Diamond Art Senior High (D.A.S.H) atau biasa disebut Diamond High adalah sekolah paling bergengsi di Aura City, Hollyland. Sebuah kawasan yang dikenal sebagai pusat industri perfilman sekaligus hunian elit para selebritas.
Begitu pula yang bisa mengenyam pendidikan di Diamond High hanya murid dari keluarga konglomerat atau kalangan selebritis saja. Sekolah ini terkenal akan jurusan seninya dan sudah menelurkan banyak aktor, aktris, grup idola dan musisi terkenal. Sistem pendidikannya juga berbeda dengan sekolah lain pada umumnya karena lebih menitik beratkan pada seni dan dunia entertainment.
Namun belakangan ada keanehan di tempat ini, tepatnya sejak 3 bulan lalu sekolah ini dihebohkan dengan peristiwa percobaan bunuh diri. Seorang murid baru kelas 10 bernama Devian yang juga merupakan trainee dari agensi idola ternama nekat melompat dari atas menara tertinggi sekolah. Anehnya seperti layaknya virus, upaya bunuh diri itu menular pada siswa lainnya bahkan juga seorang staf pengajar di sekolah.
Hingga kini tercatat sudah empat kematian tidak wajar di lokasi yang sama dengan cara meninggal yang hampir sama. Yaitu menjatuhkan diri dari lantai tertinggi menara sekolah. Tanpa sepucuk surat kematian dari para korban, motif mereka bunuh diri pun masih kabur, pihak keluarga korban dan juga pihak sekolah seolah ingin menutupi kasusnya. Pertanyaannya sekarang apakah kasus ini benar-benar murni bunuh diri atau pembunuhan berantai yang disengaja?
***
Di dalam kamar asrama
"Kak Ken, bisa lebih cepat tidak memindahkan barangnya? Aku mau hubungi Papa tapi baterai ponselku habis gara-gara foto TKP dan aku tak bisa menemukan chargerku. Kau simpan charger ku di dus yang mana sih?" Rengek Billie pada Ken yang sejak tadi sibuk bolak-balik memindahkan barang.
"Dengar ya! Aku ini bukan pembantumu, aku hanya ditugaskan mengantarmu ke asrama saja! Kalau mau cepat kau cari sendiri! Bagaimana kau ingin punya tubuh berotot dan atletis kalau kerjamu hanya malas-malasan, huh!? Kau tahu jadi detektif tak hanya butuh otak tapi juga otot!" Celoteh Ken berkeluh kesah.
"Idih, kenapa kakak jadi sewot? Apa kakak ingat? Laki-laki itu tidak cerewet! Mengerti?" Ledek Billie sambil berkacak pinggang.
"Heh, kau ini dasar ya!" Ken tak bisa berkata saat melihat gadis itu mendaratkan bokongnya di sofa sambil berongkang kaki.
"Dan aku tidak mau tubuhku berotot sepertimu! Nanti aku terlihat aneh, jadi tidak terimakasih!" Ucap Billie sambil menggelengkan kepalanya.
"Hhhh..." Ken menarik nafas panjang dan menghembuskannya. "Sialan!" Umpatnya dalam hati. Jika saja gadis ini bukan anak dari Kepala Inspektur atasannya, sekaligus pria yang membuatnya sangat berhutang budi, Ken mana sudi melakukan semua ini.
"Nih, charger-mu!" Ujar Ken, melempar benda yang sedari tadi dicari Billie tepat kearahnya.
"Akhirnya! Oh, sayangku!" Seru Billie sembari menciumi charger-nya seolah itu benda kesayangannya
Ken hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kecil melihat tingkah aneh gadis itu. Jika dibandingkan dengan gadis lain seusianya terutama yang bersekolah di jurusan seni, mereka sudah memakai make up tebal dan pakaian yang trendi. Gadis lain saat ini tengah menikmati indahnya masa remaja dengan berpacaran atau tergila-gila pada sosok idola. Sedangkan Billie, usianya saja yang sudah 17 tahun tapi gadis ini sepertinya belum memasuki masa puber. Bukan karena dadanya yang masih rata dan penampilannya yang polos, tapi sepertinya gadis ini belum memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Ken saja yang merasa ketampanannya di atas rata-rata hanya diacuhkan begitu saja.
Namun dibalik itu semua, Ken akui Billie memang bukan seorang gadis biasa. Dia adalah seorang prodigi dalam dunia profiler kriminal sama seperti mendiang Kakeknya. Gadis itu memiliki insting yang kuat sebagai detektif untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus, yang bahkan lebih dari yang dimiliki Ken sebagai polisi.
***
Di sebuah Klub Malam
Dentum alunan EDM musik menggema diseluruh ruangan, seorang pria bertubuh tinggi besar duduk di sebuah sofa, ditangannya sebatang rokok marijuana dengan puntung yang cukup panjang masig menyala. Seorang gadis cantik berambut panjang hitam dan mengenakan gaun mini seksi duduk disampingnya. Gadis itu mengecup sisi leher Godfrey dan bergelayut manja, sesekali mereka berbincang dan tertawa.
"Ayo sayang, minum lagi! Cheers!" Ucap gadis itu setelah menuangkan sebotol bir ke dalam gelas.
Godfrey tersenyum kecil sebelum menyeruput minuman beralkohol itu. Hari ini usianya tepat 18 tahun dan semuanya sudah menjadi legal. Tak ada hal lain yang ingin dia lakukan selain menikmati malam ini dengan berpesta dan mungkin juga bercinta.
"Halo, Godfrey... sang Dewa Sekolah... Kau tampak bahagia sekali malam ini!" Seru seorang pria berambut panjang yang tiba-tiba datang menghampirinya.
"Heh, untuk apa kau kemari, Ice? Aku tidak pernah mengundangmu!" Godfrey menyambut kedatangannya dingin.
"Oh... aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun, tapi sayang aku lupa tak membawa hadiah..." Ice dengan santainya malah berbasa-basi. Dia sengaja merebut botol bir yang dipegang gadis teman kencan Godfrey dan meneguknya
"Aku tak butuh ucapan selamat ataupun hadiah darimu. Sebaiknya kau pergi, kehadiranmu disini sudah merusak suasana hati ku!" Usir Godfrey dengan ketus. Bukannya merasa tersinggung Ice malah tertawa.
"Hmph.. hahaha! Godfrey... Godfrey... Aku tahu ini hari ulang tahunmu, tapi apa kau tahu? Saat ini guru kesayanganmu Miss Mila baru saja meninggal dunia, setidaknya tunjukkan lah sedikit rasa berkabung walaupun harus berpura-pura. Apa kau lupa cara berakting seperti yang dia ajarkan, huh? Bukannya kau ini kan calon aktor idola masa depan? Seharusnya kau tak menghabiskan waktumu disini..." Sarkas Ice dengan senyum licik terukir di sudut bibirnya.
"Brengsek!"
Siapa sangka kalimat sindiran begitu saja bisa menyulut amarah Godfrey. Dengan emosi Godfrey menarik kerah jaket Ice sebelum menghantam wajahnya dengan tinju. Darah segar seketika tercium saat kepalan tangan Godfrey berhasil mematahkan gigi Ice dan merobek sela mulutnya. Tidak ada perlawanan berarti dari Ice tapi itu tak membuat Godfrey berhenti untuk melampiaskan amarahnya dengan tinju dan sumpah serapah.
"GODFREY! SAYANG! HENTIKAN!" Teriak gadis teman kencan Godfrey. Dirinya yang panik hanya bisa menjerit, berharap seseorang melerai perkelahian mereka.
"MENYINGKIR KALIAN SEMUA! BIARKAN AKU MENGHAJARNYA!" Gertak Godfrey pada semua orang yang mengerumuninya. Nafasnya masih berat penuh emosi tapi pria yang menjadi lawannya malah terlihat santai walaupun sedang tersungkur di lantai seperti pecundang. Godfrey mengambil botol bir dan memecahkannya.
"Jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku lagi! Kau, mengerti?!" Ancam Godrey sambil mengarahkan ujung pecahan botol yang tajam tepat ke wajah Ice.
"Heh, apa kau ingin membunuhku disini? Lakukan saja, jangan sungkan! LAKUKAN SEPERTI YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA DEVIAN!" Gertak Ice dengan suara menggelegar. Tatapan nyalang dan senyuman sarkastik tergambar di wajahnya. Dirinya memang sedang terpojok tapi dia sengaja nalah menantang.
Mendengar nama Devian disebut entah kenapa nyali Godfrey seolah ciut dan dirinya tak berkutik. Botol bir yang dipegangnya lepas dari tangannya dan jatuh menggelinding begitu saja.
"Hahaha... reaksimu lucu sekali... apa kau merasa bersalah? Atau kau takut? KAU TAKUT KARENA BANYAK YANG MELIHAT? HAH?" Teriak Ice lagi sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Kau sakit jiwa, Ice! Tidak ada gunanya menghabiskan waktuku dengan pecundang sepertimu!" Ujar Godfrey sambil melangkah pergi.
Dengan langkah tergopoh dan ekspresi kebingungan, gadis teman kencan Godfrey segera mengikutinya dari belakang. Kebingungan tak hanya dirasakan oleh gadis itu, semua orang yang menyaksikan di dalam klub juga tampak keheranan. Terutama saat menatap Ice yang tersungkur dan berlumuran darah di lantai namun anehnya ada senyum puas yang mengembang di wajahnya.
TBC
(**AN : Sekedar Fun Fact :
Aura City & Hollyland adalah kota & negara fiktif di cerita ini, Hollyland itu plesetan dari Hollywood. Kenapa aku pakai negara fiktif karena cerita ini terinspirasi dari berbagai hal diantaranya komik detektif Jepang, Drama Korea dan Thailand dan juga film Hollywood. Karena itulah bahasa percakapan yang digunakan di cerita ini agak baku menggunakan "aku dan kau" seperti transletan Drakor. Karena aku pikir gak mungkin mengubah latar belakangnya jadi pribumi. Jujur aku sendiri kurang paham sama kinerja polisi & detektif di Indonesia, aku cuma bisa berfantasy dari komik dan film**.
2. Sekolah DASH (Diamond Art Senior High) atau Diamond High dalam cerita ini terinspirasi dari sekolah SOPA (Seoul of Performing Arts High School) di Korea Selatan yang memang sekolah khusus untuk para idola dan aktor ternama. Contoh alumninya : Jungkok BTS, Sehun EXO, Bae Suzy, dll. Tapi peraturannya yang ketat di mana perempuan dan laki-laki dipisah dan dilarang berpacaran dalam cerita ini mengikuti aturan sekolah elit Jepang, Horikoshi Gakuen yang juga sekolah para idola Jepang ternama. Contoh alumninya : Jun Matsumoto, Haruma Miura, Yamada Ryosuke, Aya Ueto, dll.
Btw gimana? Penasarankah sama apa yg di pertengkarkan oleh Godfrey dan Ice? Visual Godfrey akan terungkap di episode berikutnya, stay tune terus! Hehe 😁)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Diii
up up up
2023-05-04
0
Tati mariyanah
mampir dan menyimak dlu deh
2022-09-30
1
-ScaRLeT-
suka sama yang berbau detective... jadi mampir dulu hhh
2021-09-30
1