Tak ada yang menyangka jika orang yang dianggap musuh ternyata orang yang dikirim Tuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam hidupnya.
Walau banyak sekali rintangan untuk mengucap janji suci. Tapi jika Tuhan sudah berkehendak rintangan seberat apapun tidak akan mengalahkan tekadnya.
Gama Alexander berubah menjadi posesif ketika sudah menjadi suami Elata. Tegas dan mempunyai karismatik yang menawan. Sehingga tak banyak yang kagum pada sesosok pengusaha muda tersebut.
Elata wanita yang dari dulu sangat dicintai dan diinginkan Gama. Siapa yang tidak kenal dengan wanita jutek itu. Tapi, setelah menikah dengan Gama, Elata berubah menjadi sosok yang ramah. Berbeda jika pada saat dengan Gama, wanita cantik itu akan berubah 180 derajat. Tingkah absurdnya akan kembali.
Apakah Gama dan Elata akan tetap bertahan dengan pernikahannya seperti waktu mereka pacaran dulu dengan cobaan yang akan datang menimpa pernikahan mereka. Ataukah akan sebaliknya?
Simak di MEIML
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seizy kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gama vs Elata
Sebelum membaca lanjutan nya. Aku mau minta vote nya boleh ?
Kalau boleh. Maaciihhhhh 😘😘
Jangan lupa budayakan like nya kalau sudah mampir..
Sudahkah di Like episode yang sebelumnya?
Jikalau sudah. Ok, maacihhh 😘😘😘
****
Tak ada banyak kata yang selalu bisa aku ungkapkan. Hanya mampu mengandalkan semilir angin yang berhembus menerpa prasaan.
Semoga kamu dapat merasakan hembusan angin yang mewakili hatiku.
Terlalu naifkah atau terlalu pengecutkah aku? Yang tak mampu hanya mengatakan sebuah kala i love you.
Terlalu naifkah atau terlalu pengecutkah aku? Yang tak bisa mengungkapkan, aku tida bisa jauh darimu.
Mungkin ini tidak masuk akal, tapi itulah perasaanku.
_Gama alexander_
****
Motor melaju menembus malam yang sunyi. Gama terlalu senang. Senyum di wajahnya ia terbitkan. Sudah lama Gama dan Elata tidak berjalan seperti saat malam ini. Angin yang kencang menyapu rambut Elata yang di biarkan terurai.
Motor sport hitam Gama berhenti tepat di depan, di tempat yang akan mereka kunjungi untuk mengisi perut Gama yang sudah keroncongan.
Bukan cafe atau sebuah restourant. Tapi hanya sebuah warung makan soto yang terletak di pangkalan.
"Pak, soto ayamnya dua ya!" Pesan Gama pada pedagang soto itu, setelah turun dari motor dan duduk di tempat yang di sediakan. Tempatnya sederhana tapi terlihat bersih dan rapi juga nyaman.
"Pake nasi gak, Mas?" Tanya si Bapak tukang soto pada Gama yang sudah duduk berhadapan dengan Elata, meja panjang menjadi pembatas mereka.
"Nasinya satu aja ya, Pak!" si Bapak mengiyakan.
"Kok cuma satu?" Elata menyeringai "Loe gak pake nasi? Katanya belum makan "
"Sepiring berdua aja nasinya" Gama terkekeh. Elata memutar bola matanya. Jengah.
Tak lama pesanan yang di pesan Gama pun datang. Tidak lupa si Bapak mempersilahkan pada pelanggannya itu. Gamapun tersenyum, menghayutkan.
"Kok loe gak pernah bilang kalau di pangkalan ini ada soto yang enak kaya gini?" Komentar Elata saat sudah memasukan dan merasakan rasa sensasi enak di mulutnya.
"Loenya gak nanya" Gama terus memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Sepertinya memang sedang lapar pemuda itu. Elata terkekeh melihat Gama yang tak hentinya memasukan soto itu ke dalam mulutnya.
"Kenapa gak loe kasih tau aja?"
"Emangnya loe siapa gue, harus gue kasih tahu?" Gama mencoba menggoda Elata.
"Loe maunya gue jadi siapa, loe?" Elata berbalik bertanya pada pemuda yang ada di hadapnya. Alisnya ia naik turunkan, seakan peka dengan apa yang di katakan Gama.
Gama jadi salting, pemuda itu berdehem kemudian meneguk air mineral yang ada di depannya. Rasanya tenggorokannya seperti mendadak kering. Elata hanya terkekeh melihat Gama seperti itu.
"Sans Gam, gak pantes loe salting gitu" Elata menggelengkan kepalanya, senyum jahilnya ia terbitkan. Kemudian menopang dagunya setelah mangkuk yang masih berisi soto itu ia geserkan kesampingnya.
Gama semakin salah tingkah. Tatapan Elata mampu membuatnya seperti ia bukan seorang Gama Alexander. Yang cuek dan dingin.
"Apa sih loe liatin gue gitu amat?" Gama benar-benar nervous di buatnya.
Ya ampun Elata, kok bisa loe jadi bar-bar gini? Gumam Elata dalam hati.
Kemudian menetralisasikan kembali dirinya.
****
Malam itu semakin tak di mengerti oleh perasaan ke duanya. Elata ataupun Gama di buat galau dengan apa yang mereka rasakan.
Tak ada yang bicara saat ke duanya sudah pergi dari tempat makan itu. Saat di motor juga seperti itu. Tak ada yang mereka katakan. Sampai di pintu gerbang rumah Elata merekapun hanya diam.
Hening....
"El," Gama memanggil Elata saat gadis itu melangkah menjauh dari Gama. Elata menoleh, membalikan tubuhnya. Kenapa gue jadi grogi gini? Gumam Elata dalam hati.
"Loe besok sekolah?" Lah Gama, di kira mau ngomong apa.
Elata hanya menganggukan kepalanya.
"kenapa? "
"Gak papa, cuma nanya doang" Kemudian Gama melajukan motornya kembali. Tanpa menoleh lagi pada gadis yang sedang mematung di depan gerbang rumahnya. Sebuah lengkungan di bibir gama ia terbitkan.
"Dasar aneh, gak peka, datar, muka tembok, gunung es, kutu buku, sial... Gama sialll...." Elata trus menggerutu sampai ke dalam rumahnya. Tiba-tiba
"Siapa yang sial, El?" tanya seseorang yang sedang berada di meja makan.
Elata hanya nyengir. kemudian Elata ikut bergabung di meja makan bersama orang tuanya.
"Kalau pulang tuh, ucapin salam. Ini malah menggerutu gak jelas!" Tuh 'kan di omelin Mama Dara
"Wa'alaikum salam, Mama" Elata beranjak dari duduknya, kemudian berlalu menaiki anak tangga rumahnya.
"Eh, ini anak kebiasaan. Kalau lagi di kasih tau malah kabur" Mama Dara hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang dari dulu tidah berubah.
"El.. Gak takut dosa apa? Mamanya lagi ngomong main pergi aja" Mama Dara kembali bersuara saat Elata sudah ada di tengah tapakan anak tangga itu.
"Dosanya yang takut sama El, Ma" Elata kembali menjawab. Tetapi tak menoleh pada sang Mama dan tetap poskus pada kakinya yang melangkah menaiki tangga. Elata merasa cape dan kantukpun tak lagi bisa ia tahan. Sampainya di kamar yang mendominasi warna pink putih itu Elata langsung menjatuhkan tubuhnya di empuknya kasur. Tak lama ia pun terlelap tanpa mengganti pakaiannya lebih dulu dengan piama tidur.
****
Haripun terus bergati. Dan pagipun terus berlalu. Minggu perminggu seakan tak pernah lelah untuk mengejar waktu.
Di sekolah SMA Garuda keadaan koridor sangatlah sepi, karna ini waktunya semua murid mengikuti pelajaran yang di berikan oleh para guru. Semua kelas tertutup nan hening. Hanya suara para guru saja yang terdengar karna menerangkan tentang pelajaran-pelajaran yang di sampaikan.
Tapi berbeda dengan kelas 12 IPA 2. Mereka masih dengan keadaan ribut di dalam kelas. Yuda, sebagai ketua kelas sudah tak sanggup menghentikan kegaduhan yang di buat teman-teman kelasnya. Askan si biang onar, apa lagi yang dia lakukan sehingga membuat para temannya tertawa terbahak.
"Kalau gue jadi loe, ogah gue jadian sama cowo teletabis kaya si Bubur" Ucapnya lantang pada Amel. Yang di jadikan bahan ejekan Askan. Semua yang ada di kelas tertawa lepas.
"Mending loe sama gue aja!" Ucap Askan lagi. Ia berdiri di depan kelas dengan bertolak pinggang.
"Mana ada si Amel mau sama loe, As. kalaupun mau dia pasti udah di kasih air kopi yang di jampi-jampi dulu sama, loe" Kini Flora meladeni Askan. Kembali semua orang di buat tertawa oleh Flora.
"Kalau gitu loe aja. Mau?" Tanya Askan pada Flora yang sudah sejak lama pemuda itu memendam hati padanya.
"Najiss" Jawabnya singkat dan berhasil bikin denyutan di hati Askan terdengar krekkk..
Jleb.. Nyentub banget
Askan memegang kuat dadanya, seakan sakit yang ia rasa.
"Sakitnya tuh disini gay's" Flora terkekeh melihat Askan.
"Lebay, loe" Kini suara itu keluar dari Gama sambil melempar pena yang ia pegang pada Askan. Askan memekik karna pena itu tepat mengenai kepalanya.
Kembali semua orang di buat tertawa oleh Askan si biang onar.
"Gay's itu suara siapa ya? loe pada denger gak? gue denger tapi kagak ada jirimnya " Elata, cewe paling jutek se SMA Garuda tiba-tiba ikut nimrung.
"Suara apa sih, El?" Semua orang tiba-tiba serius menatap Elata yang berdiri dari duduknya.
Hening....
"Itu, yang tadi bilang 'lebay loe' sama Askan. siapa sih yang ngomong? " Elata menirukan gaya bicara Gama saat meledek Askan.
"Tahau. Siapa ya?" Askan malah menjawab guyonan Elata. Semua orang terkekeh melihat Elata dan Askan yang hendak mengerjai Gama.
"Loe denger juga, As?" Tanya Elata. Askan mengangguk iya.
"Apaan sih loe berdua?" Kini Gama yang membuka suara.
"Gak lucu tahu" lanjutnya kembali
"Memangnya kalau yang lucu itu kaya gimana?" Elata melangkah mendekat pada meja Gama. Tangannya ia lipat di atas dada.
"Yang lucu tuh, ini" Gama berdiri dari duduknya. Perlahan mendekat ke arah Elata. Elata kaget, lantas ia memundurkan dirinya. Gama terus maju dan Elatapun terus menghindar hingga akhirnya kaki Askan yang sengaja ia rentangkan di belakang kaki Elata. Elata yang terus memundurkan dirinya dan matanya terus menatap Gama lantas tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya gara-gara kakinya tersandung kaki Askan.
Gama dengan sigap menarik tangan Elata agar gadis itu tak tetjatuh. Saking kerasnya Gama menarik tangan Elata. Elata menubruk tubuh Gama hingga ke duanya jatuh tersungkur ke lantai di depan semua teman-teman kelasnya.
Gama terdiam sekejap begitu juga Elata. Ia dapat kembali merasakan hembusan nafas Gama yang menyapu wajah cantiknya. Jantungnya semakin tak dapat di kendalikan. deg deg deg deg Elata dapat mendengar suara itu. Apa itu suara jantung gue ya? gumam Gama dalam hati.
Deg deg deg. Jantung gue kok kenceng banget sih loe suaranya. Bikin gue jadi gak bisa nahan diri nih.
Hah, terus ini apa? Kok keras banget..Elata trus bergelut dengan pikirannya. Wajah Elata dapat di pastikan saat ini seperti kepiting rebus.
Dirinya dapat merasakan sesuatu yang keras mengganjal di bawah sana. Apa itu? Dosa kah ini? Elata belum nikah. Kok sudah bisa merasakan yang mengeras itu? Posisi mereka masihlah seperti itu. Kalau ketahuan Papa Doni bisa di sangka lagi nganu-nganu ini. Elata terkekeh. Sampai ke duanya sadar saat teman-teman mereka mencie-cie kan Gama dan Elata.
"Astaga.....Drama banget sih loe berdua?" Teriakan Askan membuyarkan Elata dan Gama yang sedang tatap menatap. Merasakan setiap detakan dan hembusan yang menerpa wajah mereka. Elata segera berdiri dari posisinya. Merapikan Seragam dan rambutnya. Begitu juga dengan Gama, melakukan hal yang sama seperti Elata.
Semua orang yang ada di kelas tidak ada yang tidak tertawa memang. Menyaksikan drama yang berdurasi pendek tersebut. Bak yang lagi nonton drama korea, semua orang terpesona akan adegan yang di lakukan pemeran utama.
Mata bulat Elata menoleh pada sasaran yang mengakibatkan dirinya menjadi bahan candaan teman-teman sekelasnya. Selain mencie-ciekan, mereka juga mensuit-suitkan pasangan yang mereka tau tak pernah akur ini. Tapi sekarang mereka berpikir untuk menyatukan dua insan yang berbeda pemikiran.
Askan, yang melihat tatapan tak bersahabat dari Elata, perlahan menjauh dari sang empu mata yang menatapnya. Seakan ingin menerkam wajahnya.
Askan nyengir dan mengangkat tangannya membuat hurup V di jarinya. Kemudian lari ngacir saat Elata akan memukulnya. Semua yang ada di kelas di buat tertawa oleh Askan dan Elata.
TBC