Mencintai setulus hati serta menyokong dana untuk seluruh keluarga sang suami. Siapa sangka hal itu tak bisa membuat Zeline mendapatkan balasan kebaikan. Wanita itu justru harus menerima kenyataan pahit bahwa Delon suaminya diam-diam berselingkuh. Dan parahnya lagi,mertua serta ipar-iparnya yang selama ini hidup bergantung dengannya bersekongkol untuk menutupi perselingkuhan sang suami.
Penasaran dengan isi ceritanya? yuk silahkan disimak kelanjutannya ...... happy reading 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Pukul 6.00 sore mobil yang ditumpangi oleh keluarga Delon bergerak keluar dari halaman rumah. Rombongan tersebut hanya terdiri dari Delon dan kedua orang tuanya beserta adik- adiknya. Tak lupa Wina pun ikut namun menggunakan sepeda motornya sendiri mengikuti mobil yang dikendarai Delon dari belakang.
"Bu,kenapa wanita itu harus ikut serta dengan kita ?" Delon mulai bertanya tentang keberadaan Wina yang menurutnya agak aneh.
"Iya Bu,sebenarnya apa maksud ibu sehingga Wina itu dibayar buat kerja nurunin bingkisan." Timpal Ranti yang memang sejak awal merasa aneh dengan pemikiran sang ibu.
Mendengar kedua anaknya bertanya kebingungan,Berti hanya bisa memutar bola matanya malas dan kemudian menjawab.
"Kalian ini memang dasar polos." Ucap Berti sambil memukul pelan lengan anak gadisnya yang sedang duduk berdempetan. Hal ini membuat Delon yang sedang fokus menyetir mengerutkan kening karena sebenarnya dirinya memang tak tahu apa yang sebenarnya direncanakan sang ibu.
"Dengar baik-baik,nanti saat tiba di sana,Wina yang akan mengangkat dan menurunkan semua bingkisan yang kita bawa. Dengan begitu kita tak perlu lagi capek-capek. Anggap saja dia ART yang kita bawa. Dengan begitu kan keluarga Talita tak akan menganggap enteng pada kita." Ungkap Berti penuh kebanggaan.
"Ohh,jadi karena itu ibu menyewanya ?"Ucap Ranti dengan mata penuh binar. Terlihat sekali bahwa ia setuju dengan ide licik sang ibu. Dalam hati pun ia bersyukur karena dengan adanya Wina dirinya tak perlu lagi berkeringat mengangkat semua bingkisan yang lumayan banyak.
Delon hanya mendengar perkataan ibunya dan tak memberikan komentar. Ia lebih memilih untuk fokus menyetir. Begitupun dengan Toni dan Dodi. Mereka pun hanya mengikuti apa yang telah menjadi keputusan Berti. Toni sebagai kepala keluarga adalah tipe pria yang tak ingin mau tahu dan hanya menyerahkan semua tanggung jawabnya pada istri. Itulah mengapa perekonomian keluarga mereka bergantung pada sang menantu Zeline. Semua karena Toni sebagai kepala keluarga sangat malas untuk bekerja dan menafkahi anak-anaknya.
Tak berselang lama,akhirnya keluarga Delon pun tiba di rumah Talita. Mereka langsung di sambut oleh Talita dengan senyum sumringah. Terlihat jelas bahwa wanita itu sangat bahagia tanpa malu bergelayut manja di lengan Delon.
"Mas,terima kasih udah datang. Aku takut loh kamu nggak datang." Ujar Talita dengan suara yang dibuat-buat.
"Eh Bu,Bapak,selamat datang. Ayok masuk. Di dalam sudah di tunggu sama Bapak dan ibu Talita." Menyadari keberadaan calon ayah dan ibu mertuanya,Talita cepat-cepat mempersilahkan Berti dan Toni untuk masuk.
"Makasih sayang." Jawab Berti sambil tersenyum.
"Ah,tunggu sebentar." Tiba-tiba Berti kembali keluar dan menuju mobil. Hingga Toni pun mengurungkan niatnya untuk masuk dan menunggu istrinya. Sedangkan Ranti dan Dodi juga berdiam diri menunggu sang ibu.
"Win,tolong kamu turunkan semua bingkisan ini dan bawa ke dalam,sementara aku dan keluarga ku masuk ke dalam." Ternyata Berti hanya ingin memberikan arahan pada Wina. Wanita paruh baya itu pun kembali dengan sedikit tergesa-gesa. Apalagi Delon sudah memberi kode agar ibunya segera menyusul.
"Ngomong-ngomong,nak Delon punya bisnis apa saja ya ? Maaf sebelumnya,kami sebagai orang tua harus tahu pasti apakah nanti ke depannya kehidupan putri kami akan terpenuhi atau tidak. Maklum saja,Talita adalah putri kami satu satu nya. Jadi kami harap nak Delon bisa mengerti itu." ucap ibu Talita yang bernama Ema dengan lembut.
Sebelum menjawab,Delon terlebih dulu memandang ayah dan ibunya seperti meminta bantuan. Berti yang mengerti akan kode dari sang putra,segera mengambil alih untuk menjawab.
"Ah,biar aku saja yang jawab ya Bu. Delon soalnya anaknya sederhana. sedikit malu untuk mengungkapkan apa yang ia miliki saat ini." Sambil tersenyum bangga Berti pun mulai mengarang cerita.
"Saat ini anak saya memiliki bisnis yang terletak di beberapa daerah. Ada butik dan beberapa salon kecantikan. Selain itu,Delon juga menjabat sebagai manager di sebuah perusahaan."
"Lah,udah punya bisnis,ngapain kerja jadi manager di perusahaan lain ?" Beni ayah Talita langsung memotong perkataan Berti.
Sedikit terkejut dengan pertanyaan dari ayah Talita,namun dengan cepat Berti membuat alasan.
"Delon ingin mencari pengalaman dari perusahaan lain agar bisa membuat bisnisnya lebih berkembang Pak." Ujar Berti dengan mimik wajah yang dibuat setenang mungkin.
"Oww....ya ya. Aku paham. Ternyata calon menantu kita benar-benar rendah hati." Timpal Ema tersenyum bangga melihat Delon yang kini tampak kikuk dengan karangan cerita sang ibu. Dalam hati ia sebenarnya ketakutan jika suatu saat semua kebohongan yang diciptakan oleh ibunya terbongkar. Akan tetapi untuk saat ini ia hanya bisa pasrah demi kelancaran hubungannya bersama Talita.
Beni manggut-manggut mendengar penuturan calon besannya. Tak seperti sang istri yang langsung gembira dengan cerita Berti,Beni tampak tenang dan terlihat berwibawa.
Di saat suasana kembali hening,Wina masuk sambil membawakan bingkisan yang sudah disiapkan dari rumah oleh Berti.
"Taruh di sini sebelah sana saja Mbak." kali ini Talita yang bicara dan mengarahkan Wina ke tempat untuk menyimpan bingkisan.
"Oya Pak,Bu.... ini sekedar buah tangan dari kami sebagai awal perkenalan kita. Mohon untuk diterima." Ucap Berti.
"Wah,terima kasih ya Bu. Nggak usah repot-repot sebenarnya. Ibu sekeluarga sangat dermawan." Puji Bu Ema sambil melempar senyum bahagia pada kedua calon besannya terlebih pada Delon sang menantu.
"Kalau boleh tahu,tadi yang membawa bingkisan itu siapa ? Kenapa nggak ikut duduk di sini ?" Tanya Ema penasaran pada sosok Wina yang sudah kembali duduk di teras.
"Oh itu ART kami Bu." jawab Berti tersenyum malu namun sebenarnya dalam hati ingin diakui bahwa dirinya adalah orang yang mampu.
"Ooo.... ya udah silahkan di minum minumannya Bu." Ema segera mempersilahkan keluarga besannya untuk menikmati minuman yang telah mereka sajikan.
"Ngomong-ngomong,kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan pernikahan kedua anak kita ?" kali ini Pak Toni yang tiba-tiba bertanya. Hal ini membuat ayah Talita,Pak Beni mengerutkan keningnya dengan ekspresi kesal. Ia kesal karena keluarga Delon bukannya langsung memutuskan waktu yang tepat,namun justru malah bertanya.
" Ya, secepatnya Pak. Karena kami tak ingin perut anak perempuan kami terlihat semakin besar sebelum menikah. Apa nanti kata orang-orang yang melihatnya tanpa status pernikahan. Kalau bisa besok atau lusa." ujar Beni dengan perasaan dongkol. Pria itu merasa keluarga Delon sangat aneh.
"Baik Om. saya dan sekeluarga,secepatnya akan mempersiapkan itu semua." ucap Delon dengan. Cepat sebelum keluarga Talita marah. Ia sudah bisa merasakan saat itu ayah Talita menginginkan pernikahan putrinya segera terlaksana.
"Baguslah kalau begitu. Aku dan istriku akan tinggal beberapa hari di sini sampai pernikahan kalian selesai." jawab Beni sambil menatap tajam pada Delon.
Dan pada akhirnya kedua keluarga tersebut bersepakat bahwa pernikahan Delon dan Talita akan dilaksanakan esok hari.
Tanpa diketahui oleh mereka semua,Wina diam-diam mengirimkan bukti rekaman percakapan serta beberapa video pertemuan antara dua keluarga pada Lindri sang bos,yang kemudian di teruskan kepada Zeline.
hati2 Rey jangan2 itu makanan di kasih apa gitu ...