"Satu luka, akan kubalas dengan seribu luka yang lebih menyakitkan!"
Dara Queen Bramasta
🌿🌿🌿
Tanpa alasan, Dara dicampakkan dan ditinggal menikah oleh kekasihnya, Ibra.
Sakit hati mendalam yang dia rasakan mengubah Dara menjadi wanita dingin dan tak berperasaan. Hatinya telah diliputi oleh dendam, dan tujuan hidupnya hanya satu, membuat pengkhianat itu menderita.
Lalu setelah ia berhasil membalas sakit hatinya, mampukah Dara berdamai dengan keadaan dan hatinya? Bisakah ia membuka hati yang terlanjur mati rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Kalah!
Ditengah suasana yang melelahkan dan juga menyebalkan bagi Cantika, tiba - tiba ponselnya berbunyi.
Ting
Notifikasi pesan masuk itu membuat Cantika berdecak kesal. Dia mengambil ponsel miliknya.
"Nomor siapa ini?" tanyanya dengan mengernyitkan dahi
[Kalau masih tidak menemukan tempat tinggal, kamar pembantu dirumahku banyak yang kosong. Masih bisa menampung kalian semua]
Tangan Cantika mengepal, "Dara sialan! Aku tidak akan melepaskanmu!"
"Kau mau kemana, Cantika?" tanya Ibra saat melihat istrinya hendak pergi
Cantika menatap suaminya, "Aku ada urusan. Carilah rumah untuk kita. Aku juga akan membantu mencari rumah yang bisa kita tinggali"
Cantika pergi begitu saja. Dia menaiki ojek yang kebetulan mangkal tak jauh dari tempatnya berada.
"Semoga kali ini istrimu tak membuat masalah lagi"
"Sudahlah, kita sebaiknya pergi dan mencari rumah yang lain" seru Indra
Berbeda dengan suami dan mertuanya yang kebingungan mencari tempat tinggal, kini Cantika sudah berada di kantor Dara. Tanpa permisi dan terlihat arogan, Cantika langsung menuju ke ruangan Dara.
"Akhirnya yang aku tunggu datang juga. Bagaimana? Sudah dapat rumahnya?" tanya Dara sembari tergelak
Cantika tertawa, "Apa kau sudah puas?"
Dara melipat kedua tangannya, "Tentu saja belum. Kamu dan keluargamu hanya jatuh miskin, tidak sebanding dengan yang kalian lakukan dulu padaku"
Cantika duduk didepan Dara tanpa diminta, "Lakukan Dara! Balas dendammu sejauh mungkin. Apa kau pikir dengan begini Ibra akan kembali padamu? Dia memang tidak mencintaiku, tapi dia tidak akan berani mempermainkan pernikahan. Jadi, bermimpilah yang tinggi. Karena sampai kapanpun, akulah pemenangnya!"
"Menang untuk kalah apa gunanya? Aku katakan padamu. Aku tidak suka barang bekas. Jadi, kalaupun kau dan Ibra bercerai, aku tidak akan pernah memungutnya!"
Wajah Cantika memerah, namun sedetik kemudian dia tersenyum manis, "Aku minta maaf"
Dara menatap Cantika heran, "Kau meminta maaf? Aku rasa otakmu belum miring kan?. Meminta maaf adalah hal mustahil bagimu"
Cantika menatap Dara, "kau benar. Aku meminta maaf karena aku akan membalasmu lebih kejam dari ini! Kau pikir aku akan meminta maaf karena merasa bersalah? Hal itu hanya ada dalam mimpimu!"
Dara mengangguk - anggukkan kepalanya, "Orang egois sepertimu mana mungkin mau meminta maaf. Sudah kuduga sebelumnya"
Cantika menatap sengit, "Kau sudah merusak kebahagiaanku, Dara! Dan aku tidak akan membiarkan orang yang merusak kebahagiaanku bahagia!!"
"Arrgg!" teriak Cantika. Dia hendak menjambak rambut Dara, namun Dara lebih dulu menjambaknya, putri Papa Axel itu tersenyum menyeringai, "Sudah aku katakan, kau bukanlah tandinganku, Cantika! Aku tidak peduli pada hal apapun, tapi satu hal yang perlu kamu tahu, kau sudah kalah! Kau sudah kehilangan cinta suamimu! Kau sudah kehilangan pekerjaanmu, rumahmu dan sebentar lagi aku juga akan kehilangan Ibra!. Dara mendorong Cantika hingga wanita itu mundur beberapa langkah
"Breng$ek! Kau memang sialan Dara! Aku akan membalasmu!"
"Dengan senang hati aku akan menunggunya! Sekarang pergi dari sini atau security akan menyeretmu keluar!"
"Kau akan menyesal! Aku pastikan kau akan mengemis memohon ampun padaku!"
Cantika pergi dengan emosi. Bahkan istri Ibra itu membanting pintu ruangan Dara dengan keras.
[Biarkan mereka berkeliling sampai besok siang]
🌿🌿🌿
Cantika menemui suami dan mertuanya di salah satu warung makan tempat mereka janjian. Istri Ibra itu berdecak kesal. Bagaimana tidak, biasanya mereka makan di restoran mewaĥ yang bahkan dalam sekali makan bisa menghabiskan jutaan rupiah.
"Sudah dapat rumahnya?"
Indira menggeleng, "Bagaimana denganmu?"
"Aku juga belum mendapatkannya, Ma"
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Indira putus asa
"Pilihannya hanya dua. Kita menjual Seruni grub atau Ibra harus menceraikan Cantika! Aku benar kan, menantuku?"
Deg