Garis Darah Sang Penyembuh
"Dokter detak jantung pasien melemah, dan tekenan darah nya terus naik," ucap Suster Nina, cemas.
"Siapkan ruang operasi cepat!" Perintah Dr. Nofia tegas.
Saat Dr. Nofia dan Suster Nina bergegas menuju ruang operasi, terdengar suara gemuruh di lorong rumah sakit. Listrik padam total, meninggalkan mereka dalam kegelapan yang mencekam.
"Ya Tuhan, kenapa sekarang?" gumam Dr. Nofia, tangannya meraba-raba mencari penerangan.
"Dokter, bagaimana ini? Kita tidak bisa melakukan operasi tanpa listrik!" Suster Nina panik.
"Tenang Nina! Cari senter cadangan dan minta petugas segera perbaiki ini!" jawab Dr. Nofia berusaha untuk tetap tenang.
Tiba-tiba, lampu darurat menyala, menerangi lorong dengan cahaya remang-remang.
"Dokter, pasien semakin kritis! Kita tidak punya banyak waktu!" teriak seorang perawat dari ruang unit gawat darurat.
"Suster Nina, kamu siap? Kita mulai sekarang juga!" perintah Dr. Nofia mengambil keputusan cepat.
Dengan cahaya seadanya, Dr. Nofia, Suster Nina, dan tim medis memulai operasi yang penuh risiko dan tantangan. Jam demi jam berlalu, perjuangan Dr. Nofia semakin berat. Detak jantung pasien semakin melemah, dan waktu terus berjalan.
"Dokter, tekanan darahnya terus menurun," lapor Suster Nina, nadanya penuh ketegangan.
"Kita harus bertahan, Nina! Kita tidak boleh menyerah!" ucap Dr. Nofia menyeka keringat di dahinya.
Mereka tahu, setiap detik sangat berharga. Nyawa pasien kini berada di tangan mereka, dan mereka harus berjuang hingga akhir.
Operasi berjalan selama lima jam penuh, sebuah rentang waktu yang terasa seperti selamanya dalam kondisi darurat dan penerangan seadanya. Keringat membanjiri dahi Dr. Nofia, namun matanya tetap fokus dan tangannya bekerja dengan presisi luar biasa.
"Jantungnya kembali stabil!" seru Dr. Nofia, suaranya tercekat menahan napas lega.
"Kita berhasil!" ucap Dr. Nofia, tersenyum kecil.
Suster Nina dan seluruh tim medis menghela napas serentak. Kelelahan tergantikan oleh rasa syukur dan bangga. Mereka telah memenangkan pertarungan melawan maut.
"Bersihkan pasien, Suster Nina. Pindahkan ke ruang perawatan intensif. Kita harus pantau ketat," perintah Dr. Nofia, nadanya kini kembali tenang dan profesional, meski tubuhnya terasa remuk redam.
Ketika operasi selesai dan kegelisahan perlahan mereda, barulah identitas lengkap pasien terungkap. Pria tua yang baru saja mereka selamatkan adalah Tuan Arisena, yang usianya sudah mencapai 102 tahun, pemimpin dan Tuan Besar dari keluarga Arisena, konglomerat terkaya dan paling berpengaruh di Negara A.
Berita tentang kritisnya Tuan Arisena, yang dirahasiakan ketat, segera bocor.
Tiba-tiba, Rumah Sakit Bhakti Negara dipenuhi penjagaan ketat dan keramaian. Mobil-mobil mewah berjejer di halaman, dan para pengawal berpakaian serba hitam tampak mondar-mandir di lorong.
Dr. Nofia, yang baru saja melepas masker dan jubah operasinya, didekati oleh seorang pria paruh baya berpakaian sangat rapi dan berwajah dingin, dikelilingi oleh dua pengawal.
"Anda Dr. Nofia?" tanya pria itu tanpa basa-basi.
"Ya, saya," jawab Dr. Nofia, tenang dan profesional.
Dr. Nofia sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh tatapan tajam pria Paruh baya itu.
Dr. Nofia bukan hanya berprofesi sebagai Dokter, tapi Dr. Nofia adalah master beladiri dan ahli senjata. Dari kecil Dr. Nofia di didik dengan keras oleh Ayahnya, yang berprofesi sebagai jenderal militer, yang keras dan juga tegas.
"Saya adalah Tuan Genta Arisena, putra tertua. Dokter bagaimana keadaan Ayah saya? Jika terjadi sesuatu yang buruk..." ucapan Tuan Genta menggantung, nadanya terselip ancaman halus yang jelas.
"Tuan Arisena, Ayah Anda sudah melewati masa kritis. Operasinya berjalan sukses," jawab Dr. Nofia dengan suara mantap, tidak gentar sedikit pun.
"Tim kami telah melakukan yang terbaik, dan kini beliau akan menjalani pemulihan intensif," lanjut Dr. Nofia.
Tuan Genta memandang Dr. Nofia dengan pandangan yang sulit diartikan, campuran antara keterkejutan, kelegaan, dan perhitungan.
"Bagus, Dokter, Anda telah menyelamatkan nyawa yang tak ternilai harganya. Kami akan pastikan Anda menerima penghargaan yang sepantasnya. Sekarang, saya ingin melihat Ayah saya. Pastikan tidak ada satu pun kesalahan dalam perawatan pasca-operasi," ucap Tuan Genta, tegas.
Dr. Nofia hanya mengangguk, namun jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa menyelamatkan Tuan Arisena mungkin baru permulaan dari masalah yang jauh lebih besar. Ia kini terperangkap dalam intrik keluarga konglomerat terkaya di Negara A.
Perawatan intensif Tuan Arisena berjalan lancar di bawah pengawasan ketat Dr. Nofia dan tim medis. Namun, suasana di rumah sakit terasa semakin mencekam. Bukan lagi ketegangan medis, melainkan ketegangan politik dan kekuasaan.
Keluarga Arisena mendominasi setiap sudut. Mereka membawa pengawal pribadi, koki, dan bahkan perawat mereka sendiri, membuat Dr. Nofia merasa seolah-olah seluruh Unit Perawatan Intensif telah diambil alih.
Tuan Genta Arisena, putra sulung, secara terang-terangan menunjukkan ketidakpercayaan pada prosedur rumah sakit.
Suatu sore, saat Dr. Nofia sedang meninjau catatan medis Tuan Arisena, ia dipanggil ke ruangan khusus yang dijaga ketat oleh dua pengawal besar. Di sana, ia bertemu dengan Nyonya Kirana, satu-satunya putri Tuan Arisena, yang jauh lebih ramah namun matanya memancarkan kecerdasan dan perhitungan yang sama tajamnya dengan kakaknya.
"Dr. Nofia, terima kasih banyak telah menyelamatkan Ayah kami," ucap Nyonya Kirana dengan senyum manis, menyajikan teh mahal.
"Namun, saya tidak nyaman dengan kehadiran Kakak saya, Genta, yang terus-menerus mengintervensi keputusan medis Anda," lanjut Nyonya Kirana, yang merupakan putri bungsu Tuan Arisena.
"Saya menghargai kekhawatiran Anda, Nyonya Kirana. Kami hanya mengikuti protokol medis terbaik," jawab Dr. Nofia hati-hati.
"Tentu saja. Tetapi kami semua tahu, siapa yang berhasil membuat Ayah pulih akan mendapat kepercayaan penuh dari beliau setelah ini," ucap Nyonya Kirana, mencondongkan tubuhnya.
"Dr. Nofia, Anda mungkin telah menyelamatkan Ayah, tetapi Anda belum tahu betapa rumitnya intrik di keluarga kami. Genta tidak akan membiarkan Anda menjadi pahlawan sendirian. Dia akan mencari cara untuk mengklaim semua kredit itu," lanjut Nyonya Karina, dengan suara pelan dan penuh penekanan.
Sesaat setelah percakapannya dengan Nyonya Kirana selesai, Dr. Nofia kembali ke ruangannya dan menemukan Suster Nina menunggunya dengan wajah pucat.
"Dokter, ada yang aneh," bisik Suster Nina, merapatkan pintu.
"Saya mendengar perawat pribadi Tuan Genta, yang dia bawa sendiri, bertanya detail tentang dosis obat dan prosedur infus Ayahnya. Padahal, dia tidak punya wewenang medis," lapor Suster Nina.
"Apa yang dia tanyakan, Nina?" tanya Dr. Nofia, firasat buruk mulai merayapi dirinya.
"Dia bertanya secara spesifik tentang obat penenang dan obat pengencer darah yang kita gunakan. Dia bahkan mencoba diam-diam memotret catatan resep harian," jawab Suster Nina, dengan suara pelan, takut terdengar oleh orang lain.
Mendengar ucapan dari Suster Nina, Dr. Nofia segera menyadari bahaya yang mengintai. Tuan Arisena adalah kunci kekuasaan dan kekayaan yang tak terbayangkan.
Keberhasilannya di mata Tuan Arisena berarti kegagalan bagi pihak lain di keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Tiara Bella
buset dah yg Ono blm tamat ini ada lg yg baru....mantap sh Thor 😍
2025-10-31
2
Mommy Ayu
Mantab nih ceritanya, wanita kuat, saya suka Thor.....
2025-10-31
0
Eskael Evol
keren banget nih
smart thor👍👍👍👍❤❤❤❤
2025-11-01
1