gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Selesai sarapan Mas Raka dan Daffa ke luar rumah untuk berangkat kerja dan sekolah, aku ikut ke depan untuk mengantar mereka berdua.
Setelah mengantar mereka ke depan, aku kembali lagi masuk ke dalam berjalan menuju dapur, sesampai nya di dapur aku membereskan sisa makanan dan mengambil piring kotor bekas kami makan.
Saat aku selesai membersihkan meja makan, dan sedang mencuci piring-piring kotor di wastafel Ibu datang, Ibu pun bertanya apakah Daffa dan Mas Raka sudah berangkat, aku pun menjawab kalau mereka sudah berangkat 15 menit yang lalu.
Ibu pun duduk di meja makan dan bersiap untuk sarapan pagi karna Ibu baru saja ke luar dari kamar nya.
Selesai mencuci piring kotor aku lanjut lagi untuk membersihkan kamar kami masing-maaing, ku mulai membersihkan kamar Daffa terlebih dulu.
Saat aku melewati Ibu, ia hanya memandang ku sekilas karna Ibu masih fokus memakan makanan nya.
Aku pun masuk ke kamar Daffa dan membersihkan nya, setelah itu aku pun melanjutkan membersihkan kamar ku.
Selesai membersihkan kamar, aku pun bersiap untuk mandi.
Selesai mandi aku pun memakai baju santai, lalu duduk di meja rias untuk memoles wajah ku tipis.
Selesai sudah semua pekerjaan ku, mandi pun sudah kini aku bisa bersantai sambil menunggu jam siang untuk menjemput Daffa di sekolahan nya.
Aku pun istirahat sejenak membaringkan tubuh ku sebentar, sambil scroll tik tok.
"Yu, Ibu ke luar sebentar ya". Izin Ibu pada ku.
Aku pun menoleh ke pintu melihat Ibu, lalu ku jawab " Iya Bu! ". Sambil menyunggingkan senyum manis pada Ibu.
Ibu pun berlalu pergi meninggalkan rumah.
Widia pov.
" Lo kenapa? ". Tanya Widia pada Puji yang terlihat bahagia.
" Apa nya yang kenapa? ". Tanya balik Puji.
Saat ini Widia dan Puji sedang berada di lestoran untuk makan-makan, sambil cerita-cerita.
Widia masih merasakan sakit hati atas pernikahan Raka dan Ayu, saat ini Widia masih tersulut emosi sehingga nasihat yang di berikan Puji tidak berguna di pendengaran nya.
Namun Puji tetap akan memberikan nasehat dan saran nya pada sahabat nya Widia.
" Sudah lah Wid, mending sekarang lo belajar ikhlas deh, biar lo bisa tenang dan bahagia!. " Ujar Puji sambil memakan makan di depan nya.
Setiap saran yang di berikan Puji, sekilas masuk ke dalam hati nya, namun karna rasa cinta nya pada Raka yang masih besar sehingga membuat nya menepiskan semua perkataan Puji.
"Owh ya bagai mana klinik lo, udah selesai belum? ". Tanya Puji kini beralih topik pembicaraan.
" Emm...masih 50% lagi sih! ". Jawab Widia.
Sejak rumah tangga Widia dengan Raka renggang, Widia memutuskan untuk membangun klinik kecantikan.
Yang kini sudah 50% terbangun dan tinggal 50% lagi.
Setelah selesai nanti Widia akan mengajukan kerja sama ke beberapa perusahaan untuk mengembang kan usaha nya, Widia berdoa semoga usaha nya yang sudah lama ia ingin kan itu bisa berjalan dengan lancar.
Widia mengidam mempunyai klinik kecantikan itu sudah lama, sebelum menikah dengan Raka, namun waktu itu Raka tidak memperbolehkan nya untuk bekerja, Widia menunda untuk mengembang kan klinik nya itu.
" Gini Wid, mending lo fokus dulu sama klinik lo. Dan lo harus bisa perlahan mengikhlaskan semua nya. " Kata puji masih berusaha memberikan hal yang terbaik untuk sahabat nya itu.
"Ok, baik lah gw usahain". Jawab Widia sambil tersenyum manis menatap Puji.
Hal yang sama juga puji lakukan.
Widia pun termenung sejenak, memikirkan perkataan Puji yang harus menjadi lebih baik dan harus ikhlas dengan semua ini.
Ayu pov.
Setelah puas istirahat, aku terbangun dan duduk di tepi ranjang, aku pun melihat jak di ponsel ku yang sudah pukul 11.56 WIB.
Aku pun melangkah ke lemari pakaian untuk mengganti pakaian ku, setelah itu memoles lagi wajah ku dengan bedak, selesai memoles tipis wajah ku, aku pun mengambil tas selempang memasukkan dompet dan juga handphone ku ke dalam tas.
Aku berjalan ke luar kamar, berjalan menuju dapur dan juga halaman rumah namun tak ku dapati Ibu di sana, aku pun melangkah kaki ku lagi ke ruang tamu, namun masih nihil ternyata Ibu belum pulang.
" Biar lah, nanti Ibu juga kembali". Gumam ku berbicara sendiri.
Aku pun mengunci pintu, dan melangkah kaki ku ke luar menuju ke rumah sekolah untuk menjemput Daffa.
Sesampai nya di pinggir jalan aku menunggu taksi, tak butuh waktu lama kini aku sudah dapat taksi dan sudah masuk ke dalam mobil menuju sekolah Daffa.
Akhir nya sampai juga, sebelum turun dari mobil aku membayar nya terlebih dulu.
"Ini ya Pak! ". Aku memberikan uang pas untuk sopir nya.
Sopir taksi itu pun mengambil uang dari tangan ku.
" Terimakasih Pak". Ucap ku lalu aku turun dari mobil.
Aku berjalan menuju depan gerbang sekolah, masih ada waktu sedikit untuk menunggu Daffa, biar lah aku akan menunggu nya di depan sini saja.
Tak lama Daffa pun keluar, dan gerbang sekolah di buka. Seperti biasa nya Daffa memnggil ku sambil tersenyum manis ke arah ku, aku pun membalas senyum nya dengan senyum tak kalah manis juga yang ku tampil kan.
Saat Daffa sudah keluar gerbang, aku dan Daffa pun berlalu pergi dari sana, sebelum pulang aku dan Daffa akan pergi makan di tempat biasa yaitu warung mang Bud yang jarak nya sudah dekat rumah.
Aku dan Daffa menunggu taksi di pinggir jalan, tak butuh waktu lama akhir nya taksi pun ku dapat kan, aku dan Daffa bergegas masuk ke dalam mobil yang sudah ku berhentikan.
Saat sudah sampai, aku meminta sopir taksi untuk berhenti di tempat yang telah ku sebutkan sebelum nya tadi.
Tak lupa aku pun membayar nya terlebih dulu, lalu aku dan Daffa turun dari mobil, aku dan Daffa berjalan menuju warung mang Bud, sesampai nya di sana dan kami pun sudah duduk di kursi, aku dan Daffa memesan makanan seperti biasa nya.
Sambil menunggu pesanan, Daffa bercerita panjang lebar tentang sekolah nya, dan aku menjadi pendengar nya saja sambil sesekali merespon omongan nya dengan tersenyum bahagia pada nya.
Tak lama pesanan kami pun datang, aku menyuruh Daffa untuk makan terlebih dulu baru setelah itu melanjutkan cerita nya lagi.
Aku dan Daffa menikmati makan kami walapun hanya makan bakso dan juga mie ayam dan jangan lupakan es teh manis yang biasa kami pesan setiap ke makan di warung mang Bud.
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘