Siapa bilang menjadi sugar baby itu enak?.
Bergelimang kemewahan, bisa membeli tas mahal, perhiasan dan gadget terbaru dengan mudah. Bisa memiliki apartemen dan mobil seharga milyaran, segampang membalikkan telapak tangan.
Lea Michella dan teman-temannya, menempuh jalur instan agar bisa hidup enak. Mereka rela menjual kehormatan demi mengumpulkan pundi-pundi uang.
Namun ternyata, kehidupan sugar baby tak seindah dan semudah yang sering diceritakan oleh penulis di novel-novel online. Nyatanya ada banyak hal serius yang harus mereka hadapi.
Sanggupkah mereka bertahan atas pilihan yang mereka ambil?. Ikuti saja kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Pertama
Sejak hari itu dan sampai tiga bulan ke depan, Lea beserta teman-temannya akan menginap di asrama tersebut. Mereka juga akan berangkat sekolah dari sana.
Mereka diwajibkan pulang tepat waktu, sesuai jam sekolah masing-masing. Mereka tidak diperkenankan terlalu banyak berada di luar, kecuali untuk keperluan tertentu.
Ini hari kedua mereka berada ditempat tersebut. Kini mereka semua tengah mendapatkan pelajaran pertama dari mami Sonia, mengenai gestur dan cara berjalan.
"Perhatikan ya, semuanya. Ketika berjalan itu, biasakanlah dengan tubuh tegak seperti ini."
Mami Soni alias mami Sonia mempraktekkan, bagaimana caranya memiliki sikap tubuh yang baik. Para anak didiknya pun kini mengikuti. Mami Sonia lalu memeriksa mereka satu persatu.
"Shinta, itu dada kamu terlalu membusung. Santai aja, begini."
Mami Sonia menegur salah satu anak yang dirasa kurang bagus, dalam mempraktekkan apa yang telah ia ajarkan tadi.
"Priscilla, rahangnya diturunkan sedikit. Itu kamu kayak moncong perahu."
Para peserta berusaha keras menahan tawa, takut kalau mami Sonia yang amfibi ini mengamuk. Padahal ucapannya amatlah mengundang tawa. Sementara gadis bernama Priscilla itu pun membenarkan posisi kepala dan rahangnya yang terlalu mendongak.
"Vita, Nina, perhatikan ekspresinya. Jangan terlalu antagonis."
"Lea, bahu kamu masih membungkuk itu."
Mami Sonia mendekat dan membenarkan posisi bahu Lea, dan membuatnya lebih tegak lagi.
Wanita setengah makhluk jadi-jadian itu pun, kini melangkah kembali ke depan.
"Nah gini dong sayang, uh cakep. Sempurna, Clarissa."
Mami Sonia memuji Clarissa, yang ia rasa memiliki tubuh tegap sempurna ketimbang yang lain."
"Ok semuanya, nanti kalian ikuti saya berjalan ya. Pertama saya kasih lihat dulu caranya."
Mami Sonia mulai membelakangi anak didiknya dan berdiri tegak menghadap ke arah sana.
"Gunakan otot betis, paha belakang dan quadriceps kalian. Perhatikan ini di atas lutut agak kedalam, ini namanya quadriceps. Tarik bahu ke belakang dan, jalan."
Mami Sonia mulai melenggak-lenggok, diikuti peserta lainnya.
"Perhatikan langkahnya, iramanya, hentakannya." ujar Mami Sonia panjang lebar.
"Berhenti."
Semua peserta berhenti di tempat.
"Perhatikan cara saya berbalik, tubuh tetap tegak dan jangan lupa kibaskan rambut ala duta sampo lain."
Mami Sonia mulai mengibaskan rambut panjangnya yang tidak ada. Karena ia sendiri sejatinya berambut hampir plontos. Para peserta pun berbalik mengibaskan rambut mereka yang rata-rata panjang itu.
"Aduh."
Vita mengeluhkan wajahnya yang terkibas rambut Nina, begitu juga sebaliknya. Sementara Lea nyaris terjatuh karena pusing berputar. Akibatnya semua jadi berantakan kecuali satu orang.
"Aduh kalian ini, koq jadi kacau. Liat itu Clarissa, putarannya sempurna."
Semua mata kini kembali tertuju pada Clarissa, setelah tadi ia mendapatkan pujian pertamanya dari mami Sonia. Sementara Lea, Vita, Nina dan yang lainnya jadi tampak tidak begitu bersemangat. Dalam hati mereka ingin protes, kenapa Clarisa melulu yang mendapat pujian.
"Clarissa sayang, sini kamu." ujar Mami Sonia dengan nada super manis.
Clarissa tersenyum lalu maju ke depan.
"Coba kamu praktekkan cara berbalik tadi, kepada temen-temen kamu.
Clarissa mulai mengambil posisi membelakangi peserta lainnya. Gadis itu mulai melenggak-lenggok berjalan layaknya model profesional. Tak lama setelah itu, ia pun berbalik sambil mengibaskan rambut. Vibes nya seperti tengah mengikuti ajang miss-miss an.
"Nah, contoh yang seperti ini. Ayo semuanya atur lagi posisi, jangan malas. Kalau masih ada yang salah, belum boleh istirahat." ujarnya kemudian.
Para peserta pun kembali mempraktekkan hal tersebut. Kali ini mereka dinilai cukup berhasil.
"Ingat ya, kalian harus semangat dan jangan malas-malasan."
Mami Sonia berujar, ketika pelajaran pertama hari ini telah selesai. Mereka semua kini duduk di lantai marmer motif kayu, tempat dimana mereka latihan.
"Kalau kalian malas, ingat tujuan awal kalian. Yakni mendapatkan sugar daddy yang tajir melintir. Mau Balenciaga kan?"
"Mau?" jawab mereka serentak. Lea sendiri hanya diam memperhatikan.
"Mau pakai Chanel, LV, Dior dan sebagainya?"
"Mau, mi." Lagi-lagi sebagian besar dari mereka menjawab secara serentak.
"Semua itu nggak akan bisa kalau kalian punya suami yang miss queen, ok."
Mami Sonia memperhatikan mereka dengan ekspresi antara serius dan setengah tertawa.
"Kalau pasangan kalian kere, boro-boro pake Balenciaga. Beli skincare atau lipstik 50 ribuan aja, kalian pasti akan langsung di judge sebagai istri yang boros. Ini kenyataan ya, sering-seringlah liat konten curhatan para ibu-ibu di tiktok. Yang suaminya Pelita Maharani Juwita alias pelit. Udalah istrinya disuruh dirumah, nggak boleh kerja, disuruh ngurus anak aja. Tapi kebutuhan istri nggak dipenuhi. Kalau bisa istrinya makan rumput, dikasih rumput sama mereka, biar nggak ngabisin duit. Mau kalian rumah tangga model begitu?"
"Nggak mau, mi." celetuk salah satu peserta.
"Iya, mi. Amit-amit." celetuk yang lainnya lagi.
"Nah, makanya. Untuk menggaet laki-laki tajir melintir, itu tidaklah mudah. Karena saingan kalian banyak, maka dari itu milikilah dasar-dasar yang akan mami ajarkan kedepannya. Supaya para sugar daddy itu tertarik pada kalian."
"Mi, usia sugar daddy nya nanti tua-tua nggak Mi?"
Salah seorang peserta kembali bertanya. Lea dan kedua temannya kian fokus memperhatikan.
"Tergantung stok ya, dear. Tapi yang jelas mereka dijamin tajir melintir dan single. Bukan suami orang, disini adalah agency penyalur anti pelakor-pelakor klub. Jadi, biar hidup kalian tenang. Kami selalu mencarikan yang single tulen, bersertifikat. Kalaupun dia pernah menikah dulunya, akan dipastikan kalau mereka sudah berstatus duda terlebih dahulu."
Para peserta mulai paham.
"So, kalian jangan khawatir, soal itu. Kalau kalian ada yang mau melakor di belakang agency ini, resiko tanggung sendiri. Kalau mami sih saran, mending cari sugar daddy single. Ngapain ngambil laki orang, selama yang tajir dan single berhamburan. Berbagi itu nggak enak, say."
Para peserta tertawa, tak terkecuali Lea.
"Mi, gimana kalau daddy nya kayak model di fifty shades of Grey gitu, kan serem Mi. Ya walaupun cakep tetap aja." Vita akhirnya bertanya.
"Iya, Mi. Gimana Mi?" celetuk yang lain bergantian.
"Gini ya, gini. Para sugar daddy yang mencari sugar baby disini, sudah melalui tahap interview terlebih dahulu. Jadi, kalau mereka memiliki hal seperti itu, mereka harus jujur. Dan mami pun akan jujur pada kalian. Mami akan bertanya terlebih dahulu pada kalian, misalkan nih ada sugar daddy yang begini-begini. Mami akan tanyakan pada kalian, kalian mau atau tidak."
"Gitu ya, mi?" tanya Vita lagi.
"Iya, kalau diantara kalian ada yang berminat sama sugar daddy yang seperti itu, silahkan. Dengan catatan resiko ditanggung sendiri. Kalau kalian tidak mau, ya jangan. Cari sugar daddy lain, mami banyak stok koq."
Para peserta kembali tertawa.
"Gimana bisa menjamin, mi. Kalau seandainya mereka bohong gimana?. Pas kita udah sama mereka, tau-tau mereka begitu."
Kali ini Lea membuka suara, setelah sekian lama ia bungkam.
"Begini ya, Lea. Disini itu, sebelum sugar daddy membawa sugar baby. Mereka diwajibkan membuat perjanjian di atas materai terlebih dahulu. Bahwa mereka tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik, verbal, maupun seksual kepada para sugar baby. Dan mereka wajib deposit sebesar 200 juta rupiah. 100 juta adalah untuk agency. 100 juta lainnya adalah jaminan untuk kalian."
"Maksudnya, mi?" tanya Lea lagi.
"Maksudnya, kalau pada saat dibawa. Kalian mengalami kekerasan seperti yang saya sebutkan tadi. Kalian berhak membatalkan semuanya dan kembali ke agency ini. 100juta nya itu adalah kompensasi buat kalian. Dan sebagai biaya hidup kalian sebelum kalian mendapat sugar daddy baru."
Lea akhirnya paham, pertanyaan demi pertanyaan lainnya kembali dilontarkan oleh peserta lain. Hingga tanpa disadari waktu pun berakhir, dan mereka kini sudah harus pulang ke asrama.
"Duh, mau jadi simpanan aja ribetnya kayak mau nikah sama pangeran."
Nina menggerutu ketika ia, Lea dan juga Vita sudah berjalan ke arah asrama. Lea hanya tertawa mendengar ucapan Nina itu.
"Nin, simpanan itu kalau si sugar daddy nya punya istri. Lo disimpan, biar istrinya nggak tau. Lah kalau sugar daddy nya single, berarti bukan simpanan dong." ujar Vita.
"Terus apa dong?" tanya Nina lagi."
"Pendamping, Nin." celetuk Lea.
"Tuh, Lea aja paham."
"Oh iya, ya. Hehe." Nina nyengir.
"Nggak apa-apa berjuang dikit, daripada dapat pasangan yang udalah kere tapi pelit."
Vita membuat Nina dan Lea tertawa.
"Skincare mahal say." bisik Vita lagi. Dan lagi-lagi mereka pun tertawa.
and yes, kurang suka bagian daniel nyingkat nama lea, apaan banget dipanggil "le"? ubur² ikan lele?? 🤭
masih nunggu ya lanjutannya thor