Aku terbangun dari tidur dengan tangan dua sahabatku melingkar di pinggang. Seakan tidak mau bangun dari tidurku. Ingin rasanya ku putar kembali waktu sebelumku memutuskan untuk bekerja ke Jepang dan tidak ingin mengikuti seleksi tersebut. Aku mendudukkan tubuhku sambil meregangkannya.
"Sya, jangan pergi !!!" ucap Quira yang ikut bangun dan mendudukan tubuhnya disampingku. Aku melihat matanya berkaca-kaca.
"T-tapi mau gimana lagi ini udah jadi keputusanku dari awal," jawabku sambil memeluk Quira.
"Andai ortu gw bolehin kuliah keluar negeri bareng lo, pasti seru," ucap Nita yang terikut bangun sambil memelukku dari belakang.
"Iya, bener tuh," sambung Quira dan kami masih berada di pelukan kehangatan yang akan dirindukan setiap hari. Kami pun beranjak dari tempat tidur dan saling melepaskan pelukan, berpencar memilih kamar mandi untuk mandi.
"Sasya, pinjam baju !!!" ucap mereka kompak yang masih berbalut kimono mandinya, lalu menghampiriku di walk in closet. Untungnya aku sudah selesai berpakaian.
"Pilih aja yang kalian suka." Mereka pun langsung memilih bajuku, setelah Nita menemukan baju yang cocok untuknya ia langsung berlari keluar dari sana menuju kamar mandi kamarku. Sedangkan Quira berganti di sana. Aku pun keluar dari walk in closet, meninggalkan Quira yang ingin memakai baju tersebut.
Saat mereka semua selesai. Aku mengajak mereka untuk berkunjung ke restaurant-ku, setelah itu mengajak mereka ke mall untuk mentraktirnya. Memacu mobil lamborghini aventador-ku. Sesampainya di sana aku menyuruh untuk memilih menu kesukaan mereka dan banyak staff papah yang mengucapkan bela sungkawa kepadaku.
"Kalian mau apa, aku yang bayar?" ucapku saat kami tiba di mall . Perasaanku mulai campur aduk antara sedih dan senang. Mataku mulai berkaca-kaca. Tiba-tiba Quira menarik tanganku berlari masuk kedalam mobil kembali.
"Kita sebenarnya enggak butuh lo belanjain kita, enggak butuh uang lo, harta lo dan kebutuhan fisiologis yang lo kasih ke kita. Yang kita butuhin lo ada dihadapan kita, cuman itu yang bisa nyembuhin rasa kangen, rindu dan semuanya. Hati kita sakit Sya, saat Nita bilang ke gw tinggal ada waktu seminggu buat bisa bersama lo. Hancur hati gw asal lo tau, gw akan kehilangan sahabat terbaik yang selalu ada dalam hidup gw dan Nita. Lo bagaikan malaikat suci yang turun dari langit menyinari hidup kami, merubah ke pribadian kami yang dulu buruk, selalu mengajarkan tentang hal positif dan kebaikan untuk kami, mengubah hidup kami menjadi anak yang nurut kepada orang tua, tidak manja lagi dan rendah hati. Apapun keputusan lo, kami selalu dukung walaupun yang kali ini sangat menyakitkan." Tanpa di sadari air mata kami yang terus mengalir berjatuhan saat Quira mengungkapkan isi hatinya yang begitu mendalam.
flashback on
Dua minggu sudah berjalan di Sekolah Menengah Pertama. Aku pandai bergaul dan menyesuaikan kondisi lingkungan, mudah akrab dengan lingkungan baru. Pagi ini aku berjalan melalui koridor sekolah sebelum masuk kedalam kelasku.
Sesampainya aku di ambang pintu, terlihat dua murid perempuan sedang mencari ribut. "Minggir ini tempat kami," ucap mereka berdua mengusir seseorang yang sedang tenang terduduk di sana. Kondisi kelas pun belum ramai murid berdatangan. Aku mematung seraya menikmati permen gagang melihat mereka yang tengah asik merundung dua teman di kelasku.
"Hi Sya, ayo duduk !!!" seseorang teman sebangku-ku menepuk bahu seraya cepat ia mendorong badanku secara duduk di meja kami.
Bahkan tatapan mataku masih melihat pada mereka sampai ke duduk ke meja-ku. Tidak ada kekerasan yang mereka lakukan, akhirnya dua temanku yang terduduk duluan di sana terpaksa mengalah agar masalah cepat selesai. Aku menoleh ke arah teman sebangku-ku. "Fani, mereka berdua yang di bangku belakang pojok sana siapa namanya?" aku tidak menunjuknya tetapi memberi kode kepada teman sebangku-ku. "Sepertinya mereka anak yang tidak sopan, ya,"
"Oalah, dia ---"
...⚘⚘⚘...
Di istirahat kedua di hari esoknya.
Aku sedang membaca buku di perpustakaan seraya mendengar lagu di headphone-ku, memilih buku yang hendak di baca dan beranjak untuk duduk di meja baca di perpustakaan. Tampak aku melihat dua anak yang tidak sopan tersebut lagi sedang merebut buku dan mengusir seorang murid yang tengah asik membaca di meja perpustakaan. Sontak aku pun melepas headphone dari telingaku seraya mematung melihat tingkah mereka.
Aku berjalan menghampiri mereka yang tengah tertawa kecik setelah merebut buku yang sedang di baca oleh murid lain. Memasang headphone-ku kembali untuk mendengarkan musik dan mendudukkan bokongku di hadapan mereka. "Hi, Sasya," melepas headphone dari telinga dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Mereka hanya hening menatapku, lalu meraih tanganku untuk bersalaman. "Hi, Quira." melepas uluran tangannya.
"Hi, Nita." menerima kembali uluran tanganku.
Aku pun menarik senyuman di wajah. "Mau ini?" memberi permen gagang yang ku punya.
Mereka pun menerima pemberianku.
flashback off
"Lo harus dengerin gw, baik-baik disana. Jangan neko-neko. Kita disini cuman bisa doain lo yang terbaik." Nasihat Nita sambil mengusap air mataku dan Quira. "Cup, jangan nangis lagi !!!." Seraya menarik senyum manisnya dan kami pun mengikutinya.
"Gimana kalau kita ketemu anak panti?" ucap Quira. Rutinitas kami saat ada waktu luang adalah mengunjungi mereka.
"Jangan lupa transfer ke gw." tagihku dan mereka mengangguk. Uang tersebut kami akan kasih kepada ibu panti untuk membantu keperluan dan kebutuhan anak panti. Kami pun selalu transfer dengan nama samaran kami.
"Hai, semua....," ucap kami kompak saat sudah berada di rumah panti tersebut. Mereka langsung memeluk kami. Aku selalu senang melihat antusias mereka menyambut kami dengan gembira.
"Kakak, kami semua kangen," ucap mereka.
"Tebak, kakak punya hadiah apa buat kalian?" ucap Nita.
"Ada, sebuah mobil box besar yang akan menurunkan hadiah buat kalian," ucapku sambil memperagakan gerak tubuhku dengan gembira.
"Sasya, Quira, Nita," panggil sumringah ibu panti menghampiri.
"Iya bu, ada apa?" jawabku sambil menoleh kearah ibu panti dan meninggalkan anak-anak panti yang sedang bermain sambil menunggu hadiah mereka datang.
"Terimakasih atas kebahagian yang telah kalian berikan kepada mereka !!!" Menarik senyum di wajahnya.
"Sama-sama, sudah kewajiban kami. Mereka berhak mendapatkannya," ucap Nita.
"Semoga amal perbuatan kalian dibalas oleh tuhan, aamiin."
"Aamiin." ucap kami kompak mengusapkan kedua tangan yg mengadah ke wajah.
Mobil box pun datang, salah satu supir menurunkan barang yang kami pesan. Anak-anak panti sangat bahagia dan langsung membuka kotak-kotak tersebut. Kotak yang berisi berbagai mainan, baju, boneka dan masih banyak mainan dan perlengkapan untuk mereka.
"Jangan berebut, ya !!!" ucapku saat melihat ada anak panti yang berebut mainan. Aku sangat bahagia melihat mereka, mungkin aku salah satu orang yang lebih beruntung dari mereka. Masih bisa merasakan kasih sayang orangtua, sedangkan mereka sejak kecil belum pernah merasakan hangatnya pelukan dari seorang ibu atau ayah.
...⚘⚘⚘...
Tidak terasa hari sudah sore waktunya Sasya untuk terbang ke Jepang. Sebelum berangkat Sasya...
"Mbok Ani, pak Badri !!!" ucap Sasya yang menoleh kearah mereka yang sudah menjinjing tas yang berisi baju. "Maafin aku harus pecat kalian untuk sementara waktu." Tangis Sasya pecah merasa tidak tega dengan mereka.
"Enggak apa-apa, nona baik-baik di sana, ya...," ucap mbak Ani sambil memelukku.
"Iya mbok, makasih untuk semuanya. Maafin aku kalau punya banyak salah sama mbok." Sasya pun sambil menghapus air mata yang terus mengalir dan mbok Ani menepuk punggungku berulang agar tenang.
"Sama-sama nona, mbok pamit, ya !!!" Sasya pun bersalam kepada mbok Ani dan tidak lupa dengan pak Badri.
"Pak, makasih untuk semuanya. Maafin kalau aku ada salah," ucap Sasya sambil bersalam.
"Iya nona, saya pamit !!!" dan mereka pun beranjak pergi dari rumah Sasya, sedari tadi sudah ada 2 taksi menunggu di depan rumah mereka. Sasya tidak bisa melihat mereka pergi dari hadapannya, terasa berat untuk melepas mereka begitu saja.
"Sya, ayo kita ke bandara !!!" ucap Nita sambil merangkul Sasya, tidak lupa Quira pun ikut merangkulnya.
"Ayo !!!" Sasya menaiki mobil orangtua-nya Quira dan Nita ikut bersama. Sedangkan orangtua Nita membuntuti dari belakang menggunakan mobil.
Huft, selamat tinggal rumah, batin Sasya saat papah Nita menutup gerbang dan menguncinya.
Saat di perjalanan mereka bercanda dan tertawa riang. Hari dimana mereka harus berpisah dalam waktu lama.
"Inget pesan gw, jaga harga diri lo. Karena harga diri enggak bisa dibayar pakai apupun termasuk uang," ucap Quira menasihati Sasya, saat mereka semua telah tiba dibandara dan Sasya melakukan check in tiket.
"Awas aja, nyampe sini jadi lonthe," sambung Nita sambil menatap dengan tatapan tajam.
"Astagfirullah, lagi juga gw bukan cewek murahan kali," jawab Sasya sambil memutar bola matanya.
"Gw tandain lo, awas aja," ucap Nita sambil mendorong pelan dada Sasya yang duduk di sampingnya. Mereka yang sedari tadi sedang duduk di kursi tunggu keberangkatan pesawat.
"Heh, cabul lo. Kepegang weh....," ucap Sasya panik sambil memegang dadanya.
"Dia yang bilang jangan jadi lonthe, dia sendiri yang mau jadi lonthe," ucap Quira sambil menatap tajam Nita. Ia pun mengerti apa yang di maksud ucapan Sasya. Melihat raut wajah Nita yang kebingungan.
"Lo, kalau mau ngeremes jangan disini malu," bisik canda Sasya dan Quira pun mendekat kearah mereka untuk mendengarkan bisikkan Sasya.
"Bangsat," ucap Nita melihat kedua sahabatnya smirk dan memukul bahu mereka. "Gw baru connect."
"Biasanya lo langsung 4g kalau soal ginian," jawab Quira sambil menaiki satu alisnya.
"Iya, bener," sambung Sasya. "Sumpah gw masih normal kok." seraya menepuk paha Nita.
"Aihs, sakit. Gw punya Jungkook." halu Nita sambil mengelus paha yang kesakitan.
"Gw Taehyung," ucap Sasya saat menyebutkan bias idol korea BTS nya. "Lo Jimin." Sasya menjawab duluan saat Quira hendak berbicara.
"Kasih gw kesempatan ngomong dong." ngambeknya Quira.
Obrolan mereka terhenti ketika ada.....
Your attention please,
Passengers of Garuda Indonesia on flight number GA21 leaving for tokyo, please boarding throught gate number one, Thank you.
Ting ning, ning nong.
ucap departure announcement airport.
Jantung Sasya berdetak dengan cepat saat mendengar panggilan penumpang, seakan belum siap untuk meninggalkan Indonesia.
"Sya, buruan nanti ketinggalan !!!" ucap Quira sambil menggoyangkan lengan Sasya dan mereka semua berdiri dari duduknya.
"Om, tante," panggil Sasya kepada kedua orang tua Nita dan Quira. "Aku nitip resto sama rumah."
"Iya sayang, baik-baik di sana, ya." ucap mamah Quira seraya mengusap lembut rambut Sasya.
"Kalau di sana uang jajannya kurang bilang sama tante," sambung mamah Nita dan memberi pelukan hangat bersama mamahnya Quira.
"Iya, tante," ucap Sasya sambil melepas pelukannya dan lanjut memeluk kedua sahabatnya.
"Lo harus kuat, gw yakin lo bisa," bisik semangatnya Nita.
"Pasti !!!" ucap Sasya sambil mengepalkan tangan semangatnya dan melepas pelukannya.
Harus tahan, enggak boleh netes air matanya, batin Sasya.
"Gw harap seminggu yang kita lakuin bersama sebelum keberangkatan lo, udah cukup untuk di jadian kenangan yang sangat bahagia," ucap Quira sambil menepuk bahunya Sasya.
"Kami ada hadiah buat lo, ini limited edition langsung dari toko berlian dan kami yang langsung bikin modelnya," ucap Nita sambil mengeluarkan sebuah kotak hitam yang berisi 3 buah kalung yang bisa di cantumkan menjadi satu. Bertuliskan Best friend forever yang terlihat dari depan, bila dibalik ada tulisan bias mereka. Mine Jungkook, mine Jimin, mine Taehyung .
"Wow, bagus banget." Sasya pun terkagum melihat kalung berwarna silver yang sangat cantik.
"Ini dari hasil tabungan kita," bisik Quira sambil mengambilkan salah satu kalung tersebut untuk Sasya.
"Kok, gw enggak di ajak patungan?" heran Sasya.
"Bagus, lo bikin suasana enggak melow jadi serius lagi," ucap Quira sambil bertepuk tangan.
Sasya tertawa renyah. "Jangan serius banget atuh, pokoknya enggak ada acara melow-melow an."
"Semangat, semangat. Jangan nangis udah gede !!!" ucap Nita sambil menadakan kalimat ucapannya dan di ujung pengucapan kalimat Nita tertawa terbahak-bahak melihat mereka.
"Pakai, yuk," ucap Sasya dan mereka pun langsung memakainya. "Makasih, kalian semua." Sasya pun langsung memeluk mereka.
"Sama-sama." mereka pun mengeratkan pelukannya.
"Jaga mereka !!!" bisik Sasya kepada kedua sahabatnya. "Kalian akan nyesel kalau sudah nyia-nyiakan mereka sebagai orangtua." pesan Sasya.
Mereka hanya menganggguk.
Saat sudah melepas pelukan hangat mereka, Sasya berpamitan dan tidak lupa untuk bersalam kepada kedua orangtua sahabatnya.
"Ya udah, semuanya aku pamit, bye." lambaian tangan Sasya saat ia menjauh dari hadapan orang tersayangnya. "Hey bestie, semangat halunya," teriak pelan Sasya.
"Ya ampun, enggak bakal lupa itu gw," jawab Quira sambil melambaikan tangannya.
"Udah pasti itu," sambung Nita yang juga melambaikan tangannya.
Melihat Sasya yang berlari kecil menuju terminal keberangkatannya. Perlahan hilang punggung Sasya dari hadapan mereka.
"Huft, dia udah pergi," ucap Nita yang pasrah dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hampa banget kalau enggak ada dia, serasa ada yang kurang."
"Iya, ayo pulang !!!" Nita pun merangkul Quira karena orangtua mereka menyuruh segera pulang.
Saat sampai diparkiran bandara mereka berdua berpisah tugasnya sudah selesai untuk bersama Sasya dan memberi kenangan bermakna. Waktunya mereka menenangkan diri mereka dikamar masing-masing untuk meluapkan tangisan kepergian sahabatnya.
Sepertinya akan ada hujan badai dan banjir dikasur mereka setelah mereka sampai di kamar masing-masing.
¤
¤
¤
¤
¤
¤
🖍 Jangan lupa Like dan Vote 🖍
📖 Selamat membaca 📖
Aku harap kalian suka sama karyaku🤗.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments