Terjerat Cinta Tuan Muda

Sudah hampir 1 bulan Freya tinggal di rumah Louis, rumah yang begitu mewah dan megah. Rumah yang lebih pantas disebut istana. Freya memiliki segalanya, baju mahal, sepatu berkelas, tas yang limited edition, bahkan Louis memberiakan kartu debit tanpa limit. Semua barang-barang mewah yang menjadi impian banyak wanita di dunia ini, bisa dimiliki Freya hanya karena kesalahannya melempar sebuah botol minuman dan merusak mobil seorang Tuan Muda. Bahkan ada banyak pelayan yang siap sedia kapanpun Freya membutuhkan bantuan mereka.

Namun, kemewahan ini membuat Freya merasa muak. Freya tidak mengerti alasan apa yang membuatnya harus bertahan di rumah ini. Terkadang dia merasa seperti sedang menjadi wanita simpanan seorang miliarder. Bagaimana tidak demikian, Freya yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan laki-laki kaya seperti Louis Wijaya. Tetapi bisa tinggal di rumah laki-laki itu dan menikmati kemewahan yang diberikannya. Sebutan apa lagi yang pantas disematkan untuknya, selain sebagai wanita simpanan. Apa gunanya sangkar emas ini? sebuah Tirani tetap saja tirani meski dipoles dengan berlian sekali pun. pikirnya.

Selalu ada kebaikan dalam setiap kejadian, jika dunia memiliki waktu siang dan malam, dan mata uang memiliki dua sisi yang berbeda. Maka, begitu pula dengan sangkar emas ini. Tinggal di rumah ini tidak sepenuhnya menyakitkan, ada sisi lain di baliknya. Di sudut pandang Freya, satu-satunya hal yang bisa membuatnya sedikit bahagia hanyalah ketika dirinya membuka jendela kamar. Freya bisa menikmati betapa indahnya Tuhan menciptakan alam semesta.

Dunia selalu memiliki porsi yang pas, saling melengkapi saling menghargai. Semua ciptaan-Nya selalu berada di garis yang sama, tidak saling mendahului. Semuanya memiliki peran yang berbeda.

Freya bisa melihat pemandangan yang sangat indah dari balkon kamarnya, seperti sedang berada dalam dunia dongeng. Hamparan rerumputan yang luas, dengan bunga-bunga yang bermekaran. Kupu-kupu yang terbang bebas, berlarian ke sana ke mari mengepakkan sayap kecil mereka. Sayap kecil itu seperti tidak pernah merasakan lelah, tidak ada beban. Mereka bisa pergi kemana pun, terbang kapan pun. Tidak ada aturan, tidak ada kekangan.

Pun dengan sepasang burung yang bertengger di dahan pohon sambil berayun, saling bersiul bersautan terdengar bak penyanyi yang sedang menggelar konser. Bebas lepas tanpa batas, mereka bisa terbang ke mana arah angin bertiup.

Aroma seger tercium cukup jelas di hidungnya, embun pagi yang menempel di rerumputan, di kelopak bunga yang sedang bermekaran, pun menetes di antara ranting dan dahan. Perasaan yang selalu sama, kesejukkan yang selalu sama bahkan ketika dinikmati dari sudut bumi yang berbeda. Suasana pagi selalu menyimpan cerita berbeda, namun memiliki rasa yang sama.

Ketika Freya sedang menikmati udara pagi yang menyejukkan, terdengar suara mobil membunyikan klakson.

Tin tin tin tin!!

Tidak hanya sekali klakson mobil dibunyikan. Tergopoh, penjaga gerbang berlari membuka dan mempersilakan mobil untuk bergerak memasuki area rumah.

Mobil mewah berhenti tepat di depan rumah, dari dalam mobil itu turun seorang wanita dengan koper besar di tangan kanannya, sementara tangan kirinya melepas kacamata hitam dan meletakkan di atas kepala.

Freya mencoba menelisik sosok wanita yang turun dari mobil itu, sedikit memicingkan mata agar bisa melihat lebih jelas.

Wanita yang memiliki paras cantik dengan susunan tubuh yang menggiurkan mata para lelaki ketika memandangnya. Wanita itu terus melangkah maju, memasuki rumah louis tanpa ada rasa canggung.

siapa yah ? Batin Freya

Dari dalam kamar Freya bisa mendengar suara manja wanita yang sedang berteriak memanggil nama Louis Wijaya. “Louissss, Honey. Where are you”

Seorang pelayan berlari tergopoh menghampiri wanita itu, wanita yang memiliki nama Mona. “Maaf Nona Mona, saat ini Tuan Muda sedang tidak ada di rumah” salah seorang pelayan menjelaskan.

“Ok, bawa koperku masuk” Tanpa bas-basi Mona menyodorkan koper besar miliknya, memberi perintah dengan nada sombong seperti seorang Nyonya rumah.

“Baik Nona” pelayan tersebut meraih gagang koper dan pergi meninggalkan Mona.

Mona Feronika, dia adalah seorang model terkenal yang memiliki karir cemerlang. Ia merupakan salah satu kekasih Louis Wijaya. Dari sekian banyak wanita yang dimiliki Louis, hanya Mona lah yang di pertahankan cukup lama.

Mendengar suara keributan membangkitkan rasa penasaran Freya. Freya berjalan, membuka pintu lalu menuruni satu-persatu anak tangga, melihat Mona ia bermaksud menyapa dengan sopan.

“Hallo kak” Freya menyapa Mona sopan diiringi senyuman.

Mona menatap tajam ke arah Freya, memandangnya penuh selidik. “Siapa kamu?” tanya mona angkuh.

“Aku Freya kak” Freya masih manjawab pertanyaan Mona dengan tersenyum.

“Aku tidak perlu tahu siapa namamu, yang aku tanyakan siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?” Mona kembali bertanya, kali ini dia sedikit menaikkan volume suaranya.

Apa maksudnya? bukankah tadi dia bertanya siapa namaku? Batin Freya

Mona duduk di atas kursi, menyandarkan tubuh sembari menyilangkan kaki “Tunggu, apa tadi kamu ke luar dari kamar utama?” Mona bertanya sembari telunjuk tangannya bergerak menunjuk ruangan bagian atas.

“Yah, bisa dibilang seperti itu” Jawab Freya polos.

Ciiih.. siapa lagi wanita murahan ini? mengapa dia bisa menempati kamar utama? Batin mona

Meski Louis memiliki banyak wanita, ia tidak pernah mengijinkan wanita mana pun untuk menginjakkan kaki di kamarnya, bagi Louis kamar utama hanya diperuntukkan bagi Nyonya rumah di rumah ini.

“Pelayaaaan!!” Mona berteriak memanggil pelayan tanpa mengubah posisi sedikit pun. beberapa pelayan mulai berdatangan.

“Siapa dia?” Tanya mona

“Anu Nona Mona, ini Nona Freya. Nona Freya adalah wanita yang di bawa langsung oleh Tuan Muda dan diminta untuk menempati kamar Utama” salah seorang pelayan mencoba menjelaskan. Freya yang tidak terlalu mengerti dengan situasi ini hanya bisa menganggukan kepalanya.

Jika semua ini atas persetujuan Louis, maka aku tidak bisa menyingkirkan wanita murahan ini dengan tergesa-gesa, aku harus memikirkan cara lain. Batin Mona

“Yasudah, kalian boleh pergi. Siapkan makanan untukku” Moa mengibaskan tangannya, pelayan itu hanya mengangguk dan berlalu pergi.

“Baik Nona”

“Kenapa kau masih berdiri di sini? pergi ambilkan aku minum” pinta Mona pada Freya, Freya tidak ingin berdebat, ia tersenyum dan memuta tubuhnya.

Ketika Freya membalikan badannya Mona melihat ada bekas gigitan yang cukup besar di leher Freya. Melihat itu tentu membuat Mona semakin marah.

Dasar murahan, selama ini Louis bahkan tidak pernah menyentuhku. Aku hanya dijadikan koleksinya saja, tidak bisa ! aku harus segera menyingkirkan wanita ini. Bagaimana mungkin wanita sepertinya bisa dibandingkan denganku? dilihat dari sudut pandang manapun jelas aku lebih baik darinya. Aku harus memikirkan cara yang tepat untuk menyingkirkannya!! Batin Mona