Inez meringkuk di tengah ranjang kecil nya, ia memeluk dirinya sendiri begitu erat, matanya telah begitu bengkak akibat tangis nya belum juga bisa dihentikan nya. Seluruh tubuh nya lemas dan bergetar. Dia sendirian, benar benar sendirian.
Ingin rasanya Inez berteriak dan mengutuk takdir nya, tapi ia bahkan tak mampu bersuara saat ini.
Inez terus menangis dalam diam nya. Ingatan ingatan mengerikan itu muncul lagi, teriakan ibu nya begitu memekakkan telinga nya.
" Inez.... Pergi nak, lari lah putri ku"
Inez menutup telinga dengan kedua tangannya. Berharap suara ibunya tak terdengar lagi, namun semua itu sia sia. Kini ia bahkan bisa mendengar suara yg lain
" Ini semua salah mu, pelacur kecil"
"Tidaaaakk" Inez berteriak sebisa mungkin dan semakin kuat menutup telinganya.
" Kenapa kau tak patuh huh? sekarang terimalah akibat nya"
" Larilah, Putri ku...".
" Larilah ke manapun kau ingin, Pelacur. aku pasti akan menangkap mu"
"DIAM.........!!!" Inez berteriak hingga suara nya hampir hilang, tangis nya semakin menjadi, tubuh nya bergetar bercucuran keringat dingin. ia terisak-isak. hingga tanpa sengaja tatapan nya tertuju pada sebotol obat yg ada di atas nakas. Dengan tangan gemetar, Inez cepat cepat mengambil pil itu dan meneguknya dengan segelas air. kemudian Inez menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang usang itu.
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Afonso seolah ingin menghukum dirinya sendiri, ia berendam dalam bak mandi dengan air dingin sejak sejam yang lalu. Afonso tidak merasakan apapun kecuali sesak di dada nya. mengingat ketakutan pada mata biru Inez, dia telah menjadi bajingan.
Afonso memegang foto usang itu lagi, menatap 2 wanita yg paling di cintainya.
dan sekarang dia semakin merasa betapa bejat dirinya.
" Aku tak bermaksud mengkhianati mu, Eva" ia mencium foto Eva dan meneteskan air matanya disana.
" Afonso....." Afonso terkesiap mendengar suara lembut yg sangat ia rindukan itu.
Afonso melihat orang yg sangat dirindukan nya kini berada di hadapan nya, duduk di tepi bath up, dress putih yg gadis itu kenakan membuat nya tampak bersinar, rambutnya yg sebahu memperlihatkan keanggunan nya, kulitnya putih pucat, bibirnya mungil, hidung kecil dan mancung, dan mata lebar, sangat cantik bagai bidadari.
" Eva...." Afonso mengulurkan tangannya yg basah, namun Eva tak menyambutnya. Afonso merasa sedih, berfikir pasti Eva mengira dia mengkhianati nya. namun Eva tersenyum manis. tanpa berkata apapun. menatap pada mata Afonso yg sayu.
" Aku tidak bermaksud mengkhianati mu, Eva. hanya saja.... gadis itu...."Afonso bergerak gelisah, ia tak bisa melupakan ketakutan yg ada pada mata Inez dan ia juga tak bisa melupakan manisnya bibir Inez di bibirnya, dan hangat nya tangan mungil Inez di leher nya.
" Dia seperti menarik mu ke arahnya?" Eva bertanya dengan lembut, tidak sedikit pun terbersit kemarahan. bahkan Eva tidak pernah melepaskan senyum manisnya. Afonso tak tahu harus menjawab apa, tapi ya, dia merasa Inez menariknya ke arahnya, begitu kuat.
sekali lagi Afonso mengulurkan tangannya, dan kali ini Eva menyambut nya, Afonso tersenyum tipis, namun sebelum tangannya berhasil meraih tangan Eva, seolah udara mengambilnya, menghilang di bawa oleh angin yg sejuk.
Afonso terpaku, menahan nafas, dan raut wajahnya berubah muram dengan pandangan kosong.
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Inez melihat pantulan dirinya dalam cermen. ia menarik nafas dan membuang pelan.
ia mengambil lips gloss dan mengoleskan nya pada bibir nya yg pucat. ia menambahkan sedikit riasan di matanya agar tidak terlihat bengkak akibat tangisnya semalam.
terakhir ia mengambil tas, mantel dan memakai sepatu nya.
Inez sangat terkejut saat melihat mobil Afonso terparkir didepan gedung apartemen nya. namun Inez mencoba menghindar dan terus berjalan.
Afonso yg melihat Inez segera turun dan mengejar Inez. Inez mengabaikan Afonso yg terus memanggil nya. hingga Afonso berhasil menangkap tangan Inez dan menghentikan Inez.
Inez terkejut melihat penampilan Afonso, sangat berbeda dengan Afonso yg dia temui sebelumnya, Afonso dengan kemeja dan jasnya, begitu rapi dan gagah.
sekarang, ia melihat Afonso begitu lesu, wajah nya muram, bibir nya pucat, mata nya sayu.
" Aku hanya ingin minta maaf" lirih Afonso. Inez merasakan perih dihatinya melihat Afonso seperti ini.
Inez mencoba menarik tangannya yg di genggam erat Afonso. menyadari hal itu, Afonso segera melepaskan nya.
" Kau pasti sangat marah padaku" lanjut Afonso, Inez menundukkan kepalanya tak ingin melihat Afonso, namun Afonso meraih dagu Inez dengan jari nya dan mengangkat wajah Inez hingga tatapannya bertemu.
" Kau bisa menghukum ku, memarahi ku, atau apapun" diam nya Inez benar benar membuat Afonso frustasi.
" Inez...." Inez mundur selangkah, dan mendongak " ku mohon" lirih Afonso sekali lagi. Inez menjilati bibirnya yg terasa kering. kemudian ia menggeleng dan berkata
" Tidak, tidak seperti itu" Inez menggenggam jemari nya dengan kuat " Kau tidak salah, itu hanya kesalahan kita"
" aku harus pergi bekerja, aku tidak ingin terlambat" Inez mencoba melewati Afonso namun Afonso mencegah nya
" Biar ku antar" Inez menggelang dan terus berjalan. Afonso tak memaksa, mungkin Inez ingin ruang.
Inez berjalan ke halte bus, saat bus datang ia segera masuk.
Inez duduk di kursi dan sekali lagi menarik nafas. ia memijat pelipisnya, kepalanya masih terasa sakit.
Inez turun di halte berikut nya, kemudian ia berjalan kaki beberapa block dan masuk disebuah butik, Ellia's Boutique.
Inez menyapa teman temannya yg sudah sampai terlebih dulu.
kemudian ia memulai pekerjaan nya sebagai salesgirl. saat ia merapikan baju baju, tatapannya tanpa sengaja melihat pada arah mobil yg tak jauh dari toko nya .
itu adalah mobil Afonso. apakah Afonso mengikuti nya?
tapi kenapa?
Inez memegang kepalanya yg terasa pusing dan berat. ia berusaha membuka matanya yg juga terasa berat. Inez berusaha sadar namun ia ambruk di lantai dengan mata yg tertutup, sayup sayup dia mendengar teman temannya begitu panik, kemudian ia mendengar suara bass laki laki yg tak asing baginya, Inez merasakan tangan kekar lelaki itu membopong tubuh nya sebelum akhirnya kesadaran Inez benar benar hilang.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Afonso duduk di ruang tunggu rumah sakit, ia menyandarkan kepalanya ke dinding dan menutup matanya.
" *Biarkan Ibu pergi, Nak...."
" Aku tidak mencintaimu lagi, Afonso. aku ingin hubungan kita berakhir"
" Apakah kau mau menjadi pembunuh ayahmu ini, anakku?"
" Aku hanya ingin kau meninggalkanku, Afonso. aku tidak mencintaimu*"
" Afonso...."
" Hugh???" Afonso terkesiap saat Dokter Laura tiba tiba ada didepan nya. mata Afonso terbuka lebar dan nafasnya memburu, keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Afonso mengelapnya dengan tangannya.
"Kau baik baik saja?" Dokter Laura bertanya dan menempelkan punggung tangannya di kening Afonso. " Kau demam"
" Aku baik-baik saja, dan bagaimana Inez?"
" Dia, baik. hanya dia begitu stress, dan tubuh nya sangat lemah"
Afonso merasa bersalah, apakah sebegitu buruknya apa yg Afonso lakukan hingga membuat Inez stress dan jatuh sakit?
" Kau bisa membawanya pulang, tapi mintalah dia tidak bekerja setidaknya 2 atau 3 hari" Afonso mengangguk mengerti.
Dokter Laura memandangi Afonso dengan mata berbinar, membuat Afonso bingung.
" Kenapa kau memandang ku seperti itu?"
Dokter Laura tertawa kecil dan berkata
" Rupanya, teman Boss nya orang nya" Afonso mengernyit tak mengerti, namun sebelum ia berkata apapun, Seorang Suster datang dan meminta Dokter Laura ikut bersamanya untuk mengecek pasien lain.
Afonso masuk keruangan dan menemukan Inez berbaring lemah disana.
Afonso berdiri disamping ranjang, memasukkan tangannya kedalam saku celana nya, dia tidak akan bersikap seperti kemarin lagi. hal itu yg terus ia tanamkan dalam hati dan fikiran nya.
" Dokter Laura bilang..." Afonso menjilati bibirnya dan berdeham " Kau bisa pulang sekarang, tapi jangan bekerja setidaknya selama 3 hari, kau butuh istirahat"
" Aku ingin menjenguk Ibu" Afonso terdiam kemudian ia mengangguk, dan membantu Inez bangun.
" Terimakasih" Inez berjalan dan diikuti Afonso. namun tiba-tiba Inez berhenti, dan ia berkata tanpa menoleh pada Afonso "Kau tidak perlu mengantarkan aku" Afonso merasakan perih dihatinya, seolah baru saja Inez menolaknya. dan itu membuat Afonso berfikir Inez masih marah padanya.
" Aku sangat takut, Inez" perkataan Afonso membuat Inez menghentikan langkahnya saat dia hendak meninggalkan Afonso.
Inez menoleh dan pandangan nya bertemu dengan mata gelap Afonso yg sekarang terlihat layu dan letih.
" Aku telah menyakiti mu" Inez menatap bingung pada Afonso. kemudian Inez sadar, mungkin sikap nya membuat Afonso merasa bersalah karena ciuman itu.
Inez melangkah, mendekati Afonso. kemudian Inez menggenggam tangan Afonso yg kaku. Afonso memperhatikan bagaimana Inez menggenggam tangan nya. begitu lembut dan penuh perhatian. tatapan Afonso kini beralih pada Inez yg tersenyum tipis
" Aku tidak marah, dan kau tidak menyakiti ku. percayalah" Inez bisa merasakan kini Afonso mulai sedikit relax. Inez bisa merasakan nya dari tangan Afonso yg ia genggam. Inez juga bisa melihat binar dimata Afonso.
" Ayo. kita jenguk ibuku" Inez menuntun Afonso, berjalan melewati lorong dan kamar demi kamar. Afonso hanya terdiam. menikmati lembut nya tangan Inez yg memegang tangan kekarnya.
Inez melakukan hal itu, agar Afonso tidak merasa bersalah. Inez bisa melihat betapa frustasi nya Afonso. walaupun sebenarnya Inez tidak tahu penyebab nya, tapi Inez hanya mencoba mengurangi sedikit ke frutasiannya.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 25 Episodes
Comments