Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Ada manusia yang kerjanya selalu saja menghina dan mencaci orang lain. Mungkin hidupnya tidak terasa nikmat sebelum mengeluarkan mulut sampahnya.
"Bude. " sapa Ira berusah tetap sopan dan menghormati adik kandung ibunya itu.
"Makanya kalau miskin itu ga usah maksain beli makanan yang kamu sendiri tak mampu membelinya. Makan aja pakai garam dan sayuran liar aja udah cukup buat kamu sekeluarga." hina Bude yang tidak pernah puas menghina ponakanya. Ia tertawa samar sambil mulutnya mencibir.
"Insya Allah saya ga maksain bude, uangnya memang ada dirumah. Mak haji nanti Ira antar uangnya ya." Ira bermaksud hendak pergi dari sana guna menghindari mulut pedes Budenya. Tapi sepertinya budenya belum puas untuk menghina dirinya. Bude menghalangi langkah kaki Ira.
"Mau kemana? ga sopan orang tau ngomong main mau di tingal aja."
"Maaf bude, Ira mau masak. Takut anak - anak keburu pulang dan makanan belum matang." Ira mencoba memeberikan alasan pada budenya.
"Alasan aja, lagian orang miskin itu pasti tahan telat makan atau ga makan sama seklai." kekeh bude.
Ira menahan amarahnya, ia masih berusah sabar. Walau bagiamana pun bude adalah orang tua yang mesti ia hormati. Rasanya kupingnya sudah kebal mendengar cacian dan hinaan dari budenya itu.
Ira yang malas meladeni budenya memilih segera kabur dan tanpa berkata apa - apa lagi. Ia sudah tak peduli mendengar teriakan budenya. Yang penting ia sampai rumah dan segera mengolah bahan - bahan yang baru saja ia beli untuk makan siang keluarganya.
"Ya Allah maafin hamba telah durhaka terhadap bude hamba ya Allah." ucap Ira saat dirinya sudah sampai di rumah.
Dengan cekatan Ira mengolah bahan - bahan makanan menjadi makana yang mengungah selera. Walau sederhana tapi bagi keluarganya masakan Ira adalah makanan terenak.
Mereka juga tidak pernah protes apa pun yang Ira masak pasti akan mereka makan. Intinya makana itu terasa enak jika kita memakanya denga penuh cinta dan makan bersama keluarga tercinta. Kehangatan keluarga akan tercipta saat kumpul bareng makan bersama.
"Assalamualaikum, bu. Adek pulang." Dhani mengucapkan salam dan mencium tangan ibunya.
"Waalaikumsalam, adek udah sholat belum?" halah pertama yang Ira tanyakan adalah sholat.
"Udah tadi di sekolah, bu." Setiap waktu dzuhur sekolah Dhani memang memberi ijin murid- muridnya untuk mengerjakan sholat baik jamaah maupun sendiri.
"Kalau gitu ganti baju lalu makan siang, ibu udah masak."
"Baik, bu. Adek kedalam dulu." Dhani lantas menganti seragamnya dengan baju bola kesukaannya. Baru kembali ke dapur untuk makan siang.
"Bu, besok adek seleksi ke depok, boleh ga?" tanya Dhani pada ibunya.
"Tanya ayah dulu, trus surat dispenda gimana?"
"Surat dispennya ada, bu. Tinggal print aja kok."
"Nanti kalau ayah sudah pulang, adek tanya ayah dulu. Kalau ayah membolehkan baru surat dispennya di print." Ira tidak bisa memutuskan sendiri permintaan anak keduanya itu. Ia perlu diskusi dulu sama suaminya karna yang bakal mengantar kesana pasti suaminya.
Ira tersenyum melihat betapa nikmatnya putra keduanya makan. Lelah sehabis memasak seketika hilang saat makanan yang kita masak di hargai dan di nikmati.
"Ibu ga makan?" tanya Dhani.
"Nanti aja, ibu masih kenyang. Kalau masih lapar tambah aja lagi."
"Udah segini udah cukup bu. Ini udah kebanyakan. " Dhani mengelus perutnya yang terasa sudah penuh karna makan nambah.
...****************...
Assalamualaikum kk, udh up ya.
Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik