Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teroris
“Dokter Roberto ditembak di tempat, dia sudah meninggal.”
“Apa?”
“Dokter Roberto ditembak saat berusaha menyelamatkan seorang anak.”
“Cepat kirimkan anggota kita ke sana. Basmi semua teroris. Aku mau yang sudah membunuh dokter Roberto dihabisi!”
Kemarahan jelas terlihat di wajah Ortega. Dokter Roberto adalah teman baiknya. Demi dirinya, dokter bedah umum itu meninggalkan karirnya lalu mengikuti Ortega ke Oscuro. Roberto selalu membantu anggota Oscuro yang terluka atau tertembak. Beberapa kali dia berhasil menyelamatkan anggota Oscuro yang terluka saat menjalankan misi.
“Kamu mau membawa siapa?”
“Jerry, Rene, Ilsa, Max, Pravesh, Fahad, Hugo dan Mario. Aku sendiri yang akan memimpin ke sana.”
“Aku ikut.”
“Kamu di sini saja. Aku tidak mau kamu terluka juga.”
Tidak ada pilihan bagi Fellipe kecuali mengiyakan apa yang dikatakan Ortega. Dia mengerti perasaan temannya itu. Pasti Ortega tidak mau kehilangan rekan kerja lagi. Padahal Fellipe berani ikut karena ada Mario. Dia yakin pria yang baru bergabung dengan Oscuro itu bisa melindungi dan menjaganya dengan baik.
Dengan langkah lebar, Ortega keluar dari ruangannya, lalu berjalan menuju ruang olahraga. Semua anggota Oscuro sedang berkumpul di sana. Melihat kedatangan Ortega, semua langsung berkumpul. Wajah pimpinan Oscuro itu nampak serius. Sepertinya ada hal penting yang hendak disampaikan.
“Aku baru mendapat kabar kalau teroris memasuki lagi Abu Hamad. Roberto yang sedang mengambil obat-obatan dan peralatan medis di sana tertembak.”
“Apa? Bagaimana keadaan Roberto?” tanya Ilsa.
“Dia meninggal di tempat.”
“Aku akan ke sana. Aku akan mencari siapa yang sudah membunuh Roberto.”
Nada suara Ilsa terdengar emosional. Pasalnya dia memiliki hubungan baik dengan dokter tersebut. Bukan hanya itu, diam-diam Ilsa menjalin hubungan asmara dengan Roberto. Bahkan dia sudah berencana menikah dengan dokter berusia empat puluh tahun itu setelah misinya di Oscuro selesai.
“Hugo, Rene, Jerry, Max, Fahad, Pravesh dan Mario, kalian ikut dengan ku dan Ilsa ke Abu Hamad.”
“Siap!”
Semua langsung bersiap setelah mendengar perintah Ortega. Nama yang dipanggil bergegas menuju ruang senjata. Mereka mengambil senjata seperti pistol, senapan mesin, peluru dan granat untuk menghadapi teroris di Abu Hamad.
Kota yang berada di bagian timur laut Sudan itu memang beberapa kali kerap didatangi oleh kelompok pengacau seperti teroris, perampok atau kelompok separatis. Tujuan mereka salah satunya untuk masuk ke Bir Tawil dan Segitiga Halayeb. Selain itu, Abu Hamad juga terkenal sebagai salah satu pusat eksplorasi emas utama di Sudan. Tentu saja mereka tergiur untuk menguasai kota tersebut.
Sejak Ortega mendirikan Oscuro di Bir Tawil, pria itu sudah bersepakat dengan pemerintahan di Kota Abu Hamad untuk menjamin keamanan mereka. Sebagai balasannya, Ortega bebas keluar masuk Bir Tawil melalui jalan yang dibuat olehnya. Selama tiga tahun terakhir, keamanan Abu Hamad tetap terjaga karena andil Oscuro.
Dengan menggunakan dua buah Jeep, ke sembilan orang itu berangkat menuju Abu Hamad. Jerry berada di belakang setir, di sampingnya Ortega duduk. Pria itu sedang menyiapkan pistolnya. Di bagian belakang duduk Agam dan Ilsa. Sementara lima orang tersisa berada di mobil lain.
Selama sepuluh menit kedua kendaraan itu melaju di sebuah terowongan. Lima menit kemudian mereka sudah keluar dari sana. Pintu keluar terowongan berada di Abu Hamad. Sesampainya di kota tersebut, keadaan kota sedikit lengang. Banyak pertokoan tutup. Mereka takut dengan adanya teroris yang datang.
Mata Ortega mengawasi jalanan yang sepi, hingga akhirnya matanya menangkap seorang pria paruh baya berjalan tertatih menuju rumahnya. Dengan gerakan kepala, Ortega memerintahkan Fahad mendekat. Kebanyakan orang Sudan menggunakan bahasa Arab, karenanya dia membutuhkan Fahad yang memang menguasai bahasa tersebut. fahad adalah warga negara Qatar yang mendaftar sebagai tentara Oscuro.
“Bapak baik-baik saja?” tanya Fahad.
“Apa kalian dari Oscuro?”
“Ya.”
“Terima kasih, Tuhan. Akhirnya pertolongan-Mu datang juga.”
“Bagaimana keadaan di sini?”
“Sangat kacau. Teroris sudah menguasai kantor pemerintahan dan juga tambang emas.”
“Dokter Roberto, apa Bapak tahu di mana jasadnya?”
“Pria malang. Jenazahnya ada di salah satu rumah warga. Dia mati tertembak saat menyelamatkan Tariq.”
“Apa Bapak tahu berapa jumlah mereka?”
“Cukup banyak, mungkin lima puluh lebih. Mereka juga membawa persenjataan lengkap.”
“Terima kasih ata informasinya. Lebih baik Bapak berada di rumah saja. Jangan keluar sebelum keadaan aman.”
“Terima kasih.”
Pria itu segera melanjutkan langkahnya. Memasuki rumahnya lalu menutupnya rapat. Fahad bergegas kembali menuju Ortega dan rekan-rekannya. Dia langsung melaporkan informasi yang didapatnya tadi. Ortega langsung mengambil ponsel lalu menghubungi Fellipe.
“Halo.”
“Kirim lagi 20 orang tentara ke sini. Sepuluh orang berjaga di sekitar rumah penduduk, sisanya menuju tempat pertambangan.”
“Baik.”
Panggilan Ortega dan Fellipe berakhir. Pria itu kemudian mengeluarkan sebuah peta lalu menaruhnya di atas kap mobil. Pria itu menandai titik-titik mana saja yang dikuasai teroris. Jumlah teroris hanya 50 orang, pasti mereka membagi ke dalam beberapa kelompok.
“Mereka berada di dua tambang emas ini, kantor pemerintahan dan juga pusat kota. Lebih dulu kita menuju tambang emas. Fahad, kamu pimpin yang lain menuju tambang ASGM. Aku bersama Jerry, Ilsa dan Mario akan menuju Blok 67.”
“Baik.”
Kedua kendaraan tersebut segera mengambil arah berbeda. Mobil yang dikendarai menuju Blok 67. Tambang emas Blok 67 termasuk yang terluas di Abu Hamad, luasnya sekitar 300 kilometer persegi. Lokasi tambang ini sedianya akan diambil alih oleh PT. GTBO, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tambang asal Indonesia. Namun konflik yang tak kunjung mereda ditambah situasi politik, membuat proses ini masih terhambat.
Sesampainya di Blok 67, keempat orang tersebut segera turun dan mobil. Ortega mempelajari situasi di sana menggunakan binocular. Nampak sepuluh orang bersenjata berjaga di sana. Ortega memerintahkan tiga orang yang bersamanya untuk berpencar.
Dengan mengendap Agam berjalan menuju arah timur. Nampak tiga orang tengah duduk santai sambil mengobrol. Di tangan mereka terdapat senapan yang siap digunakan untuk menembak siapa pun yang mendekat. Agam mengambil batu, lalu melemparkan ke arah kanannya.
“Siapa itu?” tanya salah satunya sambil bersikap waspada.
Hanya situasi hening yang didapat. Agam kembali melempar batu ke arah yang sama. pria itu langsung menembakkan senjatanya ke sana. agam melemparkan batu ke arah kirinya. Lagi sebuah tembakan diberikan. Agam mengambil dua batu lalu berturut-turut melempar ke kiri dan kanan.
Dengan cepat dua orang segera bergerak menuju arah suara. Sementara yang satu masih bersiaga di tempatnya. Dia memandangi sekeliling sambil mengarahkan senjatanya. Perlahan Agam mendekati pria itu. Kemudian dengan satu gerakan cepat dia menyergap pria bersenjata itu.
Terkejut dengan serangan tiba-tiba Agam, pria itu terjatuh. Senjata di tangannya terlepas. Dengan cepat dia merangkak dan hendak mengambil senjatanya, namun Agam sudah lebih dulu sampai kemudian memukul kepala teroris itu sampai jatuh pingsan.
Agam menundukkan kepalanya ketika sebuah peluru mengarah padanya. Peluru yang dilepaskan mengenai batu di belakangnya. Agam segera bersembunyi di balik batu karena penyerangnya terus memberondongnya dengan senjata. Dari balik batu, Agam membalas tembakan.
Melihat Agam yang terdesak ke balik batu, penyerangnya maju sambil terus menembakkan senjatanya. sambil menjatuhkan diri Agam keluar dari persembunyian lalu menembakkan senjatanya. tiga buah tembakan dilepaskan olehnya dan semuanya berhasil mengenai tubuh penyerangnya. Pria itu terkapar di tanah dengan tubuh bersimbah darah.
Dua orang berhasil dilumpuhkan, hanya tersisa satu orang lagi. Mendengar suara tembakan, pria terakhir bergegas kembali ke tempatnya tadi. Melihat dua orang rekannya sudah berhasil dilumpuhkan, pria itu menembak senjata secara asal. Agam masih mengintai dari balik batu. Menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Tembakan pria itu terhenti ketika kehabisan peluru. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Agam. Dia keluar dari persembunyiannya seraya meloncat ke arah lawannya. Tubuh pria itu terjatuh dengan Agam berada di atasnya. Tiga buah pukulan diberikan oleh Agam, darah sudah keluar dari hidung dan mulutnya. Agam berdiri kemudian memberikan hantaman terakhir. Dia menendang kepala pria itu hingga sang lawan dibuat tak sadarkan diri.
Di tempat lain, Ortega juga sudah berhasil membuat tiga teroris meregang nyawa. Pria itu berjalan menuju area lain. Di tengah perjalanan, seorang teroris menyergap. Ortega terjatuh ke tanah dan senjata di tangannya terlepas. Belum sempat pria itu berdiri, sang teroris sudah berada di depannya. Tangannya mengarahkan senjata pada Ortega.
***
Sabar ya Ortega, besok aku mau libur dulu🤭
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/