🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15. Kedatangan Rey
Tiga minggu telah berlalu, namun hubungan antara Nira dan Arka seperti jalan di tempat. Tak ada kemajuan sama sekali. Bisa diibaratkan pernikahan mereka seperti makanan yang terasa hambar.
Bagaiamana tidak? Bicara saja jarang. Arka pulang saat Nira sudah tertidur pulas. Saat pagi menjelang, Arka berangkat ketika penghuni rumah masih tertidur lelap.
Ditambah lagi, sekarang Nira memilih tidur di kamar yang berbeda. Dia tak mau lagi satu kamar dengan Arka. Bukan karena apa-apa. Bagaimanapun dia wanita normal, apabila setiap hari disuguhi pada sesosok pria tampan seperti Arka, hatinya pasti akan goyah. Karang yang kokoh saja apabila dihantam air laut terus menerus pasti akan terkikis. Apalagi hati seorang wanita normal seperti Nira.
Nira menjaga hatinya agar tidak jatuh cinta pada Arka. Karena Nira sendiri tahu kalau Arka juga tak akan pernah mencintainya. Dan dia sadar kalau pernikahan ini hanya sebagai ajang Arka membalas papanya yang pernah menolak kerja sama.
___
Hari ini kebetulan hari minggu dan sudah pasti kalau Arka libur dari aktivitas padatnya di kantor.
Nira yang merasa suntuk di dalam kamar akhirnya keluar. Saat menuruni tangga, langkahnya sejenak berhenti saat melihat Rey yang berjalan menghampiri Arka di ruang santai.
"Bukankah ini hari minggu?" Nira mengerutkan keningnya. Karena tak seperti biasanya Rey berkunjung pada hari minggu. Dan Nira juga tahu kalau Arka sendiri tak mau diganggu pada hari libur seperti ini. "Pasti ada sesuatu." tebak Nira kemudian melanjutkan langkahnya.
Sedangkan di ruang tengah, terlihat Arka sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi.
"Tuan." panggil Rey dengan suara agak keras dan membuat Arka kaget, membuat kopi yang ia pegang sedikit tumpah dan mengenai kakinya.
Arka berdecak kesal sambil menatap Rey yang sudah berdiri di depannya.
"Maaf, Tuan." ucap Rey yang merasa bersalah.
"Apa kamu lupa kalau aku tidak suka diganggu di hari minggu?" tanya Arka sambil meletakkan secangkir kopinya.
"Maaf, Tuan. Tapi ini ada sesuatu yang sangat penting dan tak bisa ditunda-tunda lagi." kata Rey dengan wajah serius.
"Seberapa penting?" Arka menatap tajam Rey. "Cepat katakan!"
"Ibu dari Geo menghubungiku, Tuan. Katanya beberapa hari lagi akan pulang dan ingin bertemu dengan Anda. Katanya mau membahas sesuatu." jelas Rey.
Arka yang mendengarnya lalu mengusap wajahnya kasar.
"Mau apa dia muncul lagi?"
"Mana saya tahu, Tuan." sahut Rey sambil mengangkat kedua bahunya dan langsung menutup mulutnya rapat-rapat saat mata Arka menatapnya tajam.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan." pamit Rey.
"Kamu ke sini hanya mau bilang itu?" tanya Arka. "Kenapa kamu menjadi bodoh? Kamu kan bisa menghubungiku lewat ponsel." ucap Arka kesal.
Rey hanya tertawa. Dia sebenarnya sengaja ingin mengganggu tuannya di hari libur ini. Siapa suruh beberapa hari ini dia diberi pekerjaan yang sangat banyak hanya karena tuannya itu yang terus melamun dan kadang marah-marah tak jelas.
Arka menjentikkan jarinya agar Rey berlalu dari hadapannya.
Setelah kepergian Rey, Arka menatap dinding di belakangnya.
"Keluar!" perintah Arka.
"Mau sampai kapan kamu menguping?" tanya Arka. "Keluar, atau aku yang akan menyeretmu?" ancam Arka. Dan beberapa detik kemudian muncullah Nira dari persembunyiannya dengan senyum yang dibuat-buat.
"Kok kamu bisa tahu?" tanya Nira tanpa dosa. "Kamu sungguh hebat."
"Dari baumu saja sudah tercium." jawab Arka.
Nira mengernyitkan keningnya bingung.
"Bau? Memangnya aku bau apa?" tanya Nira.
"Bau terasi." jawab Arka asal.
Nira mengangkat kedua tangannya dan mengendusnya di kanan dan kiri.
"Wangi. Terasi dari mana?" seru Nira. Dia menatap kesal pada Arka.
"Apa?" tanya Nira saat Arka melambaikan tangannya.
"Sini!" Arka menepuk sofa di sampingnya.
Nira hanya berdiri mematung tanpa bergerak sedikit pun. Entah kenapa jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa malah diam? Cepat ke sini!" perintah Arka.
"Eh, iya." jawab Nira dengan penuh semangat dia duduk di samping Arka.
Nira dibuat bingung saat kaki Arka berada di pangkuannya.
"Obati luka di kakiku itu." Arka memunjuk luka kemerahan akibat terkena air kopi panas tadi.
Nira memutar bola matanya malas. Padahal dia sudah berkhayal kemana-mana, mereka akan duduk berdua sambil bercengkrama dan mereka akan bermesraan. Tapi sayangnya itu mustahil. Nira membuang jauh pikiran kotornya itu. Mana mungkin Arka akan bersikap manis padanya. Justru sebaliknya, Arka akan selalu menindasnya. Seperti sekarang ini, Nira bagaikan seorang babu.
"Ish, pelan sedikit! Sakit." pekik Arka saat Nira mengoleskan salep sambil ditekan. "Kamu sengaja?"
"Iya." jawab Nira dengan kepala mengangguk dan membuat mata Arka melotot sempurna ke arahnya. "Eh, maksudku tidak sengaja." ralat Nira yang keceplosan karena sesungguhnya dia memang sengaja. Siapa suruh sok manja, karena sebenarnya hal kecil seperti ini Arka sendiri bisa melakukannya.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia