JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU
BAB 15: KEMBALI KE LINGKARAN KUNCI DAN MISTERI AKAR KOSMIS
1. Pulang dalam Keheningan
Tuanku kembali ke wilayah Klan Pedang Abadi dengan langkah berat. Perjalanan kembali adalah perjuangan; setiap langkah menguras Qi-nya yang tersisa, terutama setelah menguras Qi Yin Mutlak dan Qi Yang (dari Jin) dalam duelnya melawan Raziqin. Jin, terlelap dalam saku jubahnya, adalah satu-satunya sumber Qi Yang yang menahannya dari ambang batas kedinginan.
Ia disambut oleh Fatimah dan Liandra di gerbang dalam.
Fatimah segera berlari mendekat, tanpa kata. Ia menyalurkan Qi Spiritualnya yang lembut untuk menstabilkan Tuanku.
"Kau menang," bisik Fatimah, matanya dipenuhi kelegaan.
"Aku tidak membunuhnya," jawab Tuanku, suaranya serak. "Aku meremukkan kesombongannya. Dia sekarang harus menghadapi Tetua Wuyan yang kekuatannya kupulihkan. Aku memberinya neraka yang pantas ia dapatkan."
Liandra, yang lebih tenang, memperhatikan detailnya. Ia melihat retakan di Batu Resonansi Yin. "Kau menggunakan teknik Pembalik. Itu menghabiskan hampir semua energi yang kami kumpulkan."
"Itu adalah harga untuk kedaulatannya," kata Tuanku. Ia menyerahkan Pedang Abadi kepada Liandra, yang menyambutnya dengan hati-hati.
2. Lingkaran Kunci dan Analisis Kegagalan
Mereka berkumpul di Ruang Strategi, tempat Pedang Abadi diletakkan kembali pada podiumnya. Tuanku menceritakan pertempuran itu dan keputusannya untuk meninggalkan Raziqin hidup-hidup.
"Tindakanmu bijaksana, Tuanku," kata Liandra, setelah mendengarkan. "Raziqin yang lumpuh adalah bencana yang lebih besar bagi Klan Umbul Sari Jember daripada Raziqin yang mati. Sekarang, fokus kita adalah Qian Yu."
Tuanku menghela napas, bersandar di dinding. "Aku harus memikirkan penglihatan itu lagi. Di masa depan, aku gagal. Aku menjadi Tuanku yang tua dan frustrasi, mencari Raziqin, padahal Raziqin bukan lagi musuh. Kegagalanku pasti ada di sini."
Ia menunjuk ke Pedang Abadi dan Cincin Kunci Kosmis Liandra.
"Pedang ini mengunci Qian Yu, tetapi aku tahu penguncian itu tidak permanen. Di masa depan, Qian Yu pasti lolos, dan aku gagal menghentikannya. Aku yakin alasannya adalah Pedang Abadi ini belum sepenuhnya utuh."
Liandra dan Fatimah saling pandang. Fatimah mengangguk. "Energi kita hanya mengisi bilahnya hingga setengah, Sati. Ia hanya bisa menciptakan celah Yin Mutlak, bukan kunci kosmis abadi."
"Lalu, apa yang kurang?" tanya Tuanku. "Aku sudah memberikan Kutukan Jiwa. Liandra memberikan Cincin Kunci. Fatimah memberikan Qi Spiritual. Jin memberikan Qi Yang. Kita punya semua penyeimbang."
Liandra mendekati podium, menyentuh Pedang Abadi dengan rasa hormat. "Klan Pedang Abadi diciptakan untuk menjaga Pedang ini, Tuanku. Kami menyimpan rahasia tentang apa yang dibutuhkan pedang untuk mencapai kesempurnaan. Rahasia yang tidak terekam dalam Cincin Kunci, melainkan di dalam darah."
3. Misteri Akar Kosmis
Liandra menghela napas panjang. "Pedang Abadi ini tidak hanya membutuhkan Qi. Ia membutuhkan Akar Kosmis."
"Akar Kosmis?" ulang Tuanku.
"Ya. Menurut legenda klan, Daratan Xianwu dibangun di atas jaringan Qi Spiritual yang luas, seperti akar pohon. Di bawah wilayah kita, terletak titik pusat di mana Qi dari seluruh daratan berkumpul. Itu adalah 'Akar Kosmis' kami. Titik Qi paling murni, yang menghubungkan daratan kita dengan alam semesta."
"Dan apa hubungannya dengan Pedang Abadi?"
"Pedang ini adalah Penebang Kosmis," jelas Liandra. "Ia tidak hanya mengunci; ia harus memutuskan hubungan Qian Yu dengan akar kekuatannya—Akar Kosmis yang sama. Agar pedang ini utuh, ia harus ditancapkan ke Akar Kosmis itu. Ritual ini disebut Jurus Penancapan Kosmis."
Fatimah menyergah, "Menancapkan pedang ke Akar Kosmis? Itu akan menguras semua Qi dari Daratan Xianwu! Itu terlalu berbahaya, Liandra!"
"Bukan menguras, Fatimah," koreksi Liandra. "Itu akan menyaringnya. Akar Kosmis hanya bisa menerima Qi yang murni. Qi Yin Mutlak yang kau simpan di pedang adalah Qi yang paling murni dan paling kotor sekaligus.
Ketika pedang ini tertancap, ia akan menyaring Qi yang tidak seimbang di seluruh daratan. Ini akan menyakiti semua orang yang menggunakan Qi secara berlebihan... termasuk Raziqin, Wuyan, dan Qian Yu saat dia bebas."
"Dan para kultivator biasa?" tanya Tuanku.
"Mereka akan merasa lemah untuk sementara, tetapi Qi mereka akan menjadi stabil dan bersih. Ini adalah operasi yang menyakitkan, tetapi perlu untuk memutus siklus peperangan dan kesombongan," jawab Liandra.
4. Ujian Berat Bagi Tuanku
Tuanku mengerti. Akar Kosmis adalah kunci untuk permanennya penguncian Qian Yu, tetapi ini adalah operasi yang berisiko besar bagi seluruh daratan.
"Dan siapa yang menancapkan pedang itu?" tanya Tuanku.
Liandra menatapnya dengan tatapan yang serius. "Pedang itu hanya dapat ditancapkan oleh seseorang yang memiliki kehendak ganda dan ikatan Yin-Yang sejati. Kau, Tuanku, dengan jiwa ganda dan Jin di sisimu, adalah satu-satunya yang memenuhi syarat."
"Jika aku menancapkannya, apa konsekuensinya bagiku?"
"Pedang itu akan menyedot semua Qi Yin Mutlakmu yang tersisa, Tuanku. Batu Giok Kutukan Jiwa akan sepenuhnya hancur, dan kedua jiwamu akan disatukan secara permanen. Tapi ada risikonya: jika kau tidak memiliki Qi Yang yang cukup, proses penyatuan itu akan gagal. Kau akan hancur dan lenyap, bersama dengan Batu Giok itu."
Tuanku memandang Jin, yang tiba-tiba bangun dan mengeong, seolah mengerti ancaman itu.
"Ini adalah pengorbanan terakhir, Tuanku," kata Liandra. "Bukan untuk membalas dendam, tetapi untuk menyelesaikan kutukan leluhurmu dan menyelamatkan seluruh Daratan Xianwu."
5. Misi Penancapan dan Janji Terakhir
Tuanku bangkit, mengambil Pedang Abadi, dan memanggulnya di punggung. Berat pedang itu terasa sebagai beban takdir, bukan logam.
"Di mana Akar Kosmis itu?"
"Di jantung klan kami, di bawah Kuil Sepuluh Ribu Pedang," jawab Liandra. "Kita harus bersiap. Qi yang dilepaskan saat Penancapan Kosmis akan membangunkan Qian Yu, atau setidaknya membuat Raziqin dan Wuyan tahu apa yang kita lakukan. Kita harus melakukannya dengan cepat."
Tuanku mengangguk. Ia memandang Fatimah dan Liandra, dua wanita yang menjadi penyeimbangnya.
"Baiklah. Kita akan melakukan ritual itu. Fatimah, kau harus menstabilkan jalur Qi-ku selama penancapan. Liandra, kau harus memimpin kita ke Akar Kosmis."
Tuanku tersenyum tipis, sebuah senyum yang kini mengandung kepastian, bukan lagi keraguan. "Dendam telah usai. Sekarang, kita akan mengubah kutukan menjadi warisan. Jurus Terakhir Tuanku adalah untuk perdamaian."
— AKHIR BAB 15 —