🙏
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: ahh, ya ampun. typo. makasih ya. akan ku perbaiki
total 1 replies
Nar Sih
wito,,komlit sdh derta mu udh duda tertipu lgi ,slh sendiri ngk bersyukur sih
Patrick Khan
wito wito tobat lah tobat
Nar Sih
ahir nya nina jdi janda dan wito ...duda anyaran sipp kak lanjutt
Asyatun 1
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!