Bagai tikus dan kucing yang hampir setiap harinya bertengkar membuat semua orang sudah tidak kaget lagi jika melihat Elang dan Eliza terlibat perdebatan.
mereka tidak mau kalah satu sama lain dan selalu membalas. namun siapa sangka pertengkaran itu akan membawa mereka menuju ke sebuah ruang hati yang di penuhi dengan bunga bermekaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Pagi itu saat Emma keluar rumah, gadis itu di buat keheranan karena ada seorang yang berhenti tepat di depan rumahnya.ia juga tidak tahu siapa itu. Semalam juga ada nomor asing yang tiba-tiba saja menghubunginya tapi ia tidak menghiraukannya sama sekali karena ia pikir itu hanyalah orang iseng saja.
Penasaran, tentu saja. Ia pun menghampiri orang itu dan ingin memastikannya. Tapi, saat orang itu melepas helm nya ia di buat terkejut karena orang itu adalah Laksa.
"Pagi cantik. Udah siap? Ayo berangkat." kata Laksa dengan tersenyum.
"Ngapain disini?" tanya Emma bingung.
"Kan tadi malam aku udah chat kamu mau jemput dan kita berangkat bareng."
"Aku nggak bilang mau. Lagian kamu dapet dari mana nomor aku?"
"Adalah. Udah ah berangkat. Aku udah bawain kamu helm."
Tiba-tiba saja Eliza datang di saat yang tepat. Emma langsung tersenyum dengan senangnya melihat itu. Berbeda dengan Eliza ketika ia melihat Laksa sudah di sana, bukannya berhenti justru gadis itu langsung berlalu begitu saja yang membuat Emma bingung dan keheranan.
"El!!!!!!" teriak Emma dengan kesalnya.
"Gue berangkat duluan. Lo bareng dia aja." kata Eliza dengan terkekeh.
"Aaahhh ini gimana sih konsepnya. Kamu juga ngapain disini huh." kata Emma dengan kesalnya.
"Kalau nggak mau nggak papa, aku nggak maksa kok." kata Laksa yang membuat Emma kalut dan bingung. Tapi ketika gadis itu melihat ke jam tangannya membuatnya akhirnya mau tak mau mengiyakan saja.
Laksa tersenyum manis karena Emma mengiyakannya. Gadis itu juga terpaksa dan sesampainya di kampus tentu saja ia akan memberikan pelajaran ada Eliza karena dengan sengaja meninggalkannya.
Emma memberikan jarak ketika membonceng Laksa. ia tidak nyaman jika terlalu dekat apalagi sampai bersentuhan.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di kampus. Emma turun dan langsung pergi begitu saja sehingga membuat Laksa mengejarnya, bukannya berhenti tapi justru Emma malah terus berlari yang membuat mereka kejar kejaran seperti kucing dan tikus.
Beberapa mahasiswa yang melihat mereka juga terheran-heran karena Emma berlari dengan masih memakai helm, sementara di belakangnya ada Laksa yang masih mengejar.
"Apaan sih ngapain ngejar gue terus." Kata Emma dengan menoleh ke belakang.
"Helm." Kata Laksa yang membuat Emma berhenti kemudian mengecek kepalanya yang ternyata masih ada helm nya. Ternyata Laksa mengejar karena dia lupa melepas helm.
"Ahhh gue lupa, sorry." Ucap Emma yang merasa malu sendiri.
"Lagian kenapa lari? Lu segitu takutnya sama gue?" Kata Laksa.
"Bukan gitu maksudnya." Kata Emma yang mencoba melepaskan helmnya tapi ia tidal bisa.
"Butuh bantuan?" Tanya Laksa.
"Menurut Lo?" Kata Emma dengan kesalnya yang membuat Laksa hanya tersenyum saja.
"Kalau butuh bantuan bilang cantik jangan malah lari dan marah-marah ngga jelas. Sebentar..." Kata Laksa setelah melepaskan helm yang di pakai Emma kemudian merapikan rambut gadis itu yang terlihat berantakan.
"Udah. Gue ke kelas dulu. Oh ya nanti pulangnya bareng ngga?" Tanya Laksa.
"Ngga, gue bareng El. Makasih tumpangannya." Kata Emma dengan pergi.
"Sebentar!!!" Seru Laksa dengan mencegah Emma pergi
"Apa lagi??? Lu lama-lama bikin gue darah tinggi tau ngga." Seru Emma dengan kesalnya.
"Hehehe sorry...lu kan belum makan, nih gue ada bekal, dia makan di kelas lu aja." Kata Laksa dengan menyerahkan bekalnya yang sengaja di buat.
"Ngga ngga gue udah makan kok makasih tawarannya." Ucap Emma tapi Laksa memaksa dan langsung menyerahkan bekal itu pada Emma setelah itu ia pergi.
"Ahhh terserah lah, aneh banget tuh orang, apa tadi dia bilang? Di makan di kelas aja? Yakali gue makan disini." Gumam Emma dengan kesalnya sambil membawa bekal Laksa.
Sesampainya di kelas, Eliza hanya menyengir saja sehingga membuat Emma langsung memukulinya dengan kesalnya. Melihat kotak bekal yang di bawa Emma membuat Eliza tersenyum seolah menggoda Emma.
Ketika Elang datang tanpa Eliza sadari, gadis itu tersenyum manis ke arah Elang. Tentu saja pria itu keheranan ada apa dengan Eliza. Pikirannya pun langsung tertuju pada sesuatu yang membuat ia menggelengkan kepalanya.
Eliza membawa paper bag yang berisi jaket Elang. Sebenarnya ia ingin mengembalikannya sekarang, tapi mengingat di kelas masih banyak orang, alhasil Eliza pun hanya menundanya saja.
Saat istirahat, Eliza mencari Elang tapi tidak menemukannya. hingga pada akhirnya ia menunggu di loker Elang agak lama. Pria itu pun datang yang membuat Eliza bernafas lega
"Ngapain Lo disini?" tanya Elang dengan heran.
"Nih. Maaf lama."
"Apa?"
"Jaket."
"Heh gue pikir Lo sengaja nggak mau balikin. Ekheemmm...Lo inget janji lo semalem kan." kata Elang.
"ck iya iyaaa...abis kelas selesai." ujar Eliza.
"Ngapain nanti, sekarang aja bisa." kata Elang membuat Eliza terkejut.
"kan masih ada kelas. gimana sih Lo."
"bilang aja lo mau kabur."
Berurusan dengan Elang memang akan berakhir sangat menyebalkan. Eliza hanya bisa tersenyum kecil saja sambil menahan kekesalannya. Ia pun hanya mengiyakan saja.
Sesampainya di parkiran, Eliza menaiki motornya sementara Elang pun juga begitu. Eliza menatap Elang dengan hanya menghela nafasnya saja.
"Pake motor gue." kata Eliza.
"Ogah gue. Mana muat di pake sama gue. Nggak mau gue." kata Elang
"Gue juga ogah pake motor Lo. Yang ada turun-turun encok semua pinggang gue."
"Lo niat sama janji Lo nggak sih?"
"Ya makanan kesini pake motor gue."
Elang benar-benar di buat kesal dengan Eliza. Menatap motor tua itu saja sudah membuatnya merinding. membayangkan macet di tengah jalan sungguh membuatnya tidak ingin melakukannya.
Di tambah lagi tubuh tinggi yang Elang miliki tentu saja membuatnya akan terlihat begitu aneh ketika mengendarai Vespa tua milik Eliza.
setelah berdebat cukup lama, akhirnya Elang pun mengalah. Banyak pasang mata yang melihat mereka berboncengan keluar kampus, dan tentu itu akan menjadi gosip baru di kampus itu.
"Hati-hati jangan sampai lecet." kata Eliza
"Ini motor harusnya udah masuk museum." kata Elang yang langsung di cubit oleh Eliza sehingga membuat motor yang mereka kendarai sedikit oleng.
"Ini mau kemana?" tanya Elang.
"gua aja lah yang depan. Lo nggak tau jalannya."
"Lo tinggal tunjukin jalannya susah amat."
"Lurus aja ke dapan nanti belok kanan."
"Pegangan, gue ngebut nih." kata Elang yang membuat Eliza dengan canggungnya memegangi pinggang Elang.
Sungguh apakah ngebut yang di maksud apakah seperti itu? Bahkan di bandingkan dengan motornya itu belum seberapa. Bahkan tarikan gasnya pun sudah mentok, tapi ia merasa itu sangatlah pelan.
"Lo sebenarnya seneng kan meluk gue." kata Elang yang tidak terdengar jelas di telinga Eliza.
"Iyaa." jawab Eliza seadanya karena ia tidak terlalu mendengar ucapan Elang. Sementara pria itu hanya tersenyum kecil saja.