"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyum Hangat itu....
"Tuan ada tidak apa-apa?" Luca berdiri di depan pintu yang sudah terbuka.Nafasnya ngos-ngosan menahan cemas.
"Sudah aku bilang aku tidak apa-apa Luca,Nona ini yang pingsan"Henry yang berada di dekat ranjang Nadira,melirik sebentar lalu menatap asisten sekaligus managernya itu
"Kalian ini siapa sebenarnya?"Nadira kebingungan,menatap bergantian antara Henry dan Luca.
"Nona,saya adalah asisten dari Tuan yang menabrak mobil anda.Untuk itu saya memohon maaf,Tuan Henry tidak sengaja karna beliau baru pulang ke Indonesia"
"Iya aku sudah tahu,tapi maksudku kalian ini kenapa seperti bukan orang biasa? Dari cara berpakaian kalian aku tahu kalau kalian orang penting"
Mendengar pertanyaan Nadira,Luca hendak menjawab.Bibirnya sudah terbuka namun sebelum suaranya keluar Henry mengangkat tangannya,memberi isyarat pada Luca untuk diam.
"Aku bukan orang penting Nona,aku hanya orang yang dulu pernah tinggal di sini kemudian pergi ke Paris menetap agak lama lalu kembali lagi"
Nadira mengangguk tipis,luka di dahinya sudah tertutup perban.Ia menatap sekeliling,ia teringat sesuatu.
"Mas Devan,dia pasti khawatir kalau tahu aku di sini" bisik hatinya.
"Aku akan memberikan ganti rugi untuk mobilmu yang rusak Nona,sebagai permohonan maaf...aku juga sudah mengurus administrasi rumah sakit.Syukurlah kau hanya luka ringan saja." Hanry sambil duduk lagi di kursi dekat ranjang.
"Terimakasih,tapi aku harap ini jangan pernah terjadi lagi pada siapa pun"Nadira menatap Henry dengan senyum kecil di sudut bibir dan juga matanya.
Melihat itu Henry sontak menegakkan punggung,ada debar halus di dadanya.Ia ingat senyum itu,senyum khas milik gadis yang dalam lukisannya yang selama ini dia cari.
"Aku benar-benar menemukanmu,senyum itu...tidak salah lagi.Senyum yang sama saat membeli lukisan ku" Riuh di hatinya.
"Nona,apa boleh aku tahu namamu,maksudku aku ingin tahu seseorang yang terluka karna kecerobohan ku"
Suara Henry nampak bergetar,menutupi debar yang makin kencang.
Nadira mengulurkan tangan,hendak menjabat tangan Henry.
Henry menyambutnya,sorot matanya berkilat seolah debar tadi menyeruak bersama jabat tangan.
"Namaku Nadira"Lagi,di sertai senyum yang sama.Membuat Henry makin lekat menatap.
Jabatan tangan tadi meski hanya sebentar membuat bekas mendalam di hati Henry,betapa ini sangat berarti baginya.Penantian selama ini telah menemukan tempat berlabuh.Wanita yang ia simpan dalam setiap karyanya mulai dari belasan tahun lalu kini nampak nyata di depannya,bahkan tadi ia sudah menyentuh tangannya.Luca yang melihat perubahan sikap Tuannya yang biasanya selalu dingin terhadap wanita,merasa heran.Namun lambat Laun ia memahami kalau Tuannya itu sedang tertarik oleh wanita yang ada di depannya.
"Aku harus cepat pulang,aku masih banyak urusan" Nadira mencoba bangkit dari ranjang,namun badannya terhuyung.Badannya masih lemah,belum terlalu kuat untuk berjalan.Henry yang di dekatnya langsung menangkap tubuhnya,gerakan itu membuat Nadira tersandar di dada bidangnya.Sontak membuat wajah Henry merona,degup jantungnya semakin kencang.Matanya membesar,lalu cepat ia palingkan.Berada sedekat itu dengan wanita yang selama ini ia tunggu kehadirannya membuat ia semakin mabuk kepayang.Harum aroma parfum dari tubuh Nadira menusuk hidung membuatnya sesak nafas,menahan rasa yang siap meledak kapan saja.
"Maaf,aku ternyata masih lemah.Apa aku kurang darah ya..."Nadira merasa tak enak dengan posisi ini.Keadaan menjadi canggung.Henry membantu Nadira duduk kembali di pinggiran ranjang.
Luca menyaksikan semuanya,sikap Henry yang begitu tampak sangat kentara."Tuan,sedang jatuh cinta rupanya dengan gadis cantik itu"Senyum kecil di bibirnya terlihat samar.
"Luca,tolong panggilkan perawat kemari...untuk mengecek kondisi Nona Nadira" Henry memerintah tanpa menoleh ke arah Luca.Ia masih memalingkan wajah,seperti sedang meredam sesuatu dari dalam,yang hanya bisa ia rasakan sendiri.
"Baik Tuan"Luca melangkah cepat,meninggalkan Henry dan Nadira berdua saja di ruangan
Berdua saja dengan Nadira,membuat Henry semakin canggung.Hatinya yang penuh debaran membuat kerongkongannya terasa kering.Bibirnya hendak mengatakan sesuatu tapi kelu. Suasana menjadi hening,menyisakan suara monitor dari kamar pasien sebelah.
Nadira,memainkan jemarinya.Lalu meraba pelan perban di kepala.Ada sedikit rasa nyeri di daerah itu.Tapi tidak terlalu menyakitkan.
"Tuan,boleh aku minta tolong ambilkan air minum itu?"Nadira sambil menunjuk botol air mineral di atas meja kecil samping ranjang.
Henry tersenyum kaku,masih menetralkan debaran hebat di dadanya."Tentu,aku akan mengambilkan ya".
Cekatan ia mengambil botol lalu menuangkan ke dalam gelas dan memberikannya pada Nadira.
"Terimakasih,Tuan" Tangan Nadira terulur,menerima gelas itu
lalu meminumnya perlahan-lahan.Henry langsung mengambil gelas itu setelah Nadira meminumnya,menaruhnya lagi di atas meja.
"Nadira,jangan panggil aku Tuan.Panggil saja Aku Henry.Sepertinya kita seumuran" Meski suaranya sedikit bergetar menahan gugup tapi Henry mencoba bersikap biasa-biasa.
"Oh ..ya,Usia ku 28 tahun,kalau kamu?"
"Sama Nadira,usiaku juga 28 tahun"
Lagi-lagi senyum Nadira muncul,Nadira memang seperti itu.Dia sangat mudah bergaul meski dengan orang yang baru ia temui.Senyumnya selalu hangat,membuat lawan bicaranya merasa di hargai dan senang berinteraksi dengannya.Sikap yang membuat Devan suaminya jatuh cinta saat pertemuan pertama.
Bagi Henry,senyum Nadira adalah penyemangat untuk terus berkarya.Saat melukis,senyum dan kata-kata 'tetaplah melukis' dari bibir Nadira terus terngiang-ngiang.Seolah pemberi dorongan untuk cepat menyelesaikan pekerjaannya.
"Apa kamu bekerja Nadira?"
"Aku memiliki butik,tidak jauh dari lampu lalu lintas tadi"
"Jadi,tadi kamu hendak ke butik mu?"
"Iya,aku mau ke sana..tapi,siapa sangka malah aku sekarang terbaring di sini"
Henry menunduk,menyadari kecerobohan nya yang menyebabkan Nadira jadi terluka.
"Aku minta maaf ya..."
Nadira tersenyum lagi,senyum tulus dari seseorang yang sudah memaafkan.Tidak hanya dari ucapan tapi benar-benar dari hatinya.
"Sudahlah,ini semua takdir Tuhan.Mungkin ini cara tuhan agar aku bertemu denganmu.Memiliki banyak teman,bukankah itu bagus?" Kalimat ringan yang Nadira lontarkan tadi,membuat sensani hangat untuk hati Henry "Dia masih sama,energinya selalu menghangatkan.Nadira benar-benar wanita luar biasa"bisiknya sendiri.
"Iya,kamu benar Nadira.Memiliki banyak teman memang sangat bagus,apalagi teman sebaik dirimu"ucap Henry tulus
Diluar ruangan terdengar langkah kaki mendekat,langkahnya sama dengan yang tadi.Langkah cepat dan terburu-buru,seolah kecemasan meliputi pemiliknya.Gerakan membuka pintu pun sama,penuh desakan...ingin cepat-cepat terbuka...
*
*
*
~ Salam hangat dari penulis🤍