Lanjutan dari Dokter Cantik Milik Ceo
Namanya Sahara Putri Baskara, ia adalah seorang dokter muda, memiliki paras cantik dan pesona yang begitu luar biasa. Namun sayang ia terpaksa harus menikah dengan mantan suami wanita yang sangat ia benci, demi membebaskan dirinya dari jerat hukum yang akan ia jalani.
"Kalau kau masih mau hidup bebas dan memakai jas putih mu itu maka kau harus menikah dengan ku!" ucap Brian dengan tegas pada wanita yang sudah menabrak dirinya.
"Tapi kita tidak saling mengenal tuan," kata Sasa berusaha bernegosiasi.
"Kalau begitu mari kita berkenalan," jawab Brian dengan santai.
Lalu bagaimanakah nasip pernikahan keduanya, Sasa setuju menikah dengan Brian karena takut di penjara. Sementara Brian menikahi Sasa hanya untuk menyelamatkan pernikahan mantan istrinya, karena Sasa menyukai suami dari mantan istrinya itu.
Hanya demi menebus kesalahannya, Brian mengambil resiko menikahi Sasa, wanita licik dan angkuh bahkan keduanya tak pernah saling mengenal.
---
21+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IPAK MUNTHE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
"Mas," Sasa tersentak dan ia dengan cepat turun dari pangkuan Febri.
"Kenapa? Ayo lanjutkan wanita rendahan!" tutur Brian dengan lantang dan jelas, tanpa mau perduli apa yang sebenarnya terjadi.
"Hey, jangan kurang ajar....." Febri berdiri dan mencengkram kerah kemeja Brian, "Jangan pernah kau mengatai dia begitu, dia sangat berharga di mata ku!" ucap Febri sambil mendorong tubuh Brian hingga terdorong dan membentur dinding.
"O......jadi dia sangat berharga di mata mu? Lalu kenapa kau tidak menikahinya, kenapa kalian hanya bermain dengan diam-diam?" tanya Brian yang masih santai dan kembali merapikan kemejanya.
"Itu bukan urusan mu!" kesal Febri.
"Jelas urusan saya, saya suaminya. Suami dari wanita......." Brian menatap Sasa dengan tatapan hina, bahkan Brian rasanya ingin meludahi wajah wanita itu karena sudah berulang kali ia melihat sendiri Sasa bersama laki-laki. Bahkan laki-laki itu semua berbeda-beda.
"Ceraikan dia, agar kami bisa menikah. Kami masih saling mencintai!" pinta Febri.
"Tidak semudah itu, wanita ini menikah dengan ku karena dia harus menebus dosa yang hampir membunuh mantan istri ku. Dan akhirnya aku menjadi korbannya, jadi bila dia pergi dari ku aku bisa saja menjebloskan dia ke balik jeruji besi!" tandas Brian.
"Sasa, apa kau lebih memilih pria ini dari pada aku yang jelas-jelas mencintai mu? Bahkan dengan terang-terangan dia memuji mengagungkan mantan istri di hadapan mu, yang berstatus istri sah," Febri menatap Sasa mengharap Sasa berpihak padanya dan meninggalkan Brian.
"Cukup!" teriak Sasa, "Hiks...hiks....hiks...aku lebih memilih masuk ke dalam penjara dari pada harus hidup bersama salah satu dari kalian," ucap Sasa dengan tegas, bahkan air matanya masih terus berlinang membasahi pipinya.
"Kau masih sok suci dan sok tidak bersalah, apa belum cukup kau menjadi wanita malam!" kata Brian yang mulai tersulut emosi, sebab Sasa sepertinya sudah mulai memilih pergi dari pada bersama dengan dirinya.
"Jangan membentaknya!" Febri tidak terima dengan Brian yang membentak Sasa, bagaimana pun ia masih terlalu mencintai Sasa dan apa pun akan ia lakukan asal Sasa kembali lagi kepelukannya.
"Ini bukan urusan mu!" tegas Brian, "Kau pria kurang ajar sudah berani menyentuh istri ku!" Brian yang sudah tersulut emosi menghajar habis-habisan Febri.
"Cukup....hiks....hiks...." Sasa menangis sambil berusaha memisahkan keduanya, "Febri kamu pergi dari sini, aku mohon," pinta Sasa dengan tangisan yang masih menghiasi bibir wanita itu.
"Tapi Sa," Febri tampak ragu meninggalkan Sasa, sebab ia takut Brian malah melukai Sasa wanita yang sangat ia cintai.
"Aku mohon....hiks...hiks," pinta Sasa lagi berharap Febri mengerti dengan dirinya.
"Urusan kita belum selesai," kata Febri setelah itu ia pergi dengan rasa kesal, sebab ia sangat takut terjadi sesuatu pada wanita yang sangat ia cinta.
Setelah kepergisn Febri kini tinggal Sasa dan Brian saja.
"Mas, aku mohon ceraikan aku....hiks....hiks," Sasa menangis berharap Brian mau mengabulkan keinginannya, ia menyerah dengan pernikahan yang baru berusia sepuluh hari itu. Sasa benar-benar tak sanggup hidup dengan Brian.
"Kenapa kau ingin cerai? Apa kau ingin hidup bebas dengan bergonta-ganti laki-laki?" tanya Brian sambil mencengkram dagu Sasa.
"Hiks....hiks, Aku lelah Mas, aku menyerah," ucap Sasa tanpa melakukan perlawan, mungkin dengan ia tetap diam Brian bisa mengabulkan keinginannya. Begitu saat ini yang ada di pikiran Sasa.
"Apa maksud mu! Apa kau ingin menghina ku dengan cara ini?"
"Aku lelah, aku sudah mencoba berubah belajar dari kesalahan yang sudah ku perbuat. Tapi bukan kebahagian yang ku dapat justru hinaan dan siksaan dari mu Mas, lalu untuk apa kita menikah jika tidak ada tujuan? Ceraikan saja aku! Aku pun ingin bahagia bersama orang yang ku cintai dan mencintai ku. Dengan begitu Mas juga bisa bahagia dengan hidup bebas Mas, iya kan?" tanya Sasa dengan sesekali ia mengusap air matanya.
"Kenapa kau berkata begitu, apa kah kau belum bisa berubah wanita rendahan?"
"Iya, aku tidak bisa berubah, aku tetap lah wanita rendah. Dan aku terbiasa dengan laki-laki yang selalu ada menemani tidur ku, untuk memuaskan aku. Dan kau bukan salah satu dari laki-laki yang ku inginkan, maka aku mau kau menceraikan aku. Sebab wanita seperti aku tak pantas bersanding dengan pria suci seperti mu Mas," ucap Sasa dengan kekesalan dan berharap dengan begitu Brian mau menceraikannya.
"Kurang ajar! Beraninya kau membandikan aku dengan mereka!" Brian menarik rambut Sasa, dan membawanya kekamar, setelah itu ia menghempaskannya di ranjang.
"Hiks....hiks...sakit Mas..." kata Sasa sambil menangis.
"Sudah berapa laki-laki yang meniduri mu....Hah?" tanya Brian lagi sambil membuka kemeja yang ia gunakan, "Tanpaknya kau meremehkan kemampuan ku dalam urusan ranjang. Baiklah akan aku tunjukan pada mu."
"Mas jangan aku mohon....hiks...hiks...." Sasa menjauhi Brian, ia tau Brian kini akan melakukan itu padanya. Mungkin itu memang sudah hak Brian, namun saat ini Brian sedang di kuasai emosi dan Sasa sangat takut sekali.
"Kenapa?" Tanya Brian saat melihat Sasa berusaha menghindar, "Ini Agar kau tau tidak ada yang boleh meremehkan aku," Brian mulai menindih Sasa meraup apa yang bisa ia raup. Meninggalkan banyak jejak kepemilikan di sana, tanpa perduli tangis pilu dan kesakitan yang di rasakan Sasa. Tanpa merasa kasihan mendengar isak tangis Sasa yang meminta di lepaskan.
"Lepas Mas, hiks....hiks...," teriak Sasa.
Dalam sekejam Sasa sudah tak mengenakan sehelai benang pun, Sasa menangis, menjerit, serta mencengkram sprei dengan cukup kuat. Berharap rasa sakit yang ia rasakan berkurang. Tak ada kelembutan sedikit pun yang di berikan Brian.
Dalam sekejab Sasa pingsan tak sadarkan diri bersamaan dengan cairan merah, pertanda jika kini ia bukan lagi wanita yang suci sebab Brian sudah mengambilnya dengan paksa. Rasa sakit itu ia bawa bersama mimpi yang menjembutnya tanpa permisi, air mata masih menjadi saksi saat kesakitan itu ia rasakan tak ada rasa kasihan yang ada hanya jeritan dan tangisan saja.
"Sasa....."
Brian baru tau setelah ia mendapatkan kepuasannya ternyata Sasa masih suci namun sayang saat itu pula Brian baru menyadari Sasa sudah tak sadarkan diri.
"Sasa bangun!" tutur Brian dengan panik, dengan cepat ia kembali memakai pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah itu ia mencoba membangunkan Sasa, "Demam," Brian memegang dahi Sasa yang terasa sangat panas, keringat dingin kini semakin membasahi tubuh Sasa bahkan wajah wanita itu semakin terlihat pucat dan pucat seperti jasad mati.
"Sasa...."
***
Jangan lupa VOTE ya Kakak, makasih.